Pengertian Khawarij, Sejarah dan Perkembangannya Dalam Islam
Wednesday, May 16, 2018
Akhir-akhir ini keompok teroris kembali melancarkan tindakan di Indonesia sehingga membuat masyarakat resah.
Dalam beberapa serangan teroris ditemukan bahwa memang KTP mereka adalah Islam, namun apakah ada pemikiran sesat dalam Islam?. Tentu tidak, terorisme sangat erat dengan kaum khawarij. Kali ini kita akan bedah sedikit tentang pengertian, sejarah dan perkembangan dari khawarij ini. Penegrtian khawarij diawali dari bentuk jamak dari khariij yang artinya orang keluar, dalam hal ini keluar dari barisan Ali bin Abi Tholib. Jadi khawarij mulai muncul di era khalifah Ali bin Abi Tholib. Kemunculan khawarij ini lahir dari adanya pergolakan politik pada masa Ali bin Abi Tholib.
Dalam beberapa serangan teroris ditemukan bahwa memang KTP mereka adalah Islam, namun apakah ada pemikiran sesat dalam Islam?. Tentu tidak, terorisme sangat erat dengan kaum khawarij. Kali ini kita akan bedah sedikit tentang pengertian, sejarah dan perkembangan dari khawarij ini. Penegrtian khawarij diawali dari bentuk jamak dari khariij yang artinya orang keluar, dalam hal ini keluar dari barisan Ali bin Abi Tholib. Jadi khawarij mulai muncul di era khalifah Ali bin Abi Tholib. Kemunculan khawarij ini lahir dari adanya pergolakan politik pada masa Ali bin Abi Tholib.
Ada juga yang mengatakan bahwa nama khawarij itu didasarkan atas surah an-Nisa’ ayat 100 yang pengertiannya “keluar dari rumah untuk berjuang di jalan Allah SWT. selain nama khawarij, ada beberapa nama yang diberikan kepada kelompok ini, antara lain: al-Muhakkimin, Syurah, Hururiyah dan al-Mariqoh.
Khawarij ini bermula saat terjadi perselisihan antara Muawiyah bin Abi Sofyan dengan Ali bin Abi Tholib dengan puncaknya yaitu Perang Shiffin di tahun 37 Hijriyah. Kedua kelompok ini pada akhirnya sepakat mengadakan perundingan dan sepakat untuk kembali kepada kitab Allah. Pada awalnya Ali tidak mau menerima perjanjian ini namun karena didesak pengikutnya maka ia mengalah.
Khawarij membuat khawatir |
Dan perundingan itu terjadilah pengelabuan yang dilakukan Amr Ibnu Ash terhadap Abu Musa Al-Asy'ari. Yakni Amr Ibnu Ash dalam perundingannya menyampaikan bahwa kedua belah pihak menyepakati penurunan keduanya ( Muawiyah dan Ali) dari jabatan masing-masing, sementara pengangkatan Khalifah dan gubernur yang baru akan dibicarakan lain waktu. Kejadian ini menimbulkan pembangkangan yang dilakukan sekelompok muslim yang kebanyakan berasal dari Bani Thamim. Mereka kemudian menyatakan tidak puas terhadap proses dan hasil perundingan itu.
Mereka pergi dan memisahkan diri dari laskarnya. Beberapa orang yang lari pertama kali dapat didamaikan oleh Ali, akan tetapi pelarian yang kedua berakhir dengan pembunuhan besar-besaran terhadap pengikut mereka. Banyak orang dari kalangan Ali yang keluar dan bergabung dengan kelompok yang dipimpin Abdulah bin Wahab. Ar-Rusibi. Yang menamakan dirinya Asy-Syuraat, yakni yang mempunyai sifat jelek, bermakna menjelekan diri mereka sendiri dengan mengharap keridhaan Allah SWT.
Namun, tidak begitu lama setelah keluar dari kelompok Ali, mulai menunjukan cacat dalam ucapan maupun amaliahnya pandangan dan pemikiran mereka mulai menyimpang dari kebenaran. Mereka mengecam Ali, menjelekannya serta mengajukan protes terhadap kepemimpinan Ali maupun Usman bin Affan, serta mencela setiap orang yang tidak mau memusuhi Ali dan Orang-orang yang menyalahkan Usman.
Dalam menghadapi pembangkangan tersebut Ali mengambil sikap tidak memerangi mereka, selama mereka tidak memulainya terlebih dahulu. Tetapi setelah pemimpin Khawarij Ibnu Wahab tewas terbunuh, pihak Khawarij mengutus Abdurrahman bin Maljam Al-Murodi untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan usaha itu berhasil, Ali terbunuh dalam masjid.
Sepeninggal Ali, kelompok ini membangun kekuatan untuk selalu melakukan pemberontakan pada masa kekuasaan Islam pasca Ali. Sebagaimana tertulis dalam sejarah, kaum khawarij selalu menjadi oposan atau bahkan yang memberontak pada masa dinasti Umawiyyah maupun dinasti Abbasiyah.
Meskipun pada mulanya khawarij muncul karena persoalan politik, dalam perkembangannya ia lebih bercorak teologis. Alasan mendasar yang membuat kelompok ini keluar dari barisan Ali dan kemudian membentuk barisan sendiri adalah ketidaksetujuan mereka terhadap arbitrasi/perundingan atau tahkim. Selanjutnya kaum khawarij menyinggung soal iman dan kafir. Iman menurut mereka tidak cukup dengan pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rosul-Nya, melainkan harus disertai dengan amal sholeh.
Kafir adalah pengingkaran terhadap adanya Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbuat dosa besar. Pada mulanya yang mereka pandang kafir hanyalah orang-orang yang menyetujui arbitrasi/perundingan sebelumnya, tetapi kemudian mereka mengembangkan artinya sehingga termasuk semua orang yang berdosa besar. Yang termasuk dosa besar antara lain membunuh tanpa alasan yang sah dan berzinah. Jadi jika seorang telah mengucapkan dua kalimat syahadat namun karena berdosa besar, ia tetap dipandang kafir dan keluar dari Islam. Itulah sejarah mula khawarij muncul dalam Islam dan berkembang menjadi sebuah doktrin politik. Baca juga: Tiga Aliran Besar Khawarij
Sumber https://geograph88.blogspot.com/