Rangkuman Materi Kimia Asam dan Basa Kelas XI Semester 2 Kurikulum 2013
Monday, October 14, 2019
Asam dan basa merupakan senyawa penring yang berperan besar dalam kehidupan manusia, seperti dalam makanan, obat-obatan, produk rumah tangga, pertanian, bahkan dalam industri. Sebagai contoh, asam sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam, sedangkan basa dalam larutan magnesium hidroksida yang digunakan untuk mengatasi sakit mag pada lambung. Secara umum, zat yang bersifat asam memiliki rasa yang masam dan bersifat korosif, sedangkan zat yang bersifat basa memiliki rasa yang getir/pahit dan bersifat kaustik. Namun kita tidak boleh menguji sifat asam-basa suatu zat dengan mencicipi atau merasakannya, karena sangatlah berbahaya. Lalu, tahukah Anda cara yang aman untuk menguji sifat asam-basa suatu zat? Bagaimana pula cara menentukan derajat keasamannya? Mari kita cari tahu bersama jawaban dari kedua pertanyaan tersebut pada materi ini.
Perkembangan Konsep Asam dan Basa
Istilah asam berasal dari sebuah kata acetum yang artinya cuka karena pada jaman dahulu diketahui bahwa pada zat utama dalam cuka adalah asam asetat, sedangkan basa diambil dari bahasa Arab alkali yang memiliki arti abu. Secara umum, zat-zat yang berasa masam mengandung asam, sedangkan basa umumnya memiliki sifat licin, rasanya pahit, dan beberapa jenis basa tertentu bersifat kaustik atau membakar, misalnya natrium hidroksida (NaOH) atau soda api. Adapun perbedaan antara zat masam dan basa dapat Anda simak pada tabel berikut ini.
Sifat asam dan basa dari suatu larutan dapat dijelaskan dengan teori asam-basa. Hingga saat ini, ada tiga teori yang mengemukakan konsep asam dan basa. Ketiga teori tersebut dikemukakan oleh empat ilmuan kimia, yaitu Svante Arrhenius, Johannes Bronsted dan Thomas Lowry (Bronsted-Lowry), serta Gilbert Newton Lewis.
Teori Asam-Basa Arrehenius
Senyawa asam basa sudah dikenal sejak ilmu kimia belum lahir, tetapi pengetahuan tentang asam-basa baru dipelajari abad 18. Ilmuwan yang pertama kali merumuskan teori asam-basa adalah Svante Arrhenius, kimiawan berkebangsaan Swedia. Arrhebus (1884) mengemukakan teori asam-basa berdasarkan reaksi ionisasi. Menurut Arrhenius, asam merupakan zat yang dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroge (H+) atau ion hidronium (H3O+), sedangkan basa bila dilarutkan dalam air melepaskan ion hidroksida (OH+).
Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry
Menanggapi kekurangan teori asam-basa Arrehenius, pada tahun 1923, kimiawan asal denmark Johanes Bronsted dan kimiawan Inggris Thomas Lowry secara terpisah merumuskan teori asam-basa yang dikenal sebagai teori asam-basa Bronsted-Lowry. Teori ini menyatakan bahwa asam adalah senyawa yang molekulnya mampu menyerahkan proton (donor H+), sedangkan basa adalah senyawa yang mampu menerima proton (akseptor H+).
Teori Asam-Basa Lewis
Tidak semua reaksi asam-basa melibatkan perpindahan proton (H+) dari asam ke basa, sehingga perlu adanya teori asam-basa yang lebih umum. Pada tahun 1983, seorang ilmuwan kimia yang bernama Gilbert Newton Lewis menjawab permasalahan tersebut. Menurut Lewis, asam adalah senyawa yang dapat menerima pasangan elektron, sedangkan basa adalah senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron. Hal ini dapat disimak dari reaksi antara senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron.
Demikianlah Rangkuman Materi Kimia Asam dan Basa Kelas XI Semester 2 Kurikulum 2013, semoga bermanfaat untuk semua.
Sumber https://administrasingajar.blogspot.com/