Kerajaan Mataram di Jawa Timur (Wangsa Isyana)
Thursday, November 19, 2015
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat datang di blog . Senang sekali rasanya kali ini dapat kami bagikan artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram di Jawa Timur (Wangsa Isyana) : Lahirnya Wangsa Isyana, Sumber sejarah kerajaan Wangsa Isyana, Raja-Raja Yang Memimpin, Kehidupan Masyarakat, dan Peninggalan Kerajaan Wangsa Isyana.
Wangsa / Dinasti Isyana adalah sebuah dinasti penerus dari dinasti Sanjaya. Pendirinya adalah Mpu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino sri Isyana Wikramadharmattunggadewa. Ia menjadi raja Mataram dari tahun 929-947 M. Mpu sindok adalah Raja dari keturunan dinasti Sanjaya yang memindahkan kekuasaan dari Jawa tengah ke Jawa Timur. Perpindahan inilah yang membuat berakhirnya dinasti Sanjaya dan lahirlah Dinasti Isyana. Faktor yang mendorong dipindahkannya ibukota Mataram Kuno ke Jawa Timur adalah :
1. Sering terjadi perebutan kekuasaan (suksesi) sehingga kewibawaan kerajaan berkurang (hilang tuahnya).
2. Mataram Kuno tidak memiliki pelabuhan sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
3. Ibukota kerajaan sering dilanda bencana alam akibat letusan gunung berapi.
4. Keselamatan kerajaan terancam oleh serangan kerajaan sriwijaya.
Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Watuguluh, antara gunung Sumeru dan gunung Wilis.Empu sindok beragama Hindu syiwa. Jadi, kerajaan mpu Sindok termasuk kerajaan yang bercorak Hindu. Namun, pada saat itu agama Budha Tantrayana juga berkembang baik. Hal itu membuktikan adanya toleransi agama sejak dahulu. Pada zamannya disusun sebuah kitab suci agama Budha Tantrayana yang berjudul Sang Hyang Kamahayanikan.
B. Sumber sejarah kerajaan Wangsa Isyana
Sumber sejarah Kerajaan Mataram di Jawa Timur berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
1. Berita Asing
Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Mataram di Jawa Timur dapat diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Berita Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. Di samping itu, tahun 992 M tercatat pada catatan-catatan negeri Cina tentang datangnya duta persahabatan dari Jawa.
2. Berita Prasasti
Beberapa prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Mataram antara lain:
1. Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin.
2. Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang.
3. Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
4. Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari Raja Mpu Sindok.
Kerajaan Mataram di Jawa Timur (Wangsa Isyana)
A. Lahirnya Wangsa Isyana
Wangsa / Dinasti Isyana adalah sebuah dinasti penerus dari dinasti Sanjaya. Pendirinya adalah Mpu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino sri Isyana Wikramadharmattunggadewa. Ia menjadi raja Mataram dari tahun 929-947 M. Mpu sindok adalah Raja dari keturunan dinasti Sanjaya yang memindahkan kekuasaan dari Jawa tengah ke Jawa Timur. Perpindahan inilah yang membuat berakhirnya dinasti Sanjaya dan lahirlah Dinasti Isyana. Faktor yang mendorong dipindahkannya ibukota Mataram Kuno ke Jawa Timur adalah :
1. Sering terjadi perebutan kekuasaan (suksesi) sehingga kewibawaan kerajaan berkurang (hilang tuahnya).
2. Mataram Kuno tidak memiliki pelabuhan sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
3. Ibukota kerajaan sering dilanda bencana alam akibat letusan gunung berapi.
4. Keselamatan kerajaan terancam oleh serangan kerajaan sriwijaya.
Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Watuguluh, antara gunung Sumeru dan gunung Wilis.Empu sindok beragama Hindu syiwa. Jadi, kerajaan mpu Sindok termasuk kerajaan yang bercorak Hindu. Namun, pada saat itu agama Budha Tantrayana juga berkembang baik. Hal itu membuktikan adanya toleransi agama sejak dahulu. Pada zamannya disusun sebuah kitab suci agama Budha Tantrayana yang berjudul Sang Hyang Kamahayanikan.
B. Sumber sejarah kerajaan Wangsa Isyana
Sumber sejarah Kerajaan Mataram di Jawa Timur berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.
1. Berita Asing
Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Mataram di Jawa Timur dapat diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Berita Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung. Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga ketika Duta Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. Di samping itu, tahun 992 M tercatat pada catatan-catatan negeri Cina tentang datangnya duta persahabatan dari Jawa.
2. Berita Prasasti
Beberapa prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Mataram antara lain:
1. Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani Pu Kbin.
2. Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang.
3. Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
4. Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah keturunan dari Raja Mpu Sindok.
C. Raja-Raja Yang Memimpin Kerajaan
a. Masa Pemerintahan Empu Sindok (929-948)
Usaha-usaha Empu Sindok dalam memajukan kerajaannya, antara lain sebagai berikut.
1. Memajukan pertanian dan perdagangan, yaitu dengan mengeringkan daerah rawa-rawa untuk lahan pertanian.
2. Memajukan kehidupan beragama, misalnya pembangunan beberapa candi, seperti Candi Sanggariti dan Candi Gunung Gangsir.
3. Mengembangkan seni sastra. Pada masa pemerintahan Empu Sindok ditulis buku suci agama Buddha, Sang Hyang Kamahayanikan.
4. Menjunjung martabat kaum wanita. Hal itu dibuktikan dengan ikut sertanya permaisuri dalam pemerintahan. Setelah wafat Empu Sindok digantikan putrinya Sri Isyanatunggawijaya. Selanjutnya, Sri Isyanatunggawijaya digantikan oleh putranya Makutawangsa Wardana.
b. Masa Pemerintahan Dharmawangsa (991-1016)
Pada tahun 991, Dharmawangsa menggantikan Makutawangsa Wardana. Ia bergelar Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikramatungga dewa. Raja Dharmawangsa sangat menitikberatkan pemerintah tahannya dalam bidang politik. Hal itu tampak dari upayanya menaklukkan Sriwijaya sebagai penguasa perdagangan di Nusantara. Beberapa kali Dharmawangsa menocoba menaklukkan Sriwijaya, tetapi gagal. Bahkan, Dharmawangsa dan keluarganya gugur karena serangan Kerajaan Wora Wari pada saat pernikahan putri Dharmawangsa dengan Airlangga, putra Raja Udayana dari Bali. Wora Wari adalah kerajaan bawahan Sriwijaya yang ada di Jawa. Peristiwa tersebut dikenal dengan Pralaya. Salah seorang anggota keluarga Dharmawangsa yang berhasil melarikan diri dari peristiwa itu adalah Airlangga.
c. Masa Pemerintahan Airlangga (1019-1048)
Setelah berhasil meloloskan diri beserta para pengikutnya dari Peristiwa Pralaya. Airlangga hidup di tengah hutan. Ia hidup bersama para pertapa. Pada tahun 1019, para utusan rakyat datang menghadap Airlangga. Mereka minta agar Airlangga bersedia naik takhta membangun kembali Kerajaan Wangsa Isyana. Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta Buddha. Ia kemudian bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah Anantangwikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah putri dari Dharmawangsa.
Pemulihan Kembali Kekuasaan Wangsa Isyana, Airlangga bercita-cita mengembalikan kekuasaan Wangsa Isyana. Untuk itu, ia terus berusaha menyusun kekuatan bersama para pengikutnya. Salah seorang pengikut setia Airlangga sejak dari pelarian di tengah hutan hingga ia menjadi raja adalah Narotama. Pada tahun 1028, Airlangga mulai melaksanakan cita-citanya. Kerajaan-kerajaan yang dahulu pernah berada dibawah kekuasan Dharmawangsa, satu per satu dapat dikuasai kembali. Wilayah kekuasaannya, meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Pusat pemerintahan terdapat di Kahuripan. Lambang negara yang digunakan adalah Garudhamukha. Untuk meningkatnya kesejahteraan rakyat, Airlangga melakukan usaha sebagai berikut.
Usaha-Usaha Airlangga dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyatnya
a. Bidang Ekonomi
Usaha yang dilakukan di bidang ekonomi, antara lain sebagai berikut.
1. Untuk memajukan kemakmuran rakyat, bidang pertanian dikembangkan. Usaha yang ditempuhnya adalah memperbaiki irigasi dan membuat Bendungan Waringin Sapta.
2. Akibat dibangunnya Bendungan Waringin Sapta, pelayaran dan perdagangan bertambah ramai. Hal itu disebabkan Sungai Brantas dapat dilayari sampai ke Pelabuhan Hujung Galung (Surabaya). Selain Pelabuhan Hujung Galuh, Airlangga juga membuka Pelabuhan Kembang Putih (sekitar Tuban). Kapal dagang luar negeri, misalnya dari India, Burma, Kampuchea, dan Campa banyak yang singgah di Pelabuhan Kembang Kembang Putih dan Hujung Galuh itu.
b. Bidang Agama
Untuk memajukan bidang agama dan sekaligus sebagai penghargaan atas jasa para pendeta. Airlangga juga membangun pertapaan di Pucangan, lereng Gunung Penanggungan. Pertapaan Pucangan itu diperuntukkan bagi putrinya, Sri Sanggaramawijaya yang setelah menjadi pertapa dikenal dengan sebutan Dwi Kilisuci. Raja Airlangga adalah pemeluk agama Hindu yang setia. Sekalipun demikian, agama Buddha diberi kesempatan untuk berkembang baik. Airlangga juga terkenal sebagai pembina toleransi kehidupan beragama.
c. Bidang seni Sastra
Selain bidang-bidang tersebut, Airlangga juga memberi perhatian di bidang sastra. Hasil sastra yang terkenal pada masa pemerintahan Airlangga, antara lain Arjunawiwaha tulisan Empu Kanwa.
Masa Akhir Pemerintahan Airlangga : Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua. Hal itu disebabkan putri dari permaisuri, yaitu Sri Sanggramawijaya yang berhak atas takhta kerajaan tidak bersedia menjadi raja. Ia lebih memilih hidup sebagai pertapa di Pucangan. Kerajaan Airlangga dibagi dua untuk kedua putranya dari selir. Pembagian kerajaan ini terjadi pada tahun 1041. Oleh Airlangga pekerjaan membagi kerajaan itu diserahkan kepada seorang brahmana sakti bernama Empu Bharapa.
Empu Bharada menjalankan tugas dengan bijaksana. Kerajaan dibagi menjadi dua dengan batas Sungai Brantas. Kedua kerajaan itu adalah sebagai berikut.
a. Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha. Kerajaan itu terletak di sebelah selatan dan timru Sungai Brantas.
b. Jenggala atau Singasari dengan ibu kota Kahuripan (kira-kira sekitar Lamongan). Kerajaan itu terletak di sebelah utara Sungai Brantas.
Setelah pembagian kerajaan selesai, Airlangga turun takhta. Ia hidup sebagai pertapa sampai wafat pada tahun 1049. Airlangga dimakamkan di lereng sebelah timur Gunung Penanggungan, yang terkenal dengan nama Candi Belahan. Pada candi itu terdapat patung Airlangga yang diwujudkan sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai garuda.
D. Kehidupan Masyarakat
Kehidupan Ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha usaha yang ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untukmeningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir. Sementaraitu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah tercipta satu hasil karyasastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha.
Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumberkronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.
Kehidupan Sosial-Budaya.
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa. Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga,sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang merekamiliki. Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
1. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
2. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman matibagi perampok.
3. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memujapara dewa.
Agama Dan Kebudayaan
Agama yang berkembang pada masa pemerintahan airlangga adalah agama hindu waisnawa. Hal ini Nampak pada candi belahan dimana airlangga diwujudkan sebagai sebuah arca sebagai wisnu menaiki garuda.Untuk mengenang jerih payah airlangga mempersatukan kerajaan yang porak-poranda disusunlah kitab arjuna wiwaha oleh mpu kanwa 1030. Inilah hasil sastrazaman airlangga yang sampai pada kita. Sementara airlangga sendiri sebelum mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah membangunkan sebuah pertapaan bagianaknya sangramawijaya di pucangan (gunung penanggungan).
E. Peninggalan Dinasti Isyana
a) Candi Lor (Anjuk Ladang),terletak di Brebek, Nganjuk.
Dari prasasti Anjuk Ladang, diketahui bahwa Mpu Sindok, memerintahkan Rakai Hinu Sahasra, Rakai Baliswara serta Rakai Kanuruhan pada tahun 937 untuk membangun sebuah bangunan suci bernama Srijayamerta sebagai pertanda penetapan area Anjuk Ladang (sekarang disebut Nganjuk) sebagai area swatantra atas jasa warga Anjuk Ladang dalam peperangan.b) Candi Gunung Gangsir, terletak di di Bangil.
Baca pula : 22 Nama Kerajaan di Indonesia dan Sejarahnya
Tidak banyak informasi yang bisa didapat mengenai candi yang konon dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar abat ke-11 M. Candi Gunung Gangsir dibangun menggunakan bahan batu bata, bukan batu andesit.
c) Candi Songgoroti, terletak di Batu MalangCandi songgoroti adalah satu-satunya peninggalan Mpu Sindok di Kota Batu. Menurut sejarahnya, kisah Candi Songgoriti ini berawal dari keinginan Mpu Sindok yang ingin membangun tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Seorang petinggi kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Mpu Sindok untuk membangun tempat tersebut. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti. Atas persetujuan Raja, Mpu Supo mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan.
d) Candi Belahan, dibangun oleh Raja Airlinggacandi Belahan adalah sebuah pemandian bersejarah dari abad ke 11, di masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Menurut sejarah, selain sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga, petirtaan ini juga di fungsikan sebagai pemandian selir-selir Prabu Airlangga. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengabdian dibangunlah 2 patung permaisuri Prabu Airlanga, yaitu Dewei Laksmi dan Dewi Sri. Pada dua patung tersebut, mengalir aliran air dari bentuk Payudara patung, dan karenanya petirtaan ini terkadang di sebut sebagai Sumber Tetek
e) Pertapaan Pucangan, terletak di Gunung PenanggunganPrasasti Pucangan merupakan sebuah prasasti yang berbahasa sansekerta dan Jawa Kuno, merupakan prasasti peninggalan zaman pemerintahan Airlangga, yang menjelaskan tentang beberapa peristiwa serta silsilah keluarga raja secara berurutan. Prasasti ini disebut juga dengan Calcutta Stone, karena sekarang prasasti ini disimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta),India.
Referensi :
Demikian artikel tentang Sejarah Kerajaan Mataram di Jawa Timur (Wangsa Isyana) : Lahirnya Wangsa Isyana, Sumber sejarah kerajaan Wangsa Isyana, Raja-Raja Yang Memimpin, Kehidupan Masyarakat, dan Peninggalan Kerajaan Wangsa Isyana. Semoga bermanfaat...
Sumber https://www.artikelmateri.com/