Menulis Paragraf Deskripsi

Pengertian Deskripsi

Deskripsi adalah penggambaran, pelukisan, pemerian, atau pendeskripsian dengan kata-kata, suatu benda, tempat, suasana, atau keadaan.

Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisan, dapat ‘melihat’ apa yang dilihatnya, dapat ‘mendengar’ apa yang didengarnya, dapat ‘mencium’ apa yag diciumnya, dapat ‘mencicipi’ apa yang dimakannya, dapat ‘merasakan’ apa yang dirasakannya, sehingga sampai pada ‘simpulan’ yang sama dengannya.

Dengan demikian deskripsi merupakan hasil observasi melalui pancaindra  yang disampaikan melalui bahasa (kata, frasa, kalimat).
Lihat Juga: Menulis Paragraf Narasi (Cerita)
Jenis-Jenis deskripsi

Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk:
1. Deskripsi ekspositori, yaitu deskripsi yang penyajiannya sangat logis, yang berupa daftar rincian secara lengkap, atau yang menurut penulisnya dianggap sebagai hal-hal yang penting, yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek yang diamati.

Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai logika urutan-urutan sendiri. Misalnya, jika Anda akan mendeskripsikan rangkaian kereta api, maka urutan-urutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan, yakni lokomotifnya, lalu bergeser ke gerbong-gerbong yang mengekor lokomotif tersebut.

2. Deskripsi impressinonis atau deskripsi stimulatif adalah deskripsi yang menggambarkan impresi penulis dengan tujuan menstimulasi pembacanya. Deskripsi ini lebih menekankan pada impresi atau kesan penulis ketika melakukan observasi terhadap suatu objek atau benda atau suasana tertentu.

Urutan-urutannya adalah subjektif. Misalnya, penulis dapat mendeskripsikan hal-hal yang kurang jorok, berangsur-angsur ke hal-hal yang jorok, dan diakhiri dengan bau. Dapat pula seorang penulis memulai tulisannya dari kesan yang paling kuat hingga yang tidak memiliki kesan sama sekali.

Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel, dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam bus, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet. Biasanya ada pula penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga murah, tetapi tenyata majalah yang mereka jual adalah tiga tahun yang  lalu.

Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang copet. Mereka berpakaian parlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet. Kedua ‘mahasiswa’ itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.

Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat panas karena penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tetapi orang tua yang duduk di samping saya batuk-batuk, dan meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.

Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bus ada orang yang menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yang batuk-batuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai bergerak, tiba-tiba orang tua itu memaki, “Sialan! Terbitan tiga tahun yang lalu!”


Sumber : Pendalaman Materi Bahasa Indonesia: Unram.

Sumber http://basindon.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel