2 CERPEN LIBURAN SEKOLAH TERBARU
Thursday, May 12, 2016
Guruberbahasa.com- 2 CERPEN LIBURAN SEKOLAH TERBARU
CERPEN 1
Pengalaman Liburan Sekolah
Pengalaman menyenangkan saya Di saat liburan sekolah ,saya dan teman teman saya pergi berlibur ke rumah orang tua teman saya yang terletak di padalarang .kami ingin segera sampai di tujuan tersebut dan kami pun memutuskan untuk pergi kesana menggunakan sebuah angkutan kota yang di sebut kereta api agar cepat sampai tujuan .
Pengalaman menyenangkan saya Di saat liburan sekolah ,saya dan teman teman saya pergi berlibur ke rumah orang tua teman saya yang terletak di padalarang .kami ingin segera sampai di tujuan tersebut dan kami pun memutuskan untuk pergi kesana menggunakan sebuah angkutan kota yang di sebut kereta api agar cepat sampai tujuan .
saat perjalanan menuju rumah teman saya ,saya membeli oleh oleh dulu untuk orang tua teman saya .
sore itu saat kami sampai di tujuan ,kami pun langsung menuju rumah teman saya dan saat masuk ke rumah nya kami langsung bersalaman kepada orang tua teman saya yang sudah menunggu di rumah nya dan kami pun langsung memberikan oleh oleh yang tadi di beli di perjalanan .dan kami pun istirahat dulu sejenak dan meminun segelas teh yang di seduh dengan air dingin ..
setelah cukup beristirahat ,kami langsung menuju ke persawahan milik teman saya dan disana saya dan teman teman saya menikmati pemandangan alam yang indah menakjubkan ,karena udara nya masih sejuk dan hamparan sawah pun masih luas dan sungai sungai pun air nya masih mengalir jernih .kami pun tidak sia sia karena telah di ajak oleh seorang teman saya untuk berlibur ke kampung halaman nya itu ..
saat sore menjelang maghrib tiba ,kami bergegas untuk kembali pulang .dan kami tidak lupa untuk berpamitan kepada orang tua teman saya.
saat akan pulang ke rumah ,saya menuju stasiun terlebih dahulu dahulu untuk membeli tiket kereta api .saat kami mengantri untuk membeli sebuah tiket ternyata dompet teman saya mendadak hilang karena di curigai adanya pencopet . teman saya pun binggung karena tidak ada lagi uang yang tersisa di saku nya dan dia tidak bisa membeli tiket ,dan tidak jauh dari stasiun kereta itu kami memutuskan untuk mencari dompet teman saya dulu yang barang kali terjatuh di dekat stasiun .
ternyata ,dompet teman saya sudah di temukan dan isinya pun tetap utuh ,untung saja tidak ada barang yang hilang .dompet teman saya terjatuh karena teman saya tidak benar memasukan dompet nya ke dalam saku celana nya .dan kami pun kembali mengantri untuk membeli tiket kereta.
dan tidak lama kemudian ,kereta pun datang dan kami bergegas untuk naik ke kereta tersebut ,sesampai nya di stasiun bandung ,kami langsung menaiki sebuah angkutan umun lagi untuk memperdekat jarak pulang ke rumah ,setelah sampai di depan jalan raya yang dekat dengan rumah masing masing ,kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing masing.
SUMBER: http://dwieka12.blogspot.co.id
CERPEN 2
Berkunjung ke Rumah Nenek
Oleh: Adyta Kustanto
Liburan, bagi anak sekolah, merupakan hari yang selalu ditunggu-tunggu karena menyenangkan. Ani adalah siswa SD kelas III yang terletak di tengah kota Yogyakarta. Ia sudah lama menanti saat liburan tiba. Selama ini setiap liburan panjang hanya dihabiskannya di rumah. Pada liburan kali ini, Ani ingin sepenuhnya berada di rumah neneknya, yang berada di ujung utara Kabupaten Sleman. Jaraknya agak jauh dengan rumah Ani. Nenek Ani bernama Widi. Beliau tinggal di daerah Sleman, di desa yang sejuk dan indah pemandangannya. Tanahnya yang subur sangat cocok ditanami apa pun.
Misalnya, tanaman buah salak, padi, jagung, kacang, dan tanaman sayuran lainnya. Bukan itu saja, di sana airnya juga jernih karena banyaknya sumber air. Tidak mengherankan jika di sana banyak terdapat kolam ikan. Kolam ikan itulah yang dirindukan Ani. Kata Ani, kolam ikan itu mengasyikkan, sehingga ia ingin memancing ikan di desa neneknya. Hari pertama liburan tiba, Ani sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke rumah nenek. Baju tidur, celana panjang, kaus, sandal, sikat gigi, handuk, sabun, dan tidak ketinggalan buku cerita Doraemon yang sering dibacanya.
Ia memasukkan barang-barang itu ke dalam tasnya hingga terasa berat karena penuh dengan bawaan Ani. Pada hari pertama liburan itu Ani masih saja sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa. Maklumlah, karena hari sebelumnya Ani masih masuk sekolah. Ani akan berangkat hari kedua, sesuai pesan ayah dan ibunya. Di samping itu, ayah dan ibunya juga berpesan agar ketika di rumah neneknya tidak merepotkan orang lain, maka Ani harus sehat. Oleh karena itu, malam sebelum berangkat menuju rumah nenek pada harus istirahat biar badan tampak segar. Pada keesokan harinya, tepat pukul 09.00 pagi, Ani berangkat bersama ayah dan ibunya.
Mereka berkendara mobil yang biasa dikendarai ayahnya ke kantor. Seperti biasanya ketika akan berangkat ke sekolah, Ani duduk di jok depan bersama ayahnya; ibunya duduk di belakang mereka. Itulah Ani, sejak kemarin memang sudah berpesan pada ayah dan ibunya bahwa ia ingin duduk di samping ayahnya. Ani ingin menikmati pemandangan selama perjalanan menuju rumah neneknya. Perlahan-lahan mobil melaju ke rumah Nenek Widi. Ani melambaikan tangannya disertai ucapan “Dah...dah! Bibi… dah...dah! Bibi…” tanda berpamitan kepada Bibinya penjaga rumah. Bibi pun melambaikan tangannya sambil mengucapkan, “dah...dah. Salam buat Nenek, ya…,” “Ya,ya! Jawab Ani penuh semangat.
Dengan lincahnya pula dari kejauhan Ani tersenyum sambil menciumi telapak tangannya berkali-kali tanda ucapan selamat tinggal pelanpelan. bibinya tidak tampak lagi di mata Ani. Selama perjalanan ke rumah nenek, mereka melewati kota Yogya yang ramai menjadikan mobil sempat terhenti karena macet. Terlebih lagi, karena masa liburan, banyak orang berlibur di Yogya. Di sepanjang jalanan kendaraan tampak berjubel hingga macet. Kemacetan itu menjadikan perjalanan terasa lama untuk sampai di rumah Nenek Widi. Namun tidak mengapa, Ani malahan bisa mengamati tempat-tempat di sepanjang jalan kota.
Ani jadi tahu letak Taman Pintar, Gedung Bank Indonesia, Kantor Pos Besar, jalan Malioboro, Gedung Vederbgreg, Gedung Agung, Bank BNI pusat, Rumah Sakit PKU, dan yang lain. Bagi Ani ada untungnya walaupun jalanan macet dan tidak segera sampai di rumah Nenek Widi. “Waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 menit, namun belum sampai juga,” kata Ani. “Ayah kenapa jalannya mobil pelan sekali, Yah? Kapan sampainya?” “Tadi di Yogya sudah macet, sekarang sudah di luar kota Yogya juga laju mobil pelan. Kenapa Yah?” “Kapan sampainya?” Pertanyaan Ani bertubi-tubi hingga ibunya merasa gemas sambil menggeleng-geleng kepala tanda senang mendengar pertanyaan Ani. “Sabarlah, sebentar lagi juga sampai,” kata ibunya yang duduk di belakang Ani.
Pertanyaan itu kemudian dijawab ayah Ani. “Sengaja ayah tidak mau ngebut, biar perjalanan ke rumah nenek betulbetul bisa dinikmati. Coba perhatikan di kanan-kiri kita ini, indah bukan pemandangannya? “Iya, ya, Yah! Lebih enak tinggal di desa ya, Yah daripada di kota yang panas, ramai, dan berpolusi.” Tidak berapa lama, tepat pukul 11.40 mereka tiba di desa neneknya Ani. “Yah suasananya kenapa tidak berubah ya, Yah? Masih sama dengan tahun lalu. Sawah membentang luas, di pinggir jalan tumbuh pohon-pohon perindang.
Di pinggir jalan pula tetap mengalir jernih sungai kecil atau parit. Dari kejauhan desa nenek juga masih terlihat sama, pohon nyiurnya menjulang dan melambai-lambai, tetap seperti dulu ya, Yah!” Coba itu Bu, lihat! Tidak berubah bukan?” kata Ani. “Iya, itulah yang kita rindukan,” jawab ibunya Ani. “Kita sudah akan sampai ya, Yah!, ya Bu! lihat tuh!, desa nenek sudah kelihatan!” seru Ani. Oh iya, ya, tidak terasa kita sudah sampai,” kata ibunya. Mobil sedan itu memasuki halaman rumah nenek Ani yang luas, bersih, dan rindang.
Mereka telah sampai di rumah nenek Widi. Halaman rumah hidup karena berbagai macam tanaman buah-buahan, ada rambutan, mangga, duku, belimbing, melinjo, nangka, sawo, jambu, dan pete. Agak jauh di kebun nenek tumbuh juga pohon kelapa menjadikan rumah Nenek Widi tampak asri. Halaman luas dan banyak pepohonan itulah yang menjadikan Ani, ayah, dan ibunya merindukannya. Ani bergegas turun dari mobil; segera menghampiri neneknya yang sedang duduk di teras.
Beliau menunggu kedatangan mereka di teras yang dipenuhi kursi dan potpot bunga itu. “Nek! Ani datang Nek! Ani bersama Ayah dan Ibu!” seru Ani sambil berlari menghampiri neneknya yang rambutnya memutih itu. “Aduuuh, cucuku datang! Sudah besar dan cantik ya sekarang!” kata nenek gembira sambil memeluk dan menciumi pipi Ani yang gembil itu. “Iya Nek! Ani kangen Nenek. Ani ingin berlibur lama di sini. Boleh, kan Nek?” tanya Ani penuh kegirangan. “O,…boleh sayang.
Nenek senang sekali karena nanti ditemani cucu nenek tersayang,” jawab Nenek dengan senang. Maklumlah karena Ani adalah cucu yang jarang tidur di rumah neneknya. Selain itu, kakek Ani sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tentu saja Nenek Widi senang sekali jika Ani berlibur agak lama di rumahnya “Mana ayah dan ibumu Ani?” tanya Nenek Widi dengan lembutnya. “Tuh mereka sudah mau turun,” jawab Ani. Saat itu juga, ayah dan ibunya Ani turun dari mobil. Mereka dari kejauhan tampak menciumi pipi ibunya, sambil menanyakan kesehatan ibunya. “Sehat-sehat saja, kan Bu?” Alhamdullillah, sehat…” jawab Nenek Widi. Mereka kemudian agak lama berbincangbincang di teras, tampak saling melepaskan rasa kangen.
Ani, ayah Ani, dan ibunya Ani bahkan belum menurunkan barang bawaannya dari mobil, malahan duduk-duduk di teras rumah nenek Widi yang asri itu. Cuaca tengah hari di rumah Nenek Widi tidak terasa panas, namun sebaliknya terasa sejuk. Mereka tampak masih enggan memasuki rumah; masih ingin menikmati kesejukan dan keteduhan teras dan halaman rumah. Dedaunan yang bergoyang-goyang diterpa angin itu menambah nyamannya suasana teras. Satu, dua, tiga daundaun pun berjatuhan agak mengotori halaman rumah yang luas itu. “Nek! Nek! Nanti aku yang nyapu halaman rumah ya Nek!” pinta Ani pada neneknya.“Boleh, nenek senang, tapi jangan capek-capek ya,” jawab nenek. Melihat kelincahan dan keberanian Ani dalam berbicara, membuat mereka tetap diam dan duduk sambil menunggu Ani selesai berbicara dengan neneknya. Selesai menyapu halaman, Ani kemudian masuk rumah sambil berlari-lari kecil.
Ia tiba-tiba ingat pada kawannya yang tinggal tidak jauh dari rumah neneknya. Ia kemudian minta ijin ayah dan ibunya untuk bermain ke rumah kawan yang bernama Rini. “Ayah, Ibu, Ani mau ke rumah Rini. Boleh,kan?”“Tidak jauh kok Yah, tuh! Hanya 100 meter-an dari rumah Nenek.” Sambil menunjuk rumah Rini yang kira-kira berjarak100 meter itu. “Boleh ya, Yah! Boleh ya, Yah.” “Ya!” Jawab ayah Ani meyakinkan. Ani pun segera berlari ke rumah Rini, tanpa pamit kepada Nenek yang ada di dalam rumah. Nenek pun tidak mencari karena tahu setiap Ani datang, pasti bertandang ke rumah Rini. Sesampai di rumah Rini, lalu Ani mengetuk pintu sambil memanggil-manggil nama Rini, kawannya sesama kelas III itu. “Tok…tok…tok… tok ... tok …tok … Rini, … Ani datang.” Sambil mengetuk pintu rumah yang besar itu. “Rini…Rini…,” suara Ani memanggil Rini. “Iya, tunggu sebentar.” Sahut Rini dari dalam rumah.
Sebentar kemudian Rini muncul. “Hah! Ani! Apa kabar? Kapan datang?” pertanyaan Rini beruntun. “Aku baik-baik saja. Kamu bagaimana?” tanya Ani. “Ya baik-baik saja,” jawab Rini kaget campur senang. “Kapan datang?” lanjut Rini. Ani. “Baru saja datang, tapi ke rumah Nenek dulu,” jawab Mereka akhirnya bercerita untuk melepas rasa rindunya masing-masing. Sore harinya mereka berjalanjalan di sekeliling desa. Ani tampak menikmati keindahan desa neneknya. Tanahnya subur, air sungai pun mengalir jernih. Sawah yang terhampar luas di pinggir desa menambah keasriannya. Dari kejauhan tampak pegunungan yang indah sehingga menambah rasa senang hati Ani. “Wah,… senang ya, di sini.
Banyak anak-anak yang masih asyik bermain, tidak seperti di rumah Ani di kota.” Di sekitar rumah Ani jarang terjadi peristiwa seperti itu. Ani dan Rini sudah merasa lelah bermain; Mereka kemudian pulang ke rumah masing-masing. Malam harinya, Ani makan bersama Nenek, Ayah, dan Ibu. Mereka tampak merasakan hangatnya kebersamaan dalam keluarga. Sambil makan, mereka berbincang-bincang. Dalam perbincangan itu, muncul pertanyaan Ani. “Nek, apa nenek masih sering menanam padi bersama orang-orang di desa ini Nek?” tanya Ani. “Ya masih, kalau itu musim bercocok tanam, nenek pasti ikut menanam.” Jawab nenek jujur. “Wah, nenek memang hebat ya,” seru ibu Ani. “Ibu sebaiknya mengurangi kegiatan seperti itu. Ibu kan sudah tua, nanti cepat lelah,” pinta ibu Ani dengan halus. “Tidak, aku masih kuat,” jawab nenek dengan tegas. “Lihat saja semangatku.
Yah…semangatku seperti anak muda jaman sekarang.” Gurau nenek. “Wah…ibu bisa saja,” kata ayah Ani. Semua jadi tertawa mendengar gurauan nenek Ani tadi. Selesai makan malam, mereka beristirahat sambil duduk santai di teras halaman rumah. Suasana yang sepi, ditambah suara jangkrik dan katak di pinggir kebun nenek Widi menjadikan indahnya situasi malam di desa. Di langit pun dari kejauhan terlihat bulan melengkung kecil. Bintangbintang pun bersinar. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan.
Mereka sudah mengantuk dan lelah. Akan tetapi, Ani masih saja minta tolong Nenek untuk mendongeng. “Nek, Ani minta didongengi Nenek. Mau ya, Nek, Nenek belum ngantuk kan?” pinta Ani pada neneknya. Nenek pun menuruti keinginan Ani, mendongeng tentang “Kancil Mencuri Mentimun.” “Kancil yang nakal itu memang suka mencuri mentimun di kebun Pak Tani” kata Nenek. Belum selesai Nenek bercerita, Ani pun sudah terlelap tidur. Ia akhirnya tertidur di samping Nenek yang sangat menyayanginya. Entah apa yang dimimpikan Ani, tidak terbangun selama terlelap tidur, tahu-tahu hari sudah pagi. Terdengar oleh Ani suara ayam berkokok pertanda hari menjelang pagi. Di timur terlihat olehnya semburat langit yang memerah, pertanda matahari akan terbit.
Ani langsung meloncat dari tempat tidur, terlihat di dapur Ibu dan Nenek sudah memasak makanan sarapan. “Nek!, Nenek!. Nenek di mana?” “Kemarilah, Nenek ada di dapur bersama ibumu. Sini! Bantu nenek memasak!,” kata Nenek. “Nanti ya Nek, Ani cuci muka dulu, terus mau berjalanjalan dengan ayah,” kata Ani. “Ani ingin menikmati suasana pagi di sekitar rumah nenek. Boleh ya, Nek?” pinta Ani. Ani bersama ayahnya melangkahkan kaki ke luar rumah. “Wah, hawanya dingin ya, Yah. Udaranya segar sekali.” “Inilah suasana di desa Nenek yang ayah rindukan juga.” kata ayah Ani. “Di sini kan banyak pepohonan, yang menjadikan udaranya sejuk.” Lanjut ayah Ani. Ketika Ani dan ayahnya berjalan-jalan di sekitar desa, tiba-tiba keduanya terjatuh dan terperosok ke kolam ikan milik tetangga Nenek Widi. Ketika mereka terlalu asyik menikmati ikan-ikan di kolam, tidak diduga sebelumnya, tiba-tiba, byuuuur… terpelesetlah mereka berdua ke dalam kolam yang penuh ikan itu.
Mereka pun kaget, panik, dan berteriak minta tolong kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun tidak ada seorang yang mendengarnya. Untunglah, ayah Ani pandai berenang. (sisipkan gambar berliburkerumah nenek2) Mereka basah kuyup. Ani sudah banyak menegah air kolam itu, sampai terbatuk-batuk. Mereka bisa menepi karena di situ kebetulan ada bambu yang dapat digunakan untuk sampai di atas kolam dan naiklah mereka sambil saling berpegangan tangan. Ani menangis histeris karena takut. Mereka berdua pulang denan berbasah kuyup.
Melihat mereka seperti itu, Nenek kaget sambil berteriak memanggil ibunya Ani. “Kemarilah! Ini Ani dan ayahnya basah kuyup. Mengapa bisa begini, Ani? Tadi ke mana saja?” tanya Nenek. “Kalian tidak apa-apa, kan?” lanjut Nenek. Dari dalam rumah muncul ibunya Ani. “Hah! Mengapa bisa begitu? Apa yang terjadi? Kalian jatuh di mana?” Kepanikan mereka itu akhirnya dijawab ayah Ani bahwa tadi mereka jatuh terperosok di kolam ikan milik tetangga sebelah. “Sudah! Sudah! Sekarang masuk, cuci, mandi, ganti baju, terus sarapan, ya,” kata Nenek penuh semangat. Ani kemudian mandi terlebih dahulu, sementara ayah menunggunya karena kamar mandi hanya satu. Jadi, harus bergantian. Begitu selesai mandi, Ani terus sarapan pagi. Banyak kegiatan sehari-hari selama Ani berlibur di rumah Nenek yang tidak bisa dilakukannya di rumah.
Misalnya bermain di sungai yang jernih, melihat pemandangan alam yang alami, berjalan-jalan di pematang sawah, dan berjalan-jalan di pagi hari menghirup udara segar. Semua itu akan menjadi kenangan indah bagi Ani selesai liburan. Peristiwa terperosok ke kolam pagi itu menjadikan kenangan indah pula yang tidak akan pernah dilupakannya. Waktu liburan pun hampir usai. Ani harus berkemaskemas untuk kembali ke kota. Meskipun sebenarnya masih enggan pulang ke rumah, ia harus meninggalkannya. “Nek! Besok pagi Ani harus pulang kembali.
Sekarang Ani harus mengemas barang yang dibawanya kemarin. Nenek ikut Ani saja yuk! Biar Ani bisa selalu bersama Nenek. Liburan ini Ani senang sekali Nek! Besok kalau ada liburan panjang, Ani ke sini lagi ya, Nek! Ani tidur di sini lagi!” Nenek pun segera menghampiri Ani yang sedang mengemasi bawaannya. Sambil membelai rambut Ani yang lurusitu, Nenek berkata: “Ya. Ani memang harus pulang. Bukankah besok Ani masuk sekolah. Jika kangen, besok Nenek yang datang ke rumah Ani.” “Ya, Nek!” Jawab Ani dengan manja di pelukan nenek.
SUMBER: http://databasecerpen.blogspot.co.id
Sumber http://www.guruberbahasa.com/