Perbedaan Lagu 'Ya Tayba' Versi Syiah Hadad Alwi dengan Misyari Rashid


Dulu sejak saya kecil lagu Hadad Alwi merupakan lagu populer dimasa itu. Abi saya juga membelikan kaset album beliau untuk saya. Tentu saja tidak saya lupakan sebuah lagu dengan judul "Ya Tayba". Bahkan sering saya nyanyi-nyanyikan lagu tersebut.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya rahasia yang terselubung didalam lagu inipun terkuak. Dizaman melek bahaya Syiah ini terbongkar semua yang terselubung. Begitu pun dengan lagu-lagunya Hadad Alwi.

Pemujaan yang kental kepada Ali, Hasan, dan Husein itulah yang membuat lagu Ya Tayba merupakan sebuah lagu yang terlarang. Dibalik lagu "Yaa Thaybah" ini ada kultus dan penuhanan kepada 'Ali bin Abi thalib, dan berlebih-lebihan dalam memuji hasan dan husain maka lagu ini sangat jarang ditemukan terjemahannya, bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sering diputar maknanya, padahal jika difahami dalam kaidah 'arabnya bermakna pemujaan kepada 'Ali, Hasan, dan Husain.

Banyak beredar di internet postingan-postingan yang mengungkap rahasia dibalik lagu ini. Tapi ada satu permasalahan. Diketahui pula Syaikh Misyari Rasyid Alafasy juga mengeluarkan album Ya Tayba. Bukankah Syaikh Misyari Rasyid sendiri seorang Ahlus Sunnah yang sangat membenci Syiah?.

Nah, untuk itu saya mencoba mencari titik celah perbedaan dari kedua lagu ini. Pertama, mari kita simak Ya Tayba lagunya Hadad Alwi (Syiah) dengan lirik berikut ini:

يَا طَيْبَة يَا طَيْبَة يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا

yaa thaybah, yaa thaybah, yaa dawal'ayanaa
isytaqnaa lika wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana

يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
عِنْدُكُمْ اَفضَلُل الغِلمَاَنَ اَفضَلُل الغِلمَاَ نَ

yaa 'aliy yaa ibna abi thalib
minkumu mashdarul mawahib
yaa tura hal ura liy haajib
'indakum afdhalul ghilmana, afdhalul ghilmana

اَسْيَادِي الْحَسَنْ وَالحُسيْنِ
اِلَى النَّبِيِ قُرَّ ةْ عَيْنِ
يَا شَبَا بَ الجَنَّتَيْنِ
جَدُّكُمْ صَا حِبُ القُرْ آنَ صَا حِبُ القُرْ آنَ

asyadiy alhasan wal husaini
ila annabiy qurrata 'aini
yaa syababal jannataini
jaddukum shahibul qurana, shahibul qurana


Yuk dengar versi audio-visualnya:

Nah sekarang mari kita simak lirik lagu Ya Taiba lagunya Syaikh Misyari Rasyid Alafasy (Sunni) berikut ini:

يا طيبة يا طيبة يا دوا العيانا
اشتقنالك والهوى نادانا

Ya Taiba Ya Taiba Ya Dawal Aiyyaana
Shtiknaa Lak Wilhawana Daana
Wilhawana Daana

لما سار المركب ناساني
سار والدمع ماجفاني

Lammasaa Rilmarkabnaa Saani
Saaru-ul Dam-ai Maa-Ja-Faani

أخذوا قلبي مع جناني
يا طيبة يا تيم الولهانا

Aakhazu Kalbi Ma Jinaani
Ya Taiba Yaati Malwal Haana
Yaati Malwal Haana

قبلتي بيت الله صابر
علني يوما لكِ زائر

Qiblaati Baitullahi Saabir Al-Laani Yaumal-Laki Zaayeer

ياتُرى هل تراني ناظر
للكعبة وتغمرني بأمانا

Ya Turah Haltaraani Naazir Lilkaaba Tug Murnib Aamaana
Wa Tug Murnib Aamaana

نبينا أغلى أمنياتي
أزورك لو مرة بحياتي

Nabina Agla Um-Nniyaati
Azur-rak Lov Mar-Rab Hayaati

وبجوارك صلي صلاتي
وأذكر ربي وأتلو القرآنا

Wab-Jiwa-Rak Salli Salaati Wazkur Raab-bi-wat-lul Quraa'na
Wat-lul Quraa'na

بُشراكِ المدينة بشراكِ
بقدوم الهادي يا بشراكِ

Bushraki-il Madina Bushraki
Bi-Kudumil-Haadi Ya Bushraki

فهل لي مأوى في حماكِ
أتمنى فالنور سبانا
نوركم سبانا

Fa Haal-Li Maawa Fihi Maaki Ataman-Na Fan-Nooru Sabaana
Nooru-Kum Sabana

Yuk coba dengan versi audio visualnya:


Bagaimana? sudah jumpa perbedaannya kan?

Trus kenapa dikatakan punya Syiah?

Lagu Ya Tayba versi Hadad Alwi dari nuansa aura dan aromanya sudah tentu merupakan lagu Syiah yang sangat mengkultuskan Ali, Hasan dan Husein. Inilah video Ya Tayba asli dari Agama Syiah dan silahkan membandingkan dengan versi Hadad Alwi:


Ada batu karbala pada video clip Ya Tayba lainnya pada menit 2.49. Batu karbala adalah atribut yang digunakan oleh penganut Syiah dalam beribadah. Berikut video klipnya:


Bingung dimana batu karbalanya? dia ada disini:

Lalu kenapa terlarang?

