GERHANA MATAHARI MARET MENDATANG BERPOTENSI TIMBULKAN GEMPA, INI PENJELASANNYA
Sunday, January 24, 2016
JAKARTA — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan penelitian JAKARTA — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan penelitian efek gravitasi maksimum dan dampaknya terhadap kegempaan saat terjadi fenomena alam gerhana matahari total (GMT) 2016, 9 Maret 2016.
Sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Antara, Sabtu (23/1/2016), Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Jaya Murjaya, mengatakan ada hipotesis saat terjadi fenomena alam gerhana matahari total ada efek gravitasi maksimum.
“Hipotesisnya teori yang menyebutkan saat terjadi fenomena alam gerhana matahari total ada efek gravitasi maksimum, itu akan kami teliti, begitu juga dampaknya terhadap kegempaan saat atau pascagerhana matahari total,” kata Jaya Murjaya di Jakarta.
Ia mengatakan penelitian tersebut akan dilakukan tepat pada saat GMT yang akan terjadi pada 9 Maret 2016. BMKG memilih Poso, Sulawesi Tengah, sebagai lokasi penelitian efek gravitasi dan kegempaan karena daerah tersebut juga termasuk patahan yang rawan gempa.
Lebih lanjut ia menjelaskan BMKG melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan medan magnet bumi dan anomali di tempat-tempat tertentu.
Ada yang menyebut gaya tarik bulan menjadi maksimal mencapai hingga 15 kali saat GMT. “Itu yang akan kami teliti,” ujar Jaya.
Ia mengatakan BMKG juga akan melakukan pengamatan GMT dengan teropong di sejumlah lokasi, di antaranya Ternate, Tanjung Pandang, Muko-muko, Bengkulu.
Sementara pengukuran medan magnet bumi saat GMT, lanjutnya, juga akan dilakukan di Jayapura, Papua, Tangerang, Banten, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
“Rencananya kedeputian lain akan saya ajak serta untuk meneliti pasang surut dan suhu saat terjadi fenomena alam gerhana matahari total. Harapannya nanti kita juga bisa dapat streaming real time gerhana matahari total dari LAPAN, itu bisa membantu penelitian juga,” ujar dia.
Sebelumnya, Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan daratan yang dilewati bayangan umbra saat GMT 2016 hanya di Indonesia, dan akan berakhir di Samudera Pasifik.
Ada 11 provinsi di Indonesia, yakni Bengkulu, Sumatra Selatan, sebagian Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Palangka Raya dan Sampit (Kalimantan Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), sebagian Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara.
Ia mengatakan fenomena alam gerhana matahari secara umum dibagi menjadi tahap C1, C2, C3, dan C4. C1 momen saat piringan bulan memasuki lingkaran matahari hingga muncul Gerhana Matahari Sebagian (GMS), sedangkan fase C2 saat bulan sepenuhnya menutupi piringan matahari hingga terjadi GMT.
Dikutip dari Liputan6.com, Sabtu, Thomas Djamaluddin menyambut baik keseriusan pemerintah menggarap acara fenomena alam gerhana matahari total yang akan terjadi 9 Maret 2016.
Kegembiraan Thomas muncul bukan tanpa alasan. Sebab, fenomena alam gerhana matahari total itu punya ciri khas yang tak bisa ditiru kejadian lain. “Setiap gerhana matahari itu unik karena hanya melintas daerah-daerah tertentu saja,” kata Thomas.
Untuk gerhana matahari total tahun 2016, hanya terjadi di daratan Indonesia dan tak berlangsung di negara lain. Selain hal unik itu, faktor lain yang menarik adalah durasi gerhana matahari. Nantinya fenomena alam puluhan tahun sekali itu akan berlangsung selama beberapa menit.
“Panjang waktu total gerhana matahari total bervariasi. Untuk gerhana matahari 9 Maret 2016 uniknya karena hanya melewati wilayah Indonesia, selebihnya lautan dan di Indonesia panjang atau durasi totalnya 1-3 menit,” sambung Thomas.
Gerhana matahari total terjadi tak lama setelah matahari terbit. Daerah di Indonesia yang akan paling lama disinggahi fenomena terebut adalah wilayah Luwuk, Sulawesi Tengah. Di daerah tersebut gerhana akan berlangsung selama 2 menit 50 detik.
Keterangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ada beberapa daratan yang akan dilewati gerhana matahari total di Indonesia. Wilayah tersebut antara lain Palembang, Bangka Belitung, Palangkaraya, Palu, Ternate, dan Tidore.
Saat terjadi fenomena alam gerhana matahari total langit pagi menjadi lebih remang layaknya petang. Dalam durasi kurang dari tiga menit, bulan perlahan membuka halangannya terhadap matahari hingga langit kembali terang.
Fenomena alam gerhana matahari total terakhir di Indonesia terjadi pada 1988, dengan jalur yang hampir sama. Sedangkan di 1983, ia mengatakan masyarakat di Pulau Jawa juga dapat menyaksikan GMT.
Sumber https://www.pgrionline.com/