Werner Heisenberg - Merumuskan Prinsip Teori Ketidakpastian
Wednesday, April 30, 2014
Setelah Perang Dunia II, ia diangkat sebagai direktur dari Institut Kaiser Wilhelm untuk Fisika, yang berganti nama menjadi Institut Max Planck untuk Fisika. Dia adalah direktur lembaga itu sampai pindah ke Munich pada tahun 1958, ketika itu diperluas dan berganti nama menjadi Institut Max Planck untuk Fisika dan Astrofisika.
Heisenberg juga presiden Jerman Research Council, Ketua Komisi Fisika Atom, ketua Kelompok Kerja Fisika Nuklir, dan presiden Alexander von Humboldt Foundation.
Kehidupan dan karier
Werner Heisenberg lahir 5 Desember 1901 di Würzburg, Bavaria, Kekaisaran Jerman. Dia belajar fisika dan matematika 1920-1923 di Ludwig-Maximilians-Universität München dan Georg-August-Universität Göttingen. Di Munich ia belajar di bawah asuhan Arnold Sommerfeld dan Wilhelm Wien. Pada Göttingen, ia belajar fisika dengan Max Born dan James Franck, dan dia belajar matematika dengan David Hilbert.
Dia terima gelar doktor dalam bidang fisika teoritis dari universitas Munich tahun 1923. Dari tahun 1924 sampai 1927 dia kerja di Kopenhagen bersama ahli fisika besar Denmark, Niels Bohr. Kertas kerja penting pertamanya tentang ihwal kuantum mekanika diterbitkan tahun 1925 dan rumusnya tentang "prinsip ketidakpastian" keluar tahun 1927. Heisenberg meninggal 1 Februari 1976 (umur 74) di Munich, Bavaria, Jerman Barat. Dia hidup bersama isteri dan tujuh anak.
Teori Prinsip Ketidakpastian
Pada tahun 1925 Werner Heisenberg mengajukan rumus baru di bidang fisika, suatu rumus yang sangat radikal, jauh berbeda dengan konsep dari rumus klasik Newton. Teori rumus baru ini --sesudah mengalami beberapa perbaikan oleh orang-orang sesudah Heisenberg-- berhasil dan cemerlang. Hingga kini Rumus itu diterima dan digunakan dalam semua sistem fisika.
Salah satu konsekuensi dari teori Heisenberg adalah apa yang terkenal --dengan rumus "prinsip ketidakpastian" yang dirumuskannya sendiri di tahun 1927. Prinsip itu umumnya dianggap salah satu prinsip yang paling mendalam di bidang ilmiah dan paling punya daya jangkau jauh. Dalam praktek, apa yang diterapkan lewat penggunaan "prinsip ketidakpastian" ini adalah mengkhususkan batas-batas teoritis tertentu terhadap kesanggupan kita membuat ukuran-ukuran ilmiah. Akibat serta pengaruh dari sistem ini sangat dahsyat. Apabila hukum dasar fisika menghambat seorang ilmuwan --bahkan dalam keadaan yang ideal sekalipun-- mendapatkan pengetahuan yang cermat dari suatu penyelidikan, ini disebabkan karena sifat-sifat masa depan dari sistem itu tidak sepenuhnya bisa diramalkan. Menurut "prinsip ketidakpastian," tak akan ada perbaikan pada peralatan ukur kita yang akan mengijinkan kita mengungguli kesulitan, ini.
Prinsip Ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa adalah (hampir) tidak mungkin untuk mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel."Prinsip ketidakpastian" ini menjamin bahwa fisika, dalam keadaannya yang lumrah, tak sanggup membuat lebih dari sekedar dugaan-dugaan statistik. misalnya seorang ilmuwan yang menyelidiki radioaktivitas, mungkin mampu menduga bahwa satu dari setriliun atom radium, dua juta akan mengeluarkan sinar gamma dalam waktu sehari sesudahnya.
Tetapi, Heisenberg sendiri tidak bisa menaksir apakah ada atom radium yang khusus yang akan berbuat begitu. Dalam banyak hal yang praktis, ini bukannya satu pembatasan yang ketat. Bilamana menyangkut jumlah besar, metoda statistik sering mampu menyuguhkan basis pijakan yang dapat dipercaya untuk suatu loangkah. Tetapi, jika menyangkut jumlah dari ukuran kecil, soalnya jadi lain. Di sini "prinsip ketidakpastian" memaksa kita menghindar dari gagasan sebab-akibat fisika yang ketat. Ini mengedepankan suatu perubahan yang amat mendasar dalam pokok filosofi ilmiah. Begitu mendasarnya sampai-sampai ilmuwan besar Einstein tak pernah mau menerima prinsip ini. "Saya tidak percaya," suatu waktu Einstein berkata, "bahwa Tuhan main-main dengan kehancuran alam semesta."
Tetapi, ini pada hakekatnya sebuah pertanda bahwa ahli-ahli fisika yang paling modern merasa perlu menerimanya. Jelaslah sudah, dari sudut teori kuantum, dan pada tingkat lebih lanjut bahkan lebih besar dari "teori relativitas," telah merombak konsep dasar kita tentang dunia fisik. Tetapi, konsekuensi teori ini tidaklah semata bersifat filosofis.
Penggunaan kuantum dapat dilihat pada peralatan modern seperti mikroskop elektron, laser dan transistor. Teori kuantum juga secara luas digunakan dalam bidang fisika nuklir dan tenaga atom. Ini membentuk dasar pengetahuan kita tentang bidang "spectroscopy" (alat pembuat dan meneliti spektrum cahaya), dan ini digunakan secara luas di sektor astronomi dan kimia. Dan juga dimanfaatkan dalam penyelidikan teoritis dalam masalah yang topiknya beraneka ragam seperti kualitas khusus cairan belium, dasar susunan intern binatang-binatang, daya penambahan kekuatan magnit, dan radio aktivitas. Sumber https://blogpenemu.blogspot.com/