Penting Tahu Karakter Siswa Supaya Bisa Mendidik Dengan Baik
Sunday, January 21, 2018
Karena tulisan bebas ini mungkin saja membuat salah satu pihak merasa tidak senang sebelumnya ijinkan saya mohon maaf, serta dalam tuisan ini saya sengaja tidak mencantunkan sumber link rujukan semata hanya untuk menjaga privasi.
Melihat banyaknya permasalahan yang di posting oleh guru dalam forum media sosial terutama pada forum-forum guru tentang kenakalan siswa, tidak sedikit guru yang mendiskriminasi anak sebagai sumber utama objek kesalahan tanpa harus mengkaji penyebab dari semua bentuk kesalahan anak tersebut. Sisi lain, adanya tuntutan dan tekanan dari pemerintah membuat guru tidak fokus untuk membimbing siswa dengan baik. Guru sekarang lebih fokus pada pola pengajaran 24 jam daripada pola pendidikan karakter siswa. Ini meupakan dampak dari target profesionalisme yang berbentuk sertifikasi, dengan adanya tunjangan dari pemerintah guru lebih mementingkan administrasi yang menunjang kesejahteraan hidupnya secara duniawi daripada kesejahteraan hidup siswa secara ukhrawi.
Diakui ataupun tidak, dibantah ataupun tidak tetapi yang terjadi adalah bahwa guru sering mengeluhkan tentang berbagai tunjangan dan administrasi lainnya yang tidak kunjung kelar. Imbasnya adalah anak didik. Siswa melakukan tindakan salah guru merasa geram dan langsung menghukum tanpa melalui kompromi, menyalahkan anak, menyalahkan orangtua, menyalahkan pemerintah.
Tuntutan pemerintah yang mencanangkan pendidikan karakter belum bisa 100 persen di konsumsi oleh guru. Buktinya guru masih menuntut gaji yang lebih tinggi terhadap pemerintah. Ini artinya tugas utama guru yang katanya "ikhlas mendidik" menjadi kabur sehingga imbasnya lagi-lagi anak didik yang menjadi korban.
Banyak sekali meme yang bermunculan seperti kata berikut "Guru mendidik moral siswa di bayar murah sedangkan artis merusak moral siswa di bayar mahal". "Siswa pandai orang tua terkenal Siswa nakal guru kena pasal". Ini sebenarnya ironis menyamakan pekerjaan guru dengan artis. Ujung-ujungnya guru secara tidak langsung menyalahkan siswa yang "nakal", orangtua, bahkan menyalahkan pemerintah.
Jika berbicara sebuah tanggung jawab seorang guru memang sangat besar, menididik, mengajar, membimbing sampai menjadi manusia yang sempurna. Namun yang perlu di garis bawahi tujuan pokok menjadi seorang guru bukanlah mendapatkan gaji yang sangat besar. Oleh karenanya mari kita lihat tujuan kita menjadi guru. Jika Anda merasa berat menjadi guru dengan gaji yang kecil lebih baik mencari pekerjaan lain yang bisa menunjang kesejahteraan hidup Anda. Sehingga ketika kita kembali pada fitrah guru kita tidak akan pernah menuntut meskipun penyebabnya adalah "siswa nakal" sekalipun.
Baiklah, saya sudah bercermin dari permasalahan diatas tersebut dan saya tidak mau membahas lebih panjang lagi karena saya yakin akan menambah kebencian di hati seorang guru, bagaimana pun juga manusia tidak ingin disalahkan. Mari kita mulai pada diri masing-masing. Jangan takut tidak makan karena tunjangan tidak keluar tetapi takutlah pada tanggung jawab guru di akherat kelak.
Seperti yang saya tulis pada judul diatas pentingnya mengetahui karakter siswa agar guru bisa mendidik dan membimbing dengan baik, maka seorang guru harus benar-benar tahu karakter dari setiap siswanya. Ini saya tekankan karena melihat banyaknya guru merasakan dampak dari kenakalan siswanya seperti uraian diatas. -Bagaimana mungkin guru bisa menjustifikasi anak jika dia tidak tahu karakter anak-.
Yang menjadi keanehan disini adalah tidak semua guru mengetahui karakter siswanya dengan baik, bahkan guru BP/BK pun hanya 10% yang benar-benar mengetahui karakter anak didiknya. Nah, alangkah baiknya ketika seorang guru mampu mengenali karakter siswanya meskipun hanya sederhana, ini kan membantu proses guru dalam menjalankan tugasnya membimbing, mendidik, mengajar.
Tanpa melalui tes psikologi yang berbelit-belit sebanarnya guru sudah bisa mengenali karakter siswanya melalui kebiasaan siswa;
- Cara berpakaian siswa
- Cara berbicara siswa
- Tingah laku siswa
- Cara berpikir siswa
1. Melihat karakter siswa melalui cara berpakaiannya dan solusi mengarahkannya
Saya teringat akan pepatah dari guru kita Ki Hajar Dewantara "Ajining sosiro ono ing busono" Manusia akan bermartabat ketika mampu berpakaian dengan baik. Kita tahu bahwa sekolah memberi aturan yang jelas tentang kerapian. Namun kenyataannya tidak semua siswa mengikutinya dengan baik. Ada siswa yang senantiasa merapikan diri dengan selalu memasukkan pakaiannya sesuai dengan peraturan sekolah. Sisi lain ada juga siswa yang menunggu teguran dari guru, baru merapikan pakaiannya.Dari dua hal ini kita sudah bisa melihat perbedaan karakter siswa tersebut. Tentu yang menjadi sorotan masalah adalah siswa yang tidak mau merapikan pakaiannya sesuai dengan peraturan sekolah. Lantas apakah guru harus menghukum, menempeleng, membentak, dst., dikarenakan sudah bosan menasehati siswa tersebut. Jika hal tersebut dilakukan maka guru tersebut benar-benar tidak mengetahui karakter anak itu.
Perlu diketahui sikap siswa kurang menjaga kerapian di sekolah dipengaruhi dari berbagai faktor. Hal ini karena siswa berasal dari berbagai latar belakang kehidupan sosial, ekonomi maupun derajat pendidikan orang tuanya. Faktor –faktor tersebut diantaranya adalah:
- Sekolah kurang menerapkan sikap kerapian berpakaian. Sekolah yang kurang menerapkan kerapian berpakaian, maka siswa biasanya kurang bertanggung jawab karena siswa menganggap tidak melaksanakan tugas di sekolah tidak dikenakan sanksi, tidak dimarahi guru.
- Teman bergaul. Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik perilakunya akan berpengaruh terhadap anak yang diajaknya berintraksi sehari hari.
- Cara hidup di lingkungan siswa tinggal. Siswa yang tinggal di lingkungan hidup yang kurang baik, maka siswa akan cenderung bersikap dan berperilaku kurang baik pula.
- Sikap orang tua. Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cendrung kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan dan kesulitan kesulitan, begitu pula sebaliknya anak yang sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan menjadi penakut dan tidak berani mengambil keputusan dalam bertindak.
- Keharmonisan keluarga. Siswa yang tumbuh dikeluarga yang kurang harmonis (broken home) biasanya akan selalu mengganggu teman dan sikapnya kurang disiplin serta terkesan acuh dengan dirinya sendiri terutama kerapian berpakaian.
- Latar belakang kebiasan dan budaya. Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Anak yang hidup dikeluarga yang baik dan tingkat pendidikan orang tunya bagus maka anak akan cenderung berperilaku yang baik pula.
potensi dan kepribadian siswa. Disuatu sekolah tanpa adanya kerapian berpakaian akan mengganggu kenyamanan peserta didik dalam belajar.
Dalam rangka meningkatkan kerapian dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila siswa melanggarnya, konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek pada Kartu Disiplin siswa, disuruh menghadap ke wali kelas, guru BP/BK, Kepala Sekolah atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah.
Pertanyaannya adalah apakah konsekwensi bertahap ini sudah dijalankan dengan benar!. Jika jawabnya terlalu ribet berarti gurulah yang merusak siswa itu sendiri tanpa sadar.
2. Melihat karakter siswa melalui cara berbicara dan solusi mengarahkannya
:Ajining dhiri ono ing keda'ing lathi". Sama halnya uraian diatas Gaya bicara seseorang pun bisa juga dipakai untuk mengetahui karakternya. Tentu hal ini akan sedikit lebih sulit karena ada berbagai macam dialek bahasa kesehariannya akan tetapi batasannya adalah ucapan yang baik dan ucapan yang buruk. Semua guru mengharapkan siswanya berbicara yang baik. Solusinya adalah guru sebagai teladan yang baik maka ketika menyampaikan sesuatu harus dengan bahasa yang baik.
Yang salah adalah terkadang guru tanpa sadar membentak anak yang mengucapkan kata-kata yang salah. Dan ini sudah menambah referensi satu karakter kapada siswa. Siswa yang berbicara keras akan semakin keras, siswa yang tadinya berbicara halus akan meniru berbicara keras. Apapun gaya bicara siswa ketika guru mampu memberi teladan dengan gaya bicara yang bagus dan baik maka siswa akan merasa segan untuk berbicara yang keras.
3. Melihat karakter siswa melalui tingkah laku kesehariannya dan solusi mengarahkannya
Perhatikan Tingkah Laku Siswa. Untuk pertama kali perhatikan saja tingkah laku anak didik kita dalam aktivitas sehari-harinya seperti apa dalam lingkungn sekolah, kalau perlu lingkungan rumahnya seperti apa juga kita pelajari. terkadang sikap di sekolah dan di rumah dari anak didik kita bertolak belakang. mungkin di rumahnya pendiam tapi di sekolah bandel, atau sebaliknya. Banyak faktor yang menjadikan mereka memiliki dua karakter seperi yang saya uraikan diatas.
Guru harus mempunyai ruang waktu terhadak anak didiknya untuk mengenal lebih dekat. Solusinya lakukan komunikasi pendekatan secara persuasif. Setelah kita perhatikan dengan baik-baik jangan kita langsung judge atau menyimpulkan sembarang sikap dari siswa-siswa kita, tapi kita perlu tahu juga secara intern apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka inginkan.
4. Melihat karakter siswa melalui cara berpikirnya dan solusi mengarahkannya
Sejalan dengan pemikiran enggunsyihabudieninfo.blogspot.co.id saya tulis kembali karena saya rasa ada manfaatnya. Ikuti Jalan Pikirannya. Mungkin agak aneh dengan tips yang ini tapi bisa juga menjadi solusi untuk mengetahui karakter para siswa kita, pada saat kita berbincang-bincang dengan salah satu anak didik kita jika kita ingin mengetahui karakter yang sebenarnya dari anak tersebut, ikuti saja dulu apa yang dia ingin bicarakan, anggaplah kita ini sebagai pendngar yang baik, dari pembicaraanya pasti mengarah tentang kperibadiannya, jadi secara tidak langsung kita bisa tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan dan apa apa yang dia inginkan, dan dari pembicaraan itu juga kita bisa lebih mengenal secara internal "ternyata anak ini begini" "ternyata anak ini begitu".
Banyak manfaat yang dapat dipetik bila seorang guru mampu mengenal kepribadian dan karakter siswanya dengan baik. Beberapa manfaat tersebut adalah :
Mengenal dan memahami karakter peserta didik, memberikan manfaat yang banyak baik bagi peserta didik sendiri maupun bagi guru yang berperan mendampingi mereka. Bagi peserta didik, mereka akan mendapat pelayanan prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang maksimal dan menyelesaikan masalah anak didik dengan memperhatikan karakternya.
Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik adalah guru akan dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan karakternya masing-masing. Guru dapat memberikan pelayanan prima dan memberi tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan peserta didiknya. Dengan demikian guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka berupa minat, bakat dan kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang mungkin muncul dari karakter anak didik yang tidak baik yang dimilikinya.
- Mengetahui kelebihan yang mereka miliki dan dapat meningkatkannya
- Mendeteksi kelemahan yang mereka miliki dan memperbaikinya
- Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan mengoptimalkannya untuk kesuksesan dimasa yang akan datang
- Menyadarkan mereka bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan sehingga pantang untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain
- Dapat mengetahui jenis pekerjaan apa yang paling cocok untuk mereka dimasa akan datang sesuai dengan kepribadian dan karakter mereka sehingga kita dapat mengarahkannya menjadi lebih baik
- Mengenal diri sendiri dapat membantu anak didik untuk berkompromi dengan diri sendiri dan orang lain dalam berbagai situasi
- Mengenal kepribadian (personality) diri dapat membantu mereka menerima dengan ikhlas segala kelebihan dan kekurangan diri sendiri, sekaligus bertoleransi terhadap kelebihan dan kelemahan orang lain.
Dengan memahami dan mengetahi karakter siswanya maka proses belajar mengajar dapat lebih dioptimalkan. Guru tidak akan lekas marah-marah karena hanya kesalahan kecil yang dilakukan oleh siswa.