ISTRI ITU IBARAT NASI, SEDANGKAN BIDADARI SURGA IBARAT SNACK.
Tuesday, May 28, 2019
Al Habib Husain Al Alaydrus Pethekan Semarang sampai berumur 60 tahunan, beliau masih sendiri, belum menikah. Sampai kemudian pada sekitaran tahun 1985, beliau menghadiri undangan 'Aqdun Nikah di rumah KH. Muhajir Madad Salim, di Demak Jawa Tengah. Saat itu keluarga Kyai Muhajir sedang menikahkan kakak tertuanya.
.
Mbah Kyai Maimun Zubair Sarang yang masih kerabat dekat mempelai perempuan. Kemudian berpidato memberi mauidhoh hasanah.Diantara petuah beliau :Sepasang pengantin itu, kalau sudah di dudukkan berdampingan begini, jangan dikira cuma dilihat banyak orang di alam dunia saja. Sepasang pengantin nanti di akhirat juga akan di dudukkan berdampingan, bersama-sama masuk kedalam surga.
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ
Jadi dengan demikian hanya ISTRI YANG DARI ALAM DUNIA saja yang bisa mendampinginya duduk di Bangsal Kencananya di surga. Sedangkan bidadari, mereka tidak.Istri itu ibarat makanan pokok. Sedangkan bidadari cuma snack. Kalau dia butuh bidadari, maka bidadari baru dapat melayani. Jika tidak butuh maka bidadari tidak bisa dekat2 dengannya.Jadi, orang2 yang meninggal dunia sampai belum sempat menikah, maka keadaan mereka tidak sama dengan yang sudah menikah.Istri itu ibarat nasi, sedangkan bidadari itu ibarat jajanan2 (snack). Kamu kok sama sekali tidak makan nasi, hanya makan jajanan2 saja, maka tidak bisa kenyang. Perut malah bisa KEMBUNG.
.
Mendengar petuah Mbah Moen itu, sepulangnya dari resepsi, Habib Husain langsung menikah. Menikah dalam usia setua itu, karena takut nanti di surga dirinya malah cuma dapat KEMBUNG nya saja, seperti dawuhnya Mbah Moen.Kurang dari dua tahun, Habib Husain kemudian wafat dalam keadaan sempurna. Tidak bakalan sakit kembung di surganya. Mumpung masih ada kesempatan, yang belum menikah segeralah menikah. Niat mencari pasangan dunia akhirat. Soal dapat bidadari-bidadari, itu adalah bonusnya.Takutnya, keburu meninggal dunia, Belum sempat berkeluarga. Maka akan jadi seperti orang yang cuma dapat bonusnya saja, sedangkan hadiah utamanya tidak.
.
(Mutiara Hikmah KH. Maimoen Zubair).