Simbiosis Jamur dan Serangga
Tuesday, March 15, 2016
Interaksi jamur / fungi dengan serangga sudah ada sejak periode awal kretaseous. Fosil Paleoophiocordyceps coccophagus yang merupakan fungi parasit pada serangga ditemukan pada periode tersebut (Gambar 1). Fosil tersebut merupakan bukti bahwa adanya interaksi fungi dengan serangga yang telah terjadi pada masa lalu (Sung et al., 2008).
Gambar 1. Fotograf Paleoophiocordyceps coccophagus yang bersifat parasit pada serangga dalam suatu amber (Sung et al., 2008).
Interaksi parasitisme fungi dengan serangga pernah diteliti oleh Frouz and Nováková (2001) dengan menggunakan Trichoderma sp. dan Absidia cylindrospora yang diinfeksikan ke lalat (Lycoriella ingenua). Hasilnya serangga tersebut terjebak oleh miselium fungi (Gambar 2).
Gambar 2. Interaksi fungi dengan lalat (Lycoriella ingenua). A. Lalat dewasa yang terperangkap oleh miselium Trichoderma sp. B. Lalat dewasa yang terperangkap oleh miselium Absidia cylindrospora. C dan D. Spora Trichoderma sp. yang menempel pada abdomen lalat (Frouz and Nováková, 2001).
Selain bersifat parasit pada serangga, beberapa fungi memiliki interaksi yang unik dengan serangga tertentu seperti pada rayap dan semut. Beberapa spesies semut mampu melakukan sistem pertanian dengan menggunakan fungi. Interaksi yang dijalin antara fungi dengan semut ini bersifat mutualisme (Aanen and Boomsma, 2006). Salah satu contoh semut yang bercocok tanam dengan fungi yakni dengan menggunakan fungi black yeast (Chaetothyriales, Ascomycota) yang disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Simbiosis semut yang melibatkan black yeast (Chaetothyriales, Ascomycota). A. Jalur yang terbuat dari kedua simbion di cabang batang tanaman Tetrathylacium macrophyllum. B. Bentuk dari Chaetothyriales yang tersusun dari hifa yang padat. C. Hasil pejetan dari simbion yang tersusun dari empat jenis Chaetothyriales. D-F. Terowongan yang dibuat oleh semut dari jalinan trikoma. G-L. Bentuk hifa dari kultur murni dari beberapa jenis Chaetothyriales (Voglmayr et al., 2011).
Sistem simbiosis semut dengan fungi tersebut memiliki keuntungan bagi kedua pihak. Pada umumnya semut memiliki sistem pertanian monokultur yang rentan terhadap patogen. Oleh karena itu, semut selalu menjaga fungi agar bebas kontaminan, patogen, dan kompetitor. Manfaat dari kedua organisme yakni fungi memperoleh perlindungan dari semut dan semut memperoleh nutrisi dari fungi. Simbiosis mutualisme ini sudah terjadi sekitar 10.000 juta tahun yang lalu dan untuk pengembangan sistem pertanian diperkirakan terjadi 50 juta tahun yang lalu (Aanen and Boomsma, 2006; Morelos-Juárez et al., 2010).
Penulis:
Mh Badrut Tamam, M.Sc.
email: tamam@genbinesia.or.id
Sumber https://www.generasibiologi.com/