MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Monday, February 4, 2019
Model Pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar atau dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model Pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Model Pembelajaran yang dipilih hendaknya Model Pembelajaran yang menarik dan variatif, tergambar dari awal sampai akhir disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam Pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga Pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Makna Pembelajaran Tematik Terpadu adalah pendekatan Pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada Pembelajaran Tematik Terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Adapun tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu adalah untuk : 1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna 2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi 3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan 4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain 5. Meningkatkan minat dalam belajar 6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya
Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran Tematik Terpadu berdasarkan Panduan Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Depdiknas,2004) antara lain 1. Berpusat pada peserta didik 2. Memberi pengalaman langsung pada peserta didik 3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas 4. .Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses Pembelajaran 5. Bersifat luwes. 6. Hasil Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik 7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam Pembelajaran Tematik Terpadu diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. 8. Bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki peserta didik. 9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi otentik. 10.Aktif, artinya peserta didik perlu terlibat langsung dalam proses Pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses penilaian. 11.Wujud lain dari implementasi Tematik Terpadu yang bertolak dari tema,
Menurut Robin Fogarty (1991) ada sepuluh Model Pembelajaran Terpadu, seperti disajikan berikut ini.
1) Model penggalan (fragmented model). Model ini diimplementasikan dengan pemaduan yang terbatas pada satu mata pelajaran. Misalnya, mata pelajaran bahasa Indonesia materi Pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat dipadukan dalam materi Pembelajaran ketrampilan berbahasa.
2) Model keterhubungan (connected model). Model ini diimplementasikan berbasis pada anggapan bahwa beberapa substansi Pembelajaran berinduk pada mata pelajaran tertentu. Butir-butir Pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya dapat dipayungkan pada mata pelajaran bahasa dan sastra.
3) Model sarang (nested model). Model ini diimplementasikan dengan memadukan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada jam-jam tertentu guru memfokuskan kegiatan Pembelajaran pada pemahaman bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berfikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi.
4) Model Urutan/Rangkaian (sequenced model). Model ini memadukan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya: topik pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata.
5) Model berbagi (shared/participative model). Model ini merupakan pemaduan Pembelajaran akibat munculnya tumbang-tindih (overlapping concept) atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Buir-butir Pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PKn misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir Pembelajaran Tata Negara, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan sebagainya.
6) Model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antar mata pelajaran.
7) Model galur (threaded model). Model ini memadukan bentuk-bentuk ketrampilan. Misalnya: melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita, dsb. Bentuk Model ini terfokus pada meta kurikulum.
8) Model celupan (immersed model). Model ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Kegiatan Pembelajaran diarahkan untuk mewadahi tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman masing-masing.
9) Model jejaring (networked model). Model ini merupakan Model pemaduan Pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan perubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda.
10) Model Terpadu (integrated model). Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam pelajaran matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya IPA.
loading...
Sumber https://guroe.blogspot.com/