Kaidah Pemberian Tanda Titik Pertama Kali Pada Huruf Al-Quran (Nuqtatul I'jami)


Sebagai mana yang telah kita fahami dari tulisan sebelumnya mengenai sejarah Al-Quran dan ilmu Dhabtil Quran bahwa kitab ini awalnya hadir tanpa baris dan titik hingga akhirnya agama Islam meluas hingga daerah-daerah orang 'ajam (non-Arab) sehingga mengalami kesulitan dalam membaca Al-Quran yang tanpa bertitik dan baris.

Pada akhirnya Abu Aswad Ad-duali membuat sebuah perbaikan dalam penulisan itu agar memudahkan dalam membaca dan terjauhi dari kesalahan pelafalan. Hanya saja pada masa Abu Aswad Ad-Duali yang hidup era pemerintahan Muawiyah ini belum begitu sempurna. Itu karena usaha penyempurnaan yang dilakukan oleh Abu Aswad adalah sebatas pemberian tanda i'rab dengan titik sehingga dikenal dengan istilah Nuqtatul I'rabi.


Masa terus berlalu hingga akhirnya memasuki pemerintahan dibawah kekuasaan Abdul Malik bin Marwan, khalifah kelima Dinasti Umayyah. Permasalahan baru kemudian muncul disaat ummat Islam mengalami kesusahan dalam membedakan huruf Al-Quran. Dimana pada masa itu huruf yang serupa bentuk seperti ba, ta, tsa, ja, ha, kha, da, dza dan seterusnya belum memiliki tanda khusus seperti titik yang dapat kita bedakan sekarang ini. Akibatnya terjadi kesalahan dalam membaca Al-Quran.

‘Abdul Malik bin Marwan (65-86 H) memandang perlu memelihara al-Quran, maka beliau pun memerintahkan seorang gubernur Irak Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (75-95 H) memilih dua ulama terkenal yang mumpuni ilmunya untuk melaksanakan perintah tersebut.

Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan ini, wilayah kekuasaan Islam telah semakin luas hingga sampai ke Eropa. Karena kekhawatiran adanya bacaan Alquran bagi umat Islam yang bukan berbahasa Arab, diperintahkanlah untuk menuliskan Alquran dengan tambahan tanda baca tersebut. Tujuannya agar adanya keseragaman bacaan Alquran baik bagi umat Islam yang keturunan Arab ataupun non-Arab (‘ajami).

Terpilihlah  Yahya bin Ya’mar dan Nashr bin ‘Ashim, mereka adalah muridnya Abu Aswad al-Duali.  Keduanya adalah orang yang pertama sekali meletakkan titik pembeda huruf  yang serupa bentuk yang disebut dengan Nuqtatul I'jami.

Adapun langkah yang ditempuh oleh kedua orang ini seperti berikut yang saya kutip dari blog Zunnayana Fairuz, terjemahan dari kitab Risalah Fii Ilm Dhabtil Quran Lihaal Musykilati Hadits Ma Fii Rasm Mushaf Ustmani karya Dr. H. Hisyami bin Yazid:

1. Huruf Ba
Untuk huruf ba diberi satu titik tepat dibawah gigi huruf ba ( ﺑ ). Huruf  ba perlu diberi titik karena huruf ba serupa bentuk nya dengan huruf-huruf  lain yang bentuk giginya menghadap ke atas ( ﺑ ﺗ ﺛ ﻳ ﻧ ). Peletakan titik huruf ba di bawah berkaitan dengan gerak bibir yang turun ke bawah saat menyebut huruf ba dan sesuai dengan fungsi huruf ba untuk membaris bawahkan kalimat sesudahnya.

2. Huruf Nun
Untuk huruf nun diberi satu titik tepat di atas gigi huruf nun ( ﻧ ) agar tidak serupa bentuknya dengan huruf ba. Letak titik huruf nun harus tepat di atas giginya baik ketika terletak di awal maupun di tengah ( ﻨ  ﻨ ). Adapun ketika huruf nun ditulis terpisah, maka titik tersebut diletakkan ditenga-tengah sebagai perkiraan gigi ketika ditulis berambung.

3. Huruf Ta
Untuk huruf ta diberi dua titik tepat di atas gigi huruf ta ( ﺗ ) karena huruf ba dan nun sudah diberi satu titik dan bunyi ke atas. Letak titik huruf ta harus tepat di atas giginya baik ketika terletak di awal maupun di tengah ( ﺘ  ﺗ ).

4. Huruf Ya
Untuk huruf ya diberi dua titik tepat di bawah giginya ( ﻳ ) agar tidak serupa dengan huruf ta yang telah diberi dua titik di atas giginya. Letak titik huruf ya harus tepat di atas giginya baik ketika terletak di awal maupun di tengah ( ﻳ ﻴ ).

5. Huruf Tsa
Untuk huruf tsa diberi tiga titik tepat di atas gigi huruf tsa ( ﺜ ) supaya tidak serupa dengan huruf sebelumnya yang sudah diberi satu titik dan dua titik contohnya, ( ﺑ ﺗ ﺛ ﻳ ﻧ ). Dengan demikian kelima huruf-huruf yang serupa bentuknya dalam al-Quran, yaitu huruf ba, nun, tsa, ya, dan ta sudah dapat dibedakan.

6. Huruf Jim, Ha, dan Kha
Huruf jim, ha dan kha memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal,di tengah, maupun di akhir (ﺠ ﺤ ﺨ ﺝﺡﺥ ﺠ ﺤ ﺨ), sehingga perlu diberi titik pembeda padanya. Untuk huruf jim diberi satu titik di bawahnya ( ﺝ ) karena ketika menyebut huruf jim bibir dan bunyinya bergerak ke bawah. Untuk huruf ha tidak diberi titik ( ﺡ ) agar berbeda dengan huruf jim yang sudah diberi satu titik di atasnya. Sedangkan untuk huruf kha diberi satu titik di atasnya ( ﺥ ).

7. Huruf Dal dan Dzal
Huruf dal dan dzal memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal,di tengah, maupun di akhir ( ﺩ ﺩ ). Untuk huruf dal tidak diberi titik karena huruf kha sebelumnya telah diberi titik. Sedangkan untuk huruf dzal diberi satu titik di atas ( ﺫ ) karena bunyi hurufnya ke atas. Huruf dal dibiarkan tidak bertitik juga supaya tidak serupa dengan huruf dzal.

8. Huruf Ra dan Zay
Huruf ra dan zay memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal,di tengah, maupun di akhir ( ﺭ ﺭ ). Untuk huruf zay diberi satu titik di atasnya ( ﺯ ) dan dibiarkan huruf zay tidak bertitik ( ﺭ ) supaya tidak serupa dengan huruf zay.

9. Huruf Sin dan Syin
Huruf sin dan syin bergigi tiga tegak ke atas dan memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal,di tengah, maupun di akhir ( ﺴ ﺷ ﺲ ﺶ ). Sehingga perlu diberi titik pembeda padanya. Untuk huruf syin diberi tiga titik di atas ( ﺶ ) karena huruf syin serupa bentuk nya dengan huruf-huruf  lain yang bentuk giginya menghadap ke atas. Sedangkan huruf sin dibiarkan tidak bertitik ( ﺲ ) karena huruf zay ( ﺯ ) sebelum huruf sin sudah diberi titik.

10. Huruf Shad dan Dhad
Huruf shad dan dhad memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal,di tengah, maupun di akhir ( ﺹ ﺽ ﺻ ﺿ ). Sehingga perlu diberi titik pembeda padanya. Untuk huruf dhad diberi satu titik di atas ( ﺽ ) karena bunyi hurufnya ke atas. Sedangkan huruf shad dibiarkan tidak bertitik ( ﺹ ) karena huruf syin sebelumnya sudah diberi titik.

11. Huruf Tha dan Zha
Huruf thad dan zha memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal,di tengah, maupun di akhir ( ﻅ ﻄ ). Sehingga perlu diberi titik pembeda padanya. Untuk huruf zha diberi satu titik di atas (ﻅ ). Sedangkan huruf tha dibiarkan tidak bertitik ( ﻄ ) karena huruf Dhad ( ﺽ ) sebelumnya sudah diberi titik.

12. Huruf Fa dan Qaf
Huruf fa dan qaf memiliki bentuk yang serupa baik ketika letaknya di awal maupun di tengah ( ﻔ ﻗ ﻔ ﻘ ). Sehingga perlu diberi titik pembeda padanya. Kedua huruf ini diberi titik di atas karena bunyi hurufnya terangkat ke atas. Untuk huruf fa diberi satu titik di atas ( ﻒ ). Sedangkan huruf qaf diber dua titik di atas ( ﻕ ) supaya tidak serupa dengan huruf fa.

13. Huruf Kaf, Lam, Mim, Waw, dan Ha
Baik huruf kaf ( ﻚ ﻛ ), lam ( ﻝ ﻠ ), dan mim ( ﻡ ﻣ ), tidak beri titik karena tidak ada huruf yang serupa bentuknya dengan mereka baik ketika letaknya di awal, di tengah, maupun di akhir. Untuk huruf waw ( ﻭ ), meskipun bentuknya agak mirip seperti huruf qaf, namun bentuk hurufnya tidak sepenuhnya sama, sehingga huruf waw juga dibiarkan tidak bertitik. Begitu juga dengan huruf ha yang bentuknya tidak ada yang serupa dengannya sehingga huruf ha juga tidak diberi titik. Huruf ha memiliki dua bentuk, yaitu jika terletak di awal dan di tengah, maka bentuknya terbelah atau bulat tengah ( ﻫ ﻬ ), sedangkan jika terletak di akhir, maka bentuknya bundar ( ﻪ ).

Inilah usaha yang dilakukan oleh kedua murid Abu Aswad Ad-Duali yaitu Yahya bin Ya’mur dan Nashr bin ‘Ashim sehingga sekarang kita boleh membedakan huruf-huruf hijaiyah dalam Al-Quran. Semoga allah mengangkat derajat kedua tabi'in ini atas usahanya dalam mempermudah ummat membaca Al-Quran. Tidak hanya Al-Quran, kedua tokoh ini juga berpengaruh besar dalam khazanah ilmu bahasa Arab sendiri.

Intisari dari kuliah bersama Dr. H. Hisyami bin Yazid, Lc. M. Ag - 16 Oktber 2017
Sumber dari buku Risalah Fii Ilm Dhabtil Quran Lihaal Musykilati Hadits Ma Fii Rasm Mushaf Ustmani karya Dr. H. Hisyami bin Yazid, Lc. M. Ag.

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel