Langkah-Langkah Bercerita atau Mendongeng yang Baik | Teks Fabel Revisi
Monday, July 15, 2019
IndoINT.com_ Kali ini admin akan membagikan materi bagaimana cara atau langkah-langkah bercerita dengan baik. Semoga materi yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang materi teks fabel dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dan harapannya materi ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik khususnya materi teks fabel. Selamat belajar dan semoga apa yang kalian pelajari hari ini dapat mengantarkan anak didik untuk memperoleh nilai terbaik mata pelajaran bahasa Indonesia. Sukses selalu buat kalian semua.
Ketika kalian mempunyai pengalaman yang menarik, tentunya kalian ingin menceritakannya kepada teman atau sahabat kalian kan? Menceritakan pengalaman, peristiwa, atau kejadian pada orang lain dapat disebut bercerita. mendongeng juga merupakan salah satu bentuk bercerita. Bagaimana cara mendongeng yang baik?
Mendongeng adalah menyampaikan atau menceritakan dongeng kepada orang lain (dalam hal ini adalah teman-teman kalian di kelas). Oleh karena itu, sebelum mendongeng, kalian harus memerhatikan beberapa teknik berikut di bawah ini.
a. Urutan yang baik, berkaitan dengan alur cerita. Alur cerita harus berjalan dengan baik sehingga ceritanya menjadi jelas ketika didengar.
b. Suara, berhubungan dengan lafal dan intonasi kalian. Lafal berhubungan dengan ketepatan pengucapan, sedangkan intonasi berhubungan dengan naik turunnya nada. Hal ini harus kalian perhatikan karena lafal dan intonasi yang baik membuat pendengar mengerti akan jalan cerita yang kalian sampaikan.
c. Gestur atau gerak tubuh, membantu dalam penceritaan agar pendengar bisa ikut membayangkan suasana cerita.
d. Mimik atau gerak wajah, bisa membantu pendengar untuk membayangkan suasana yang terdapat dalam cerita. Misalnya, ketika tokoh merasa sedih, kalian bisa menampilkan mimik kalian yang bersedih.
Langkah-Langkah Mendongeng:
Langkah-langkah mendongeng antara lain:
1. menyiapkan bahan (cerita dongeng)
2. membaca teks dongeng berulang-ulang
3. mengingat-ingat jalan cerita, tokoh, waktu, dan tempat kejadiannya.
4. mencoba berlatih tanpa teks sampai lancar
5. mendongeng di depan kelas dengan suara yang jelas dan sikap berdiri yang baik
Teks dongeng berikut ini dapat kalian jadikan sebagai bahan untuk mendongeng. Akan tetapi, jika kalian sudah mempunyai bahan, kalian dapat menggunakannya untuk mendongeng.
Seorang Pedagang dengan Seekor Ular
Seorang pedagang yang penyayang binatang berangkat ke pasar bersama seekor kuda yang membawa dagangannya. Karena masih terlalu pagi, ia beristirahat dan membuat api unggun. Kebetulan angin bertiup cukup kencang hingga bunga-bunga api beterbangan cukup jauh.
Setelah terang, berangkatlah pedagang itu dari tempat istirahatnya. Ia agak terkejut ketika dilihatnya rumput dan semak-semak terbakar. Ketika ia beranjak pergi beberapa langkah, ia terkejut oleh suara minta tolong yang ternyata seekor ular besar yang telah terkurung api. Pedagang agak ragu sebentar sebab ular umumnya bertabiat jahat, tidak tahu berterima kasih, apalagi membalas budi baik. Tetapi karena rasa sayangnya pada binatang, akhirnya ditolonglah juga ular itu.
Setelah ular terlepas dari bahaya, berkatalah ular, "Tahukah kau, hai manusia, bahwa kebaikan dibalas dengan kejahatan?"
"Apa maksudmu?" jawab pedagang.
"Aku hendak membunuhmu dengan taring berbisaku yang sudah lama tidak kugunakan sehingga terasa sakit."
"Hai, Ular! Ingatlah! Engkau masih dapat hidup karena pertolonganku. Kini engkau akan membunuhku. Di mana rasa terima kasihmu?" kata pedagang meradang.
"Terserah apa katamu. Yang jelas engkau tidak dapat lolos dari ketajaman gigi berbisaku," sahut ular lebih mendongakkan kepalanya sampai dekat dengan muka pedagang.
"Baiklah, kalau begitu. Tetapi aku minta tiga saksi yang mau membenarkan niatmu!"
Mereka pun lalu mencari tiga saksi itu. Mula-mula dijumpainya kerbau yang ditambat. Kata ular. "Hai, Kerbau, apa pendapatmu? Apakah sudah layak kebaikan dibalas dengan kejahatan?"
"Untuk menjawab pertanyaanmu, dengarkanlah ceritaku!" seru kerbau. "Manusia itu tak tahu berterima kasih. Buktinya, aku alami sendiri. Ketika aku masih kuat, aku dipeliharanya. Waktu aku punya anak, air susuku pun diperahnya. Tetapi setelah aku tua dan tidak sekuat kerika aku masih muda, aku dilepas begitu saja agar mencari makan sendiri. Namun, melihat aku gemuk, aku ditangkapnya untuk dijualnya seperti sekarang ini. Jadi, sepantasnya kalau manusia yang pernah menolongmu itu engkau bunuh!" kata kerbau menyudahi ceritanya.
"Kau dengar?" kata ular. "Tepati janjimu dan bersiaplah engkau untuk mati.'
Ular melihat sekeliling. Tampak kepadanya sebatang pohon nyiur. Mereka pergi ke tempat pohon nyiur tumbuh, ular bertanya: "Hai, pohon nyiur, apakah balasan budi baik?"
Pohon nyiur menjawab: "Manusia menjadikan kejahatan sebagai balasan untuk kebaikan. Sudah demikian sifat manusia. Dengarkan apa sebabnya. Buahku yang mudah memberikan minuman yang sedap manusia. Semuanya menyukai air kelapa muda. Buah kelapa yang tua dijadikan minyak yang hampir setiap hari digunakan oleh mereka. Tempurung, sabut, daun yang muda maupun yang tua atau kering dapat dijadikan beraneka keperluan manusia sehari-hari. Sekarang setelah aku tua dan tak berbuah lagi apa yang diperbuatnya? Akan ditebangnya aku esok hari. Batangku akan dijadikan jembatan atau kasau rumah. Saguku yang ada di bagian ujung batangku diberikannya kepada ayam dan lembunya. Dan, berakhirlah nyawaku esok hari".
"Aah, sekarang engkau baru percaya bahwa engkau baru percaya bahwa akulah yang benar," ujar ular pula. "Tahukah kita bagaimana semestinya kebaikan harus dibalas. Tentang saksi-saksi sudah cukup dua itu. Bersiaplah, supaya engkau dapat aku gigit sampai mati."
"Ular! Siapa dapat mengatakan bahwa kedua saksi itu dapat dipercaya? Ini belum dapat kita sahkan. Sebab itu, untuk yang terakhir kali dan supaya kita tidak membuang-buang darah orang yang tidak berdosa, kini ambil saksi seorang lagi yang akan kutunjukkan sendiri. Sekiranya aku bersalah, aku bersedia meninggalkan dunia yang fana ini."
Ular agak berkecil hati, tetapi diterima juga usulan itu.
Seekor kancil yang sedang mencari makan sampai ditempat perbantahan itu lalu berseru: "Hai, mengapa kalian berbantah"?
Ketika pedagang melihat kancil, ia berkata kepada ular. "Inilah saksi penghabisan. Kita dengarkan apa yang dikatakannya.!"
Pedagang mulai menjelaskan hal itu, tetapi belum habis ia bercerita, kancil menyela: "Saudagar, tahukah engkau bahwa balasan kebaikan tak lain adalah kejahatan. Sudah kau tolong ular itu dari bahaya maut, sudah sepantasnyalah ia berbuat jahat kepadamu."
"Hai, Kancil, dengarlah dulu," jawab pedagang itu, lalu dibentangkannya perihal itu sejelas-jelasnya.
"Saudagar, kelihatannya engkau seorang yang cerdik. Bagaimana pula engkau dapat menceritakannya hal yang bikan-bukan."
Ular itu menyela: "Benar semua yang dikatakannya itu. Itulah pundi-pundi yang menyelamatkan aku dari bahaya api besar itu."
Kancil meneruskan perkataannya: "Siapa pula yang percaya binatang sebesar ini dapat masuk ke dalam pundi-pundi sekecil itu. Seekor tikus pun rasanya takkan dapat masuk kedalamnya."
"Sangat mudah untuk memahaminya," jawab ular itu. "Sekiranya engkau tidak percaya, saya akan masuk ke dalam kantong itu."
"Baiklah! Seru kancil. Kalau dengan mata kepalaku sendiri haruslah kuputuskan perkara ini."
Untuk menegaskan apa yang dikatakan oleh ular, pedagang itu membuka pundi-pundi dan ular menjalar ke dalamnya karena ia percaya akan janji kancil. Ketika kancil melihat ular itu telah berada dalam kantong kulit itu, ia berbisik kepada pedagang. "Kawan, telah tertangkap musuhmu. Pergunakanlah kesempatan ini dan jangan engkau lepaskan dia."
Mendengar nasihat kancil, diikatnya erat-erat lubang kantong itu, dihempaskannya sekeras-kerasnya kantong itu di atas batu sehingga matilah ular yang tidak tahu berterima kasih itu. Terhindarlah manusia itu dari bahaya bisanya dan terlepas dari keganasan ular. Hukum alam tetap berlaku, Budi baik harus dibalas dengan kebaikan juga".
Untuk menegaskan apa yang dikatakan oleh ular, pedagang itu membuka pundi-pundi dan ular menjalar ke dalamnya karena ia percaya akan janji kancil. Ketika kancil melihat ular itu telah berada dalam kantong kulit itu, ia berbisik kepada pedagang. "Kawan, telah tertangkap musuhmu. Pergunakanlah kesempatan ini dan jangan engkau lepaskan dia."
Mendengar nasihat kancil, diikatnya erat-erat lubang kantong itu, dihempaskannya sekeras-kerasnya kantong itu di atas batu sehingga matilah ular yang tidak tahu berterima kasih itu. Terhindarlah manusia itu dari bahaya bisanya dan terlepas dari keganasan ular. Hukum alam tetap berlaku, Budi baik harus dibalas dengan kebaikan juga".
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang langkah-langkah bercerita dan mendongeng dengan baik. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Sumber http://www.ilmubindo.com/