Persentase Soal HOTS Tetap Sebesar 10% Pada UN 2019
Monday, March 4, 2019
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan tidak mengubah persentase soal high order thinking skills (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi/penalaran pada ujian nasional (UN) tahun ini. Keputusan itu dilakukan agar siswa bisa beradaptasi dengan soal bernalar tinggi tersebut. Dengan demikian standar soal UN 2019 ini tidak berbeda dengan tahun belumnya.
Hal ini berarti soal yang berbasis HOTS tidak akan dinaikkan jumlahnya. Kemendikbud meminta siswa tidak perlu khawatir karena komposisi soal HOTS 2019 ini masih sama dengan UN 2018. “Tingkat kesulitan dan komposisi soal UN 2019 ini mirip tahun lalu. Tingkat kesulitan biasa, ada yang mudah, sedang, agak sulit, dan sulit,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno di Kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Soal HOTS di UN tahun lalu mencapai 10% dari total soal yang harus dijawab oleh peserta ujian. Totok menyampaikan, meski pemberian soal HOTS sudah dimulai sejak tahun lalu, Kemendikbud ingin tahun ini seluruh siswa dan guru beradaptasi lagi dengan soal HOTS tersebut. Dengan tidak adanya kenaikan persentase soal HOTS, diharapkan siswa dan guru bisa berlatih lebih intensif untuk menguasai soal tersebut.
Totok menjelaskan, sejatinya soal HOTS itu bertujuan melatih siswa memahami konsep. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya mampu untuk sekadar menghafal soal ujian saja. Dia yakin, jika siswa terbiasa untuk dilatih dengan cara berpikir kritis dan kreatif, soal HOTS yang sebelumnya dinilai sulit akan dengan mudah dijawab siswa. “Soal HOTS melatih siswa untuk memahami konsep, menerapkan konsep, dan menganalisis untuk memecahkan masalah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Totok menuturkan, adanya soal berbasis HOTS ini juga untuk mengukur kelemahan dan kelebihan setiap sekolah pada setiap materi pembelajaran. Dengan begitu proses pelatihan guru tidak lagi dilakukan secara umum, tetapi akan disesuaikan dengan hasil UN. Sebab salah satu tujuan UN ialah sebagai alat refleksi guru untuk memperbaiki keadaan.
Selain itu para guru tersebut juga didorong untuk bisa menyusun soal berbasis HOTS sehingga siswa terbiasa dan terpola untuk menyelesaikan masalah menggunakan cara berpikir kritis. Berdasarkan rekap data, sekolah yang siap menjalankan UN berbasis komputer (UNBK) tingkat SMP, MTs, SMA/MA, dan SMK ada 88,71% UNBK. Perinciannya, SMP dan MTS 82,03%, SMA dan MA 95,35%, dan SMK 98,75%.
Adapun untuk nonformal seperti program paket 99,04% UNBK. “Untuk menangani permasalahan teknis pada saat UNBK nanti, di setiap provinsi akan ada helpdesk UN dan teknisi khusus yang siap membantu,” jelasnya.
Sementara itu Mendikbud Muhadjir Effendy sebelumnya mengatakan, jumlah SMP yang bisa melaksanakan UNBK hanya ditargetkan 80%. Namun ternyata jumlahnya pun bisa melampaui patokan awal tersebut. Kemendikbud akan terus berkoordinasi untuk memastikan sekolah penyelenggara UNBK benar-benar siap secara prasarana.
Diketahui, berdasarkan prosedur operasional standar (POS) penyelenggaraan UN, siswa SMA akan menjalani UN pada 1–4 April dan dilanjutkan pada 8 April. Untuk SMP akan diselenggarakan pada 22–25 April. Adapun ujian paket UN Paket C akan dilaksanakan pada 12–16 April dan UN Paket B/Wustha dilaksanakan 10–13 Mei.
Sumber : https://nasional.sindonews.com