Tantangan Guru Sekolah Menengah (SMA/SMK)

Tantangan Guru Sekolah Menengah (SMA/SMK) - Guru merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan kualitas sumber daya di suatu Negara. Di sekolah, guru berperan penting dalam proses pembentukan kepribadian dan karakter yang dimiliki oleh siswa. Tentu dalam hal ini adalah karakter yang positif. Di Indonesia, paling tidak ada 5 (lima) jenjang pendidikan yang bisa dilalui oleh seseorang, antara lain :

1. Taman Kanak – Kanak (TK) atau sederajat
2. Sekolah Dasar (SD) atau sederajat
3. Sekolah Menengah Pertama atau sederajat
4.  Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat
5. Perguruan Tinggi atau Universitas

Agar tercipta kualitas sumber daya manusia yang bagus, diperlukan pendidikan yang berkesinambungan agar dapat mewujudkan pendidikan nasional mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Hanya saja, di Indonesia sinergi atau hubungan antar jenjang pendidikan di atas kurang maksimal. 

Kita tidak menutup kemungkinan bahawa ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan antara kualitas guru pada zaman 80an dan guru era 2000an. Guru pada zaman dulu lebih menekankan pada pengabdian kepada masyarakat, sedangkan guru zaman sekarang lebih menekankan pada aspek ekonomis. Mengajar bukan panggilan hati nurani, tapi karena tidak ada pekerjaan lain atau mungkin karena tergiur diterima sebagai anggota PNS.


Apapun motivasi seorang guru dalam mengajar guru tetap mempunyai tantangan yang tidak main-main dalam menjalankan tugasnya. Memang, tangangan guru di masing-masing jenjang mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi tidak sama. Karena penulis merupakan salah satu guru di SMK swasta, maka dalam kesempatan kali ini, kami akan memguraikan tentang tantangan guru di jenjang SMA/SMAK. 

1. Usia Anak 
Secara umum, usia anak SMA/SMK yaitu di antara 15-18 tahun yang notabene merupakan masa dimana seseorang mengalami proses pencarian jati diri. Di masa ini, seorang siswa cenderung melakukan hal yang sifatnya coba-coba untuk mengetahui kecocokan dirinya terhadap sesuatu. Kegiatan – kegiatan seperti kenakalan remaja, pacaran berlebihan, seks bebas, merokok, dan minum minuman keras secara intensif dilakukan anak pada usia SMA. Hal ini lah yang membuat mengajar di SMA memilki tantangan yang lebih besar. Kita harus bisa mengarahkan siswa kepada hal yang positif, menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.

2. Pandangan Siswa tentang Guru

Mungkin bagi kita yang besar mengenyam pendidikan dasar dan menengah pada tahun 90an, guru merupakan orang yang sangat kita hormati. Bahkan kita mungkin lebih takut kepada guru daripada orang tua kita sendiri. Hal ini karena kita memang diajari untuk menghormati guru di sekolah sejak kecil oleh orang tua kita. 

Hal ini sangat berbeda dengan siswa pada zaman 2000an. Guru bukan lagi orang yang kita takuti, akan tetapi guru adalah sahabat kita. Siswa tidak takut lagi pada guru, karena jika guru memarahi siswa, sang siswa bisa melaporkan kepada orang tua dan dilanjutkan kepada Polisi. Guru dan Orang tua kurang bisa bekerja sama dalam mendidik siswa. Orang tua sudah menanamkan kepada anak-anak mereka bahwa mereka yang selalu benar, dan guru yang salah. 


3. Lulusan SMA/SMK
Tantangan guru di SMA akan terasa lebih berat apabila tidak adanya kesinambungan antara sekolah sebelumnya (SMP/MTs) dan di sekolah yang sekarang (SMA). Pada jenjang SMP/MTs, sebagian besar siswa di ajari tentang materi di buku, sedangkan di SMA selain mengajar materisi Buku, kita juga harus berperan dalam rangka mempersiapkan siswa tersebut ketika terjun dimasyarakat. 

Untuk SMA/MA guru harus memikirkan bagaimana mereka akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau hidup bermasyarakat, sedangkan di SMK, guru harus memikirkan tentang bagaimana mereka diterima di Dunia Usaha. Pekerjaan ini bukan pekerjaan yang mudah, mengingat di Indonesia masih belum terwujudnya kesejahteraan guru. 

 Guru merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan kualitas sumber daya di suatu N Tantangan Guru Sekolah Menengah (SMA/SMK)

Memang sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang mampu mengubah siswa dari yang biasa – biasa saja menjadi luar  biasa. Bukan  sekolah yang mengubah siswa pintar menjadi pintar. Perlu adanya hubungan dan sinkronisasi yang kuat di antara jenjang pendidikan di Indonesia jika ingin kualitas pendidikan di Indonesia semakin lebih baik lagi.

Demikian artikel kami yang membahas tentang tantangan guru di sekolah menengah atas (SMA sederajat) dalam rangka proses pembentikan kualitats sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.

Sumber https://www.muttaqin.id/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel