Mengidentifikasi Novel Indonesia Angkatan 20-30-an
Sunday, January 24, 2016
Novel Indonesia Angkatan 20-30-an memuat unsur kebiasaan, adat, dan etika.
Lihat: Soal Tentang Menjelaskan Unsur Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel
Setiap karya sastra suatu priode atau angkatan mempunyai ciri-ciri intrinsik maupun ekstrinsik. Ciri-ciri intrinsik novel Angkatan 20-30-an sebagai berikut.
Lihat:
Sumber http://basindon.blogspot.com/
Lihat: Soal Tentang Menjelaskan Unsur Kebiasaan, Adat, dan Etika dalam Novel
Setiap karya sastra suatu priode atau angkatan mempunyai ciri-ciri intrinsik maupun ekstrinsik. Ciri-ciri intrinsik novel Angkatan 20-30-an sebagai berikut.
- Gaya bahasanya menggunakan perumpamaan klise, pepatah, dan peribahasa.
- Sebagian besar menggunakan alur lurus.
- Pusat pengisahan menggunakan metode orang ketiga.
- Pengarang memberi nasihat melalui cerita.
- Bercorak romantis.
- Masalah yang diambil adalah masalah adat, terutama adat kawin paksa.
- Pertentangan faham antara kaum tua dengan kaum muda.
- Berlatar kedaerahan.
- Alurnya berbelit-belit.
- Gaya bahasanya bebas.
- Pusat pengisahan menggunakan metode orang ketiga.
- Mengeksploitasi kehidupan manusia sebagai individu.
- Mengemukakan kehidupan yang absurd atau mustahil.
- Berlatar kebudayaan lokal.
- Mengemukakan tuntutan arus hak-hak asasi manusia.
No | Karakteristik | Novel Layar Terkembang | Novel Sang Pemimpi |
1. | Alur | Menggunakan alur lurus | Menggunakan alur sorot balik. |
2. | Gaya bahasa | Lebih banyak menggunakan ungkapan daripada peribahasa, perumpamaan klise, dan pepatah. | Gaya bahasa bebeas, lebih ekspresif. |
3. | tema | Masalah emansipasi wanita | Mengemukakan tuntutan atas hak-hak asasi manusia yang disampaikan secara intelektual dan spiritual. |
4. | Latar budaya | Layat budaya bersifat modern | Latar budaya bersifat lokal, nasional, dan sudah bercampur dengan budaya modern. |
5. | Sikap dan pandangan pengarang | Wanita memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki di bidang pendidikan, pekerjaan, atau yang lainnya. | Adanya usaha pengarang membuat pembaca menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib dan tantangan intelektualitas. |
Lihat: