Bahasa Indonesia Terbuka Bahkan Kepada Kesalahan
Tuesday, January 22, 2019
Salah satu sifat bahasa Indonesia menyerupai bahasa-bahasa lain ialah terbuka. Bahasa Indonesia termasuk salah satu bahasa yang masih muda. Sifat bahasa Indonesia ini sama dengan bahasa melayu. Bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Bahasa Indonesia yang menjadi saudara kandung bahasa Malaysia juga mempunyai sifat dengan bahasa Melayu. Sama-sama terbuka.
Bahasa Indonesia Terbuka Bahkan Kepada Kesalahan
Bahasa Sanskerta, Arab, dan Tamil masuk ke dalam bahasa Indonesia seiring dengan masuknya penyebaran agama. Sanskerta dan Tamil masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia seiring masuknya agama Hindu dan Budha. Bahasa Arab masuk ke dalam bahasa Indonesia seiring masuknya pedagang arab yang juga membuatkan agama Islam di nusantara. Bahasa Belanda dan bahasa Portugis diserap ke dalam bahasa Indonesia bersamaan dengan penjajahan bangsa Belanda dan Portugis. Sementara bahasa Inggris semakin banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia alasannya ialah sebagai bahasa pergaulan internasional dan menjadi bahasa "pengantar" ilmu pengetahuan lintas negara. Hingga sekarang yang banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia ialah bahasa kawasan nusantara khususnya bahasa Jawa. Hal ini alasannya ialah penutur bahasa Indonesia salah satu yang terbanyak ialah juga penutur bahasa Jawa.
Selain terbuka dengan kata, kaidah, dari bahasa lain. Bahasa Indonesia juga terbuka untuk mendapatkan kesalahan. Kesalahan yang dimaksud ialah kesalahan yang disengaja. Salah satu, lebih tepatnya, salah dua orang hebat bahasa yang sengaja menyalahi aturan yang sudah disempurnakan. Kedua orang itu ialah Sutan Takdir Alisjahbana dan Ayat Rohaedi. Keduanya ialah hebat di bidang bahasa, bahkan Mang Ayat (panggilan Ayat Rohaedi) juga disebut sebagai Begawan Bahasa Indonesia.
Kedua pakar bahasa tersebut sama-sama menyalahi aturan bahasa Indonesia dalam wujud tulis. Alisjahbana sengaja menulis 'SETERUKTUR' alih-alih STRUKTUR. Hal ini dikarenakan beliau meyakini bahwa gugus konsonan yang diakui dan orisinil dalam bahasa Indonesia ialah KKVK alias (Konsonan-Konsonan-Vokal-Konsonan). Tidak ada KKKVKK serpeti kata STRUKTUR. Sementara itu, Ayat Rohaedi sengaja selalu menulis mérah dengan layar di atas abjad e. Hal ini sengaja dilakukan oleh pakar tersebut untuk membedakan pelafalan suara abjad agar tidak salah dibaca /mәrah/ menyerupai abjad e pada kata elang.
Pelanggaran kaidah penulisan bahasa tersebut tidak perlu dipermasalahkan apalagi dipidanakan. Selain alasannya ialah mempunyai alasan yang kuat, pelanggaran yang dilakukan juga tidak merugikan orang lain. Pakar bahasa yang melanggar aturan bahasa bisa atau diperbolehkan, tetapi jikalau pakar aturan justru melanggar kaidah dan aturan aturan tentu tidak sanggup dibenarkan atau pun diperbolehkan. Anehnya hanya sedikit pakar bahasa yang melanggar, sementara terlalu banyak pakar aturan yang justru melanggar hukum. Entahlah.