Lagu Ya Tayba versi Syiah dan Hadad Alwi terkontaminasi dengan kesyirikan dan ghuluw. Syirik karena memuji Ali, Hasan dan Husein melebihi taraf normal sampai pada titik pengagungan laksana tuhan. Ghuluw karena sastra yang dibawa tidak seharusnya disandarkan kepada manusia.

Dimana letak penuhanannya ?
ada pada 3 kalimat berikut :
pertama :

يَا دَوَالْعيَا نَا
اِشْتَقْنَا لِكْ وَالْهَوَى نَادَانَا، وَالْهَوَى نَادَانَا
yaa dawal'ayanaa
wal hawaa nadaana, wal hawa nadaana

artinya :
wahai penyejuk mata kami. kami telah merindukanmu dan hawa itu telah memanggil kami, dan hawa itu telah memanggil kami

kedua pada kalimat ini

يَا عَلِىَّ يَاابْنَ اَ بِى طَا لِبْ
مِنْكُمُ مَصْدَرُ المَوَا هِبْ
yaa 'aliy yaa ibna abi thalib
minkum mashdarul mawahib

artinya :
Wahai Ali wahai putera Abi Tholib darimulah sumber keutamaan

dan ketiga pada kalimat ini

يَا تُرَ ى هَلْ ءُرَى لِى حَاجِبْ
yaa tura hal ura liy haajib

artinya :
wahai engkau yang dilihat (maksudnya 'Ali) apakah tirai menjadi penghalang bagiku (dari melihatmu).

Sungguh jika dilihat pada tiga kalimat diatas nyatalah mereka kufur kepada Allah, tidak ada kerinduan mereka kepada Allah, mereka tidak ingat kepada Allah ketika mengucapkan kalimat-kalimat itu. Seakan-akan semua hidup dan mati hanya dipersembahkan untuk keluarga 'Ali dengan melupakan Allah.

Bagaimanapun, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa, bukan Tuhan. Di dalam nyanyian itu sampai disanjung sebegitu, dianggap, dari Ali lah sumber anugerah-anugerah atau bakat-bakat atau keutamaan-keutamaan. Ini sangat berlebih-lebihan alias 'ghuluw.'

Artinya: “Jauhilah olehmu ghuluw (berlebih-lebihan), karena sesungguhnya rusaknya orang sebelum kalian itu hanyalah karena ghuluw –berlebih-lebihan– dalam agama.” (HR Ahmad, An-Nasaai, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dari Ibnu Abbas, Shahih).

Bahkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri melarang kita Umatnya, agar jangan terlalu berlebihan Memuji dan memuja diri beliau. Pada diri beliau yang Mulia saja terlarang, apalagi pada diri Orang lain. tentu hal itu di Larang Keras.

“Janganlah kalian memuji / menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu-hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu.)


Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan berkata, aku mendengar Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin 'Abdullah dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhua bahwa dia mendengar 'Umar radliallahu 'anhum berkata di atas mimbar, "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan 'Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah 'abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya"). (HR. Bukhari)


Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.)

Ali ra sendiri pernah disikapi seperti itu. Abdullah bin Saba’, pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam, bekata kepada Ali: “Engkau lah Allah”. Maka Ali bermaksud membunuhnya, namun dilarang oleh Ibnu Abbas. Kemudian Ali cukup membuangnya ke Madain (Iran). Dalam riwayat lain, Abdullah bin Saba’ disuruh bertaubat namun tidak mau. Maka ia lalu dibakar oleh Ali (dalam suatu riwayat). (lihat Rijal Al-Kusyi, hal 106-108, 305; seperti dikutip KH Drs Moh Dawam Anwar, Mengapa Kita Menolak Syi’ah, LPPI Jakarta, cetakan II, 1998, hal 5-6).

Rupanya antek-antek Abdullah bin Saba’ kini berleluasa menyebarkan missinya. Kelompok yang oknum-oknumnya diakui sebagai para pendukung tersebarnya aliran sesat di Indonesia itu juga merupakan kelompok yang ghuluw dalam menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya adalah nyanyian mereka dalam pengajian-pengajian yang dikenal dengan nyanyian Ya Robbi bil Mushtofaa yang juga salah satu lagunya Hadad Alwi.

Adakah Fatwa Ulama tentang lagu ini?

Tentang lagu ini sudah dikomentari oleh Syaikh Sholih Ibn Sa'ad Al-Suhaimi dan Syaikh Ubad Al-Jabri yang dapat dibaca di 

Hadad Alwi Syiah?

Berdasarkan info yang saya kutip, Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.

Lagu-lagunya banyak mengandung unsur Syiah seperti Ya Tayba seperti yang kita jelaskan, Ya Rabbibil Mustafa, Ummiy dan bahkan dalam videonya terdapat batu karbala yang tradisi Syiah sebagai atribut ibadah seperti yang kita jelaskan.

Sudah ditak dapat dipungkiri ada misi propaganda penyebaran agama Syiah olenya. wallahualam.

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel