Mekanisme Kerja Neurotoksin Ular

Toksin adalah zat yang dihasilkan oleh organisme dan dapat menyebabkan kerugian bila terkena organisme lain. Salah satu contoh toksin yaitu neurotoksin, neurotoksin adalah racun yang menyerang sistem syaraf dan mengganggu penghantaran sinyal pada neuron untuk berkomunikasi secara efektif. Komposisi neurotoksin dibagi menjadi dua yaitu Pre-synaptic neurotoxins terdapat pada family ular (Elapidae dan beberapa Viperidae) mengandung phospholipases A2 yang dapat merusak ujung syaraf ditandai dengan terlepasnya transmitter asetilkolin dan Post-synaptic neurotoxins (Elapidae) mengandung polipeptida lengkap dengan asetilkolin sebagai reseptor di dalam pertemuan neuromuscular dan mampu menyebabkan kelumpuhan (Warell, 2005). 

Neurotoksin memiliki beberapa jenis enzim seperti cholinesterase dan adenosin triphospatase yang sangat berbahaya. Neurotoksin yang berasal dari ular umumnya akan menyerang dan mematikan jaringan syaraf, menimbulkan kelumpuhan pada alat pernafasan, kerusakan pada pusat otak, dan perasaan mengantuk (Sioux, 2010).

Elapidae adalah salah satu famili ular berbisa tinggi yang memiliki racun neurotoksin, bahkan racunnya dapat berakibat kematian bagi organisme lain. Ular ini memiliki tipe taring bisa yaitu proterogylpha yang terdapat dibagian depan rahang mulut. Kebanyakan ular ini hidup terestrial dan bila terganggu akan mengembangkan bagian lehernya sebagai tanda peringatan. Beberapa contoh family ular elapidae seperti Naja sputatrix, Naja sumatrana, Bungarus, candidus, dan Dendroaspis angusticeps (Cox dkk. 1998). 


Neurotoksin yang berasal dari ular dapat memblokir postsynaptic pada neuromuscular junction (NMJ) acetylcholine receptors (nAchRs) dari vertebrata seperti manusia. Neurotoksin memiliki dua kategori yang berlangsung secara singkat dan lama. Neurotoksin yang berlangsung secara singkat memiliki kandungan 60 - 62 asam amino, sedangkan yang neurotoksin yang berlangsung secara lama memiliki kandungan 66 - 74 asam amino. Neurotoksin yang berlangsung secara singkat dan lama ternyata dimiliki jenis ular family elapidae seperti kobra (Naja sp. dan Bungarus sp.). Kedua neurotoksin ini, termasuk ke dalam b-bungarotoxin dan a-cobratoxin. B-bungarotoxin adalah senyawa yang dapat berinteraksi dengan nAChRs, merupakan kelompok dari ion channel yang aktivitasnya dapat dipicu oleh neurotransmitter binding. Bungarotoxin sangat spesifik terhadap a7-nAChR. a7-nAChR memungkinkan kalsium masuknya ion ke dalam sel. Bila b-bungaratoxin ini memblokir a7-nAChR dapat menghasilkan efek merusak, karena sinyal AcH akan terhambat. Oleh sebab itu, bungaratoxin menjadi sangat berbahaya karena dapat mengganggu kerja syaraf pada organ-organ tubuh organisme yang terkena neurotoksin tersebut .


Referensi:

  • Cox, M. J., P. P. van Dijk, J. Nabhitabhata & K. Thirakhupt. 1998. A photographic guide to snakes and other reptiles of peninsular malaysia, singapore, and thailand. 
  • Davidson College. 2011. Neurotoxins in nature. 
  • Hue, B., S. Buckingham, D. Buckingham & D. B. Steele. 2007. Actions of snake neurotoxins on an insect nicotinic cholinergic synapse. 
  • Sioux. 2010. Makalah pengantar identifikasi dan penanganan ular Indonesia.
  • University of Bristol. 2002. Deadly by nature. 
  • Warrell, D. A. 2005. Guidelines for the clinical management of snake bite in the South-East Asia region. 



Sumber https://www.generasibiologi.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel