Shemagh/Ghutra Bukan Pakaian Khas Salafi Saudi & Tidak Bisa Disamakan Dengan Tallit Yahudi


Ini merupakan tulisan saya di facebook setahun yang lalu (18/4/16). Kebetulan facebook mengenang kembali status setahun yang lalu dan saya rasa interest kalau di posting di blog juga.

Mungkin anda sering melihat orang-orang Saudi memakai kain dikepala baik warna putih dengan motif merah maupun putih polos. Itu namanya Shemagh atau yang putih dinamakan Ghutra dan juga dikenal Kuffiya, dipakai dengan Egal seperti tali pengikat.

Untuk beberapa dan sebagian orang apabila melihat seseorang ber jubah dan memakai shemagh ini mereka langsung ceplok mengatakan itu wahabi... itu wahabi.., padahal bisa saja itu seorang non muslim.

Bahkan ada yang lebih ekstrim mengatakan dan menuduh orang-orang muslim Saudi itu ikut-ikutan Yahudi memakai kain selendang di kepala, sehingga ada yang mengidentikkan ideologi yang dianut orang Arab dengan kedekatan ajaran Yahudi. Inilah mindset dan propaganda untuk menanamkan rasa benci kepada sesama muslim. Beginilah cara musuh-musuh Islam menghancurkan kita dengan mengotak-ngotakkan sesama muslim lalu memberikan label untuk mendiskreditkannya.

Jadi begini temen-temen. Shemagh atau kain selendang yang menutupi kepala itu bukan merupakan pakaian "khas" Salafi Saudi, umumnya digunakan pada wilayah padang pasir karena berfungsi sebagai pelindung daripada sengatan matahari, hembusan debu dan pasir. Itu sejatinya merupakan pakaian khas tradisional orang-rang di Jazirah. Tak hanya di Saudi, bahkan di Emirat, Oman, Qatar, Yaman, hingga Palestine atau Israel juga pakai, termasuk Yahudi Mizrahi dan Kurd.

Shemagh ini pun tidak menunjukkan suatu identiti pada kelompok muslim tertentu. Karena yang memakai shemagh ini tak hanya muslim. Baik itu Syiah bahkan non muslim pribumipun memakainya. Dengan kata lain ini adalah mode umum fashion orang Arab. Kain ini juga menjadi simbol perlawanan Palestina setelah Yasser Arafat mempopulerkan dalam perjuangannya.

Saya tertarik pada beberapa ulama Arab yang memakai shemagh. Cenderung mereka berbaur, sehingga kita tidak bisa bedakan mana ulama mana masyarakat biasa, mana orang alim lagi shalih dan juga mana yang awaam. Berbeda dengan tempat kita, orang yang cenderung alim dan shalih terlihat dari pakaiannya. Baik ia memakai jubah maupun koko dengan songkoknya sehingga kita bisa bedakan oh ini pak ustadz, oh ini pak haji, oh ini habib dan seterusnya.

Kondisi seperti ini kemudian tertanam dalam mindset kita orang-orang Indonesia. Dampaknya, ketika kita melihat ada orang arab dengan jubah dan shemagh atau ghutra yang khas Arab tapi kelakukannya nge-clubbing bareng wanita-wanita tabarruj, kita cenderung langsung men-judge "lihat tuh, syeikh-syeikh Arab pada main wanita" atau yang lebih ekstrim lagi "lihat tuh, pengikut-pengikut wahabi kelakuannya asik main wanita di klub malam". Faktanya, mereka yang memakai pakaian seperti itu tidak semuanya seorang muslim ta'at, tidak semuanya juga muslim. Pakaian seperti itu memang sudah kebiasaan dan adat disana.

Adapun Shemagh dengan pakaian khas Yahudi itu berbeda. Selendang yang dipakai Yahudi itu dinamakan Tallit atau Tsitsit dalam bahasa Arab dikenal Thayalisah. Adalah kain ibadah yang digunakan selama ibadah pagi (ibadah shacharit) dalam agama Yahudi, juga pada pembacaan Taurat, dan hari raya pendamaian (Yom Kippur), dipakai oleh kaum lelaki dan wanita. Tallit memiliki jumbai-jumbai di empas sisinya yang dinamai Tzitzit dan biasanya ditemani dengan Teffilin. Tallit ada dua bentuk, Tallit gadol yang bentuknya seperti selendang yang digunakan dalam ibadah pagi dan Tallit Katan (Arba Kanfos) biasanya menjadi pakaian sehari-hari umat laki-laki Yudaisme Ortodoks. Baca selengkapnya: Tallit (טלית) atau At-Tayalisah (الطَّيَالِسَةُ), Selendang Ibadah Kaum Yahudi.

Namun berbeda dengan sorbannya Syiah (ammamah), sorban syiah tidak dipakai oleh masyarakat umum kecuali pemuka agama mereka dan kaum terpelajar dari hauzah. Bahkan setiap orang yang memiliki maqom berbeda maka berbeda pula warna sorbannya. Ini menunjukkan jika serban di kultur syiah (serban khas syiah) adalah indentiti suatu kelompok agama. Artinya serban mereka tidak akan dipakai oleh kalangan Sunni.

Jika kita melihat agama Sikh, serban yang mereka pakai disebut Keski atau Dastaar. Keski pada agama Sikh adalah identiti agama. Sebab semua penganut Sikh harus memakainya baik itu keseharian dan ibadah bagi kaum pria. Berbeda dengan Tallit yang dipakai hanya saat ibadah dan Ammamah yang hanya dipakai oleh kaum terpelajar. Walaupun Shemagh dan Keski dipakai saat ibadah dan keseharian, keski hanya dipakai oleh masyarakat India (Punjab) penganut Sikh. Sedang shemagh dipakai oleh semua golongan. Baca selengkapnya tentang agama Sikh: Agama Sikh (Sikhism - ਸਿੱਖੀ)

Atau bagaimana dengan pengikut Sabean Mandean (Shabi'in Mandiyun), mereka juga memakai serban seperti yang dipakai oleh ummat Muslim. Apakah kemudian kita akan menyamakan ummat Muslim yang berserban ikut-ikutan kaum Sikh atau Sabean?. Baca selengkapnya tentang agama Sabean Mandean: Agama Shabi'ah (Sabean Madean/Sabi'in Mandiyun)

Coba kita lihat pada agama Druze dan Samaritan, mereka memakai peci Tarbush yang sekilas juga mirip dengan pakaian/peci yang dipakai oleh para Azhari (Syaikh Al-Azhar, Mesir), Syria dan Turki?. Tentunya kita seharusnya tidak serta-merta menyamakan begitu saja, kita juga harus kembali menelisik dari berbagai segi dan pandangan sebelum akhirnya menentukan kesimpulan. Baca selengkapnya tentang agama Druze & Yahudi Samaritan: Agama Druze (Darazi - Muwahhidun Ad-Duruz)Agama Samaritan (Kaum Samaritan - שומרונים).

Intinya, pemakaian Shemagh bukan pakaian khusus yang mengidentikkan suatu kelompok agama/ideologi tertentu dan juga tidak bisa diserta-mertakan menyamakan dengan Tallit. Bahkan Shemagh/Ghutra, Tallit, Serban, Keski/Dastaar dan Tarbush memiliki aturan dan asal-usulnya tersendiri.

Tallit merupakan pakaian identiti suatu kelompok komunitas agama yang dipakai saat ibadah, sedangkan shemagh dipakai kapanpun. Keski/Dastaar serta Tarbush Druze dan Samaritan merupakan pakaian identiti suatu kelompok komunitas agama yang dipakai sehari-hari. Sedangkan shemagh  juga pakaian sehari-hari namun tidak mewakili komunitas apapun, kecuali sebagai kultur Arab.

Jika kita mentamakan shemagh/ghutra/kefiyeh dengan Tillit Yahudi. Maka Keski Sikh juga sama dengan serban?. Jika seperti itu Syaikh di Al Azhar juga sama seperti penganut Druze dan Yahudi Samaritan. Memakai peci merah dengan dililit kain putih yang juga dipakai oleh penganut Druze dan Yahudi Samaritan dengan nama Tarbush?.

Setidaknya tulisan ini sedikit-banyak membantu temen-temen agar dapat sedikit membedakannya dan supaya tidak tenggelam dalam suatu propaganda permusuhan. Semoga Allah memudahkan dalam memahaminya, open your eyes & peace!.

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel