Modul PPG Kemenag Sosiologi
Monday, June 10, 2019
Pada artikel kali ini saya akan membagikan sebuah file yang bersikan Modul PPG Kemenag Sosiologi kepada anda semuanya sebagai bahan belajar.
Adapun cuplikan materinya adalah sebagai berikut:
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Kemunculan ilmu sosiologi bukan secara tiba-tiba, tapi didasari oleh berbagai masalah-masalah sosial yang disebabkan oleh tingkah laku manusia dengan manusia lain dalam melakukan hubungan yang masing-masing memiliki kebutuhan, keinginan, kepentingan, dan persepsi yang berbeda-beda, baik secara individu, kelompok, kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.
Istilah sosiologi baru dikenal dan mendapatkan respon dikalangan ilmuan pada akhir abad ke-18 sekitar tahun 1840-an setelah Auguste Comte pertama kali menggunakannya karena keperihatinannya terhadap ketegangan dan kekacauan sosial yang terjadi di Negara-negara Eropa terutama di Prancis.
Auguste Comte mulai familiar dengan julukan faunding fathers of sosiology melalui karyanya “Positive of Philosophy. Kelahiran Sosiologi sebagai cabang ilmu sosial merupakan hasil perdebatan pemikiran dari para tokohnya yang ingin memisahkan ilmu sosial lainnya seperti filsafat dan psikologi.
Durkheim adalah tokoh yang dianggap paling berjasa melepaskan dominasi dari kedua cabang ilmu sosial tersebut dengan merumuskan obyek sosiologi pada kajian fakta sosial sebagai fokus kajian (fokus of interest) dari fenomena sosiologi, karyanya yang berjudul Suside dan The Role of Sosiology Method.
Kemudian diikuti oleh pemikir-pemikir lain seperti Herbert Spencer, Karl Marx, Max Weber, dan George Simmel mewarnai perkembangan sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut dikenal sebagai pemikir teori-teori klasik yang sangat berperan dalam perkembangan sosiologi, namun mereka memiliki pandangan berbeda-beda dalam mengamati realitas sosial.
Karena pandangan yang berbeda itulah menjadi cikal-bakal lahirnya berbagai paradigmaoleh Ritzer disebut multiparadigm. Walaupun demikian, bagi orang yang baru belajar sosiologi tidak perlu khawatir, karena sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya “terjadi, melainkan ia adalah semacam sudut pandang yang selalu mencoba untuk “menelanjangi” realitas: mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi dibalik realitas yang tampak.
Adapun cuplikan materinya adalah sebagai berikut:
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Kemunculan ilmu sosiologi bukan secara tiba-tiba, tapi didasari oleh berbagai masalah-masalah sosial yang disebabkan oleh tingkah laku manusia dengan manusia lain dalam melakukan hubungan yang masing-masing memiliki kebutuhan, keinginan, kepentingan, dan persepsi yang berbeda-beda, baik secara individu, kelompok, kebudayaannya, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.
Istilah sosiologi baru dikenal dan mendapatkan respon dikalangan ilmuan pada akhir abad ke-18 sekitar tahun 1840-an setelah Auguste Comte pertama kali menggunakannya karena keperihatinannya terhadap ketegangan dan kekacauan sosial yang terjadi di Negara-negara Eropa terutama di Prancis.
Auguste Comte mulai familiar dengan julukan faunding fathers of sosiology melalui karyanya “Positive of Philosophy. Kelahiran Sosiologi sebagai cabang ilmu sosial merupakan hasil perdebatan pemikiran dari para tokohnya yang ingin memisahkan ilmu sosial lainnya seperti filsafat dan psikologi.
Durkheim adalah tokoh yang dianggap paling berjasa melepaskan dominasi dari kedua cabang ilmu sosial tersebut dengan merumuskan obyek sosiologi pada kajian fakta sosial sebagai fokus kajian (fokus of interest) dari fenomena sosiologi, karyanya yang berjudul Suside dan The Role of Sosiology Method.
Kemudian diikuti oleh pemikir-pemikir lain seperti Herbert Spencer, Karl Marx, Max Weber, dan George Simmel mewarnai perkembangan sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut dikenal sebagai pemikir teori-teori klasik yang sangat berperan dalam perkembangan sosiologi, namun mereka memiliki pandangan berbeda-beda dalam mengamati realitas sosial.
Karena pandangan yang berbeda itulah menjadi cikal-bakal lahirnya berbagai paradigmaoleh Ritzer disebut multiparadigm. Walaupun demikian, bagi orang yang baru belajar sosiologi tidak perlu khawatir, karena sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya “terjadi, melainkan ia adalah semacam sudut pandang yang selalu mencoba untuk “menelanjangi” realitas: mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi dibalik realitas yang tampak.