Otus jolandae, Species Baru Berstatus “Near Threatened”


Otus jolandae merupakan fauna endemik burung hantu yang terdapat di hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Otus jolandae ini juga dikenal sebagai Rinjani Scops Owl dengan nama daerah Celepuk Rinjani. Fauna ini merupakan species burung hantu yang baru ditemukan oleh Sangster pada tahun 2013. Otus jolandae berkerabat dekat dengan Otus magicus yang endemik di kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur, namun berbeda secara morfologi. Otus jolandae ditemukan oleh Sangster setelah melakukan analisis komparasi morfologi Otus jolandase dengan spesimen-spesimen burung hantu Indonesia yang sudah teridentifikasi. Selain itu juga, Sangster membandingkan rekaman vokalisasi (suara) dengan burung hantu yang berasal dari Jawa, Sulawesi, kepulauan Maluku, dan kepulaun Sunda dengan asumsi kemungkinan memiliki kekerabatan yang dekat karena wilayah kepulauaan tersebut memang berdekatan.

Secara morfologi, Otus jolandae terlihat memiliki kemiripan dengan Otus albiventris yang endemik di sekitar pulau Sumbawa dan kepulaun Nusa Tenggata Timur, tetapi memiliki beberapa perbedaan pada bagian atas tubuhnya yang tampak jelas yang bermotif garis-garis kecokelatan yang lebih tipis dan mahkota terlihat lebih gelap, sedangkan Otus albiventris terlihat abu dingin, dan bulu pada bagian perut juga tampak lebih gelap dengan bercak-bercak kecokelatan (Sangster et al, 2013). Frekuensi suara yang dihasilkan dari masing-masing species burung hantu yang dijadikan pembanding juga menunjukkan perbedaan yang signifikan, satu kali siulan tanpa overtone dari Otus jolandae dengan durasi 0,25–0,35 detik pada frekuensi konstan sekitar 1000 Hz (Sangster et al, 2013). Burung hantu ini mendiami habitat hutan di sekitar kaki gunung Rinjani pada ketinggian sekitar 25-1350 mdpl pada area seluas 413 km2 (Sangster et al, 2013). Akan tetapi, burung ini juga terlihat pada wilayah hutan-hutan sekunder yang mengalami degradasi di sekitar wilayah Senggigi, Sapit, dan Sesaot. Burung ini secara ekologis memiliki peranan yang penting dalam rantai makanan, yaitu sebagai predator yang menempati taraf tropik III.

Dalam laporan terbaru yang diterbitkan oleh IUCN (2016), Otus jolandae masuk di dalam kategori Near Threatened (Terancam). Hal ini berarti bahwa spesies ini baru ditemukan beberapa tahun lalu, namun sudah masuk ke dalam status hampir terancam. Fauna ini dikategorikan demikian karena merupakan spesies yang cukup resisten terhadap dampak yang ditimbulkan oleh fragmentasi habitat dan degradasi hutan walaupun dengan jumlah populasi yang tidak begitu besar (IUCN, 2016). Habitat fragmentasi tentunya merupakan ancaman bagi fauna, khususnya fauna terestrial karena dapat mengakibatkan isolasi geografis. Akan tetapi, dengan luas wilayah hutan di pulau Lombok yang masih dikategorikan cukup baik, species burung ini masih memiliki habitat yang baik. Mengingat data tentang populasi yang masih terbatas, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih mengetahui tentang jumlah dan pola persebaran populasinya di pulau Lombok, serta guna memaksimalkan usaha konservasinya. Sangster et al (2013) juga merekomendasikan untuk melakukan observasi lebih mendalam di daerah hutan sekunder di wilayah Sekotong dan Lombok bagian selatan.

Referensi:
  1. IUCN. 2016. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2016-3. (Accessed online: 5.12.2017 URL: http://www.iucnredlist.org/details/61786867/0.
  2. Sangster, G., King, B.F., Verbelen, P., Trainor, C.R. 2013. A New Owl Species of the Genus Otus (Aves: Strigidae) from Lombok, Indonesia. PLoS ONE 8(2): e53712. doi:10.1371/journal.pone.0053712.

Sumber https://www.generasibiologi.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel