Jalan ke Madinah 8 : Aku Memilih Tidak Ikut Umroh Bersama Ayah dan Ibu
Saturday, October 10, 2015
بسم الله الرحمن الرحيم
(Masih edisi kisah nyata hidupku, lanjutan Jalan ke Madinah 1 - Jalan ke Madinah 7)
Selasa, 11 Februari 2014 pukul 18:46:35 WIB sebuah sms dari Ayahku mendarat di handphone Nokia C3 jadulku. Dalam sms itu Ayah mengabarkan bahwa ada sepasang suami-istri yang ngajak Ayah untuk umroh dan biayanya pasangan ini yang tanggung. Ayah cuma diminta buat paspor dan suntik miningitis. In syaa Allah berangkat tanggal 12 Maret 2014. Beliau juga mohon dido'akan agar sehat wal 'afiyat sehingga dapat beribadah dengan baik di tanah suci.
Aku pun membalas sms Ayah dengan syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala disertai do'a agar beliau sehat, serta agar perjalanan dan ibadah umrohnya lancar.
Dua hari kemudian Kamis, 13 Februari 2014 pukul 11:19:59 WIB sms baru Ayah kembali menghiasi handphoneku. Isi dari sms kali ini adalah berita bahwa Ibu dan Adikku juga rencananya akan ikut umroh bersama Ayah.
Kemudian melalui pesawat handphone (versi update dari pesawat telepon) Ibu juga menawariku agar ikut umroh bersama mereka. Dari info yang kudapat dari Ibu biaya per orangnya sekitar 33 juta rupiah. Jadi jika aku ikut, maka perlu biaya 99 juta rupiah untuk 3 orang (Ibu, aku, dan Adikku). Karena pasangan suami istri itu hanya bayarin biaya umroh Ayah saja. Aku minta waktu untuk mempertimbangkan sambil memperhatikan jadwal UTS kuliahku di UIN Malang.
Saat aku memikirkan masalah ini, maka muncullah banyak pro-kontra di otakku apakah baiknya aku ikut umroh atau tidak, diantaranya:
- Kalau umroh bisa sekalian muqobalah lagi di Universitas Islam Madinah (UIM), in syaa Allah 95% kemungkinan diterima.
- Tapi 8 bulan lalu aku sudah muqobalah di Lombok. Paling pengumuman sebentar lagi. Sayang juga uangnya kalau sebentar lagi juga ternyata aku diterima.
- Aku teringat bahwa diantara 4 bersaudara, hanya akulah yang kuliah ke luar kalimantan. Sehingga membutuhkan banyak pengeluaran tambahan seperti; tiket pesawat PP Palangka Raya - Surabaya tiap semester, biaya makan, dan biaya tempat tinggal di Pesantren Mahasiswa Firdaus Malang. Aku sudah banyak menguras uang Ayah dan Ibu, masa iya mau ditambah 33 juta lagi???
Akhirnya di akhir malam, sebelum waktu subuh, setelah aku melakukan sholat malam dan istikhoroh memohon petunjuk Allah tanggal 15 Februari 2014 aku menulis sms untuk Ayah dan Ibu terkait keputusanku terhadap ajakan umroh itu.
Dalam sms aku megabarkan bahwa aku sudah istikhoroh, dan sebetulnya aku sangat ingin umroh bersama mereka ber-3. Namun aku yakin in syaa Allah akhir tahun 2014 ini aku akan berangkat ke tanah suci juga, baik itu melalui KSU Riyadh atau UIM Madinah. In syaa Allah do'a Ayah dan Ibu di tanah suci cukup untuk mengantarkanku juga untuk menginjakkan kaki di tanah suci. Jadi biar Ayah, Ibu, dan Adik saja yang berangkat. In syaa Allah tidak lama lagi ada waktunya aku yang berangkat ke tanah suci.
Ayah membalas smsku dengan do'a semoga cita-cita dan niat baikku untuk menuntut ilmu di Kerajaan Arab Saudi (KSA) tercapai. Beberapa hari kemudian aku dikabari bahwa Adikku juga batal ikut. Kalau tidak salah karena bertabrakan dengan waktu ujian kuliahnya. Akhirnya Ayah dan Ibu saja yang berangkat umroh.
Mereka berangkat tanggal 12 Maret 2014 sesuai dengan yang dikabarkan sebulan yang lalu. Selain menggunjungi Kota Jeddah, Madinah, dan Makkah, Ayah dan Ibu juga sempat jalan-jalan di Kota Dubai. Alhamdulillaah mereka kembali ke rumah dengan sehat wal 'afiyat. Sementara aku masih dalam penantian pengumuman kelulusan seleksi Universitas Islam Madinah (UIM) dan King Saud University (KSU).
Bersambung in syaa Allah ke Jalan ke Madinah 9 : Allah Memilihku Menjadi Calon Mahasiswa Madinah
{Madinah, 11 Oktober 2015 / 27 Dzulhijjah 1436 H}
Copyright @ Ahmad Bilal Almagribi
Mahasiswa Fakultas Syari'ah, Universitas Islam Madinah