Kehebatan Linguistik Al-Quran: Perbedaan Makna Lafadz Imra'ah dan Zaujah Dalam Al-Quran


Pada kesempatan kali ini kita kembali membahas mengenai keajaiban linguistik Al-Quran atau ijaz lughawi dari Al-Quran. Sebelumnya ada yang bertanya kepada saya, kenapa saya menulis linguistik Al-Quran dan kenapa tidak dengan mukjizat saintifik Al-Quran. Alasan pertama karena pembahasan saintifik Al-Quran merupakan pembahasan yang sudah umum dan banyak dibahas oleh pakar-pakarnya, namun pembahasan linguistik Al-Quran masih sangat jarang. Bukan berarti saya begitu faham mengenai kebahasaan Al-Quran, apa yang saya share kepada temen-temen merupakan hasil pemahaman dari bacaan dan penyampaian oleh ustadz dan pakar ahlinya dan saya post kembali disini menggunakan bahasa saya agar mudah difahami.

Alasan kedua adalah, unsur mukjizat linguistik Al-Quran adalah unsur mutlak yang dimiliki oleh Al-Quran. Jika ayat