Asal-Usul Madrid (Al-Majrith), Kota Yang Dibangun Oleh Ummat Muslim Spanyol
Sunday, May 28, 2017
Kalau mendengar kata Madrid maka terlintas difikiran kita tentang salah satu club bola terkenal dengan pemainnya yang tidak asing lagi, Christiano Ronaldo. Tapi lebih dari itu, kota Madrid menyimpan sebuah histori emas pada tangan Muslim di masa lalu.
Mengenai kota Madrid, wikipedia menjelaskan. Madrid adalah ibu kota dan kota terbesar di Spanyol. Kota ini terletak di Sungai Manzanares di bagian tengah negara Spanyol. Jumlah penduduk kota seluas 607 km² ini adalah 3,228 juta jiwa (Juli 2005), sedangkan bila daerah metropolitannya dihitung dapat mencapai 5,843 juta jiwa. Letak dan sejarah Madrid membuatnya menjadi pusat kegiatan finansial dan politik di Semenanjung Iberia, terlebih setelah kembalinya demokrasi pada 1975 dan integrasi ke dalam Uni Eropa.
Wali kota Madrid adalah Alberto Ruiz-Gallardón. Penduduk Madrid sering juga disebut madrileños.
Tahukan kalian? meski diyakini telah ada sejak zaman prasejarah, tak banyak yang tahu, orang yang memberi nama kota terbesar di Spanyol ini orang-orang muslim. Sejarah modern Madrid dibangun oleh Amir Kerajaan Islam Cordoba Muhammad I.
Kota Majrith atau yang kini lebih dikenal dengan nama Madrid adalah sebuah kota yang dibangun oleh Amir Muhammad Al-Awwal bin Abdurrahman Al-Tsani Al-Umawy .
Kota tersebut di dirikan pada tahun 241 H/885 M. Seiring berjalannya waktu, kota kecil tersebut mengalami perluasan dan berubah menjadi pusat ilmu dan perdagangan dimasa lampau.
Kata “مجريط” (Majrith) berasal dari dua suku kata yaitu, “مجري” yang dalam bahasa Arab merujuk pada kalimat, “مجرى المياه” atau aliran air. Sedangkan kata kedua adalah, “ايتو” yang dalam bahasa Latin bermakna sangat banyak. Bila digabungkan bermakna “kota yang memiliki banyak aliran air.”
Disebut ‘Al-Majrit‘ dikarenakan dekat istana yang dibangun Muhammad I, terdapat sungai Manzanares, yang disebut umat Islam ‘al-Majrīṭ‘. Sungai Manzanares menjadi sumber air utama. Kemudian, nama ‘al-Majrit’ ini pun menjadi ejaan modern setempat sehingga menjadi Madrid.
Menurut sejarawan Spanyol, Oliver Asin. Madrid awalnya adalah benteng di dekat perbatasan dengan kerajaan Leon dan Castile di utara, fungsinya mengawasi kemungkinan serangan dari kedua kerajaan tersebut terhadap kaum Muslim di selatan. Benteng tersebut dibangun atas perintah penguasa Kordoba, Muhammad I pada paruh kedua abad kesembilan masehi (kira-kira 852-866 M). Selain benteng, di daerah tersebut juga dibangun rumah-rumah dan masjid. Disebutkan pula, sang khalifah juga memerintahkan pembangunan sebuah istana kecil di tempat yang sama yang saat ini ditempati oleh Real Palacio. Di sekitar istana tersebut, dibangun benteng kecil, al-Mudayna.
Saat Islam berkuasa, banyak pembangunan yang dilakukan. Perekonomian Madrid makin maju. Meski saat itu Madrid hanya sebuah kota kecil, namun kegiatan ekonomi di kota ini cukup bagus.
Misalnya, ada industri pembuatan sepatu bersol gabus, yang semula dikembangkan oleh orang-orang Romawi. Bahkan pada masa itu, sepatu bersol gabus merupakan produk ekspor pokok. juga industri kayu ek.
Warisan lain umat islam di kota Madrid adalah penggunaan qanat, yaitu terowongan bawah tanah yang digunakan untuk tujuan irigasi. Di sana, juga di bangun sistem penyediaan air untuk seluruh wilayah kota tersebut. Dengan sumber air yang melimpah, penyediaan air pun bisa merata ke seluruh wilayah.
Salah satu tokoh umat Islam yang menonjol dari Madrid adalah seorang ilmuwan bernama Maslamah Ibnu Ahmad Al Majriti. Nama aslinya adalah Abul Qasim Maslamah Bin Ahmad Al-Majriti. Disebut Al Majriti karena ia dilahirkan di Madrid, Spanyol. Ilmuwan muslim ini meninggal sekitar tahun 1007 atau 1008 Masehi.
Menurut cendekiawan barat EJ Holmyard, Al Majriti merupakan ilmuwan Muslim Spayol yang cemerlang pada masa Khalifah Al-Hakam II. Ia merupakan seorang Kimiawan sekaligus Astronom, Matematikawan bahkan ulama besar dari Andalusia.
Al Majriti juga dikenal sebagai orang pertama yang membuktikan prinsip kekekalan massa yang ia tulis dalam kitab Rutbat al Hakim. Jauh sebelum Iimuwan non-Muslim yang bernama Lavoisier dari Prancis yang dianggap sebagai penemu prinsip kekekalan massa.
Mengenai Maslamah Ibnu Ahmad Al Majriti, baca selengkapnya: Biografi Abul Qasim Al-Majriti (Master Matematika, Astronomi & Kimia)
Dalam arsip Spanyol, kata Majrith atau Madrid tidak dikenal dalam sejarah Spanyol pra Andalus. Hal ini membuktikan bahwa kota tersebut murni dibangun oleh kaum muslimin Andalus.
Selama 800 tahun kepemimpinan Muslim di Spanyol sampai tahun 1492 M, Madrid bukanlah ibu kota Muslim Spanyol bahkan bukan termasuk kota utama, saat itu kota-kota utama di Spanyol adalah Kordoba, Toledo, Sevilla, Valencia dan Granada.
Saat kekuasaan Islam di Andalusia (Spanyol) melemah, pada 1085, benteng Madrid ditaklukkan oleh Alfonso VI Castilia. Raja Kristen itu pun mengubah masjid-masjid di Madrid menjadi gereja. Pada 1329, Madrid benar-benar berubah menjadi kota kristiani. Dan saat ini, Madrid lebih dikenal sebagai kota sepakbola. Madrid baru menjadi ibu kota Spanyol setelah Muslim tidak lagi memerintah yaitu di tahun 1561 M atas perintah raja Spanyol Philip II.
Al-Himyari, seorang ahli sejarah dan geografi Andalus ternama menyebutkan bahwa penduduk asli kota Madrid berasal dari keturunan bangsa arab. Hal ini tidak seperti yang diyakini oleh sebagian sejarawan Eropa pada abad ke 17 dan 18 M. Apa yang sebutkan oleh Al-Himyari juga di dukung oleh Évariste Lévi-Provençal, sejarawan dan orientalis berkebangsaan Prancis. Serta dikuatkan oleh bukti arkeologi yang ada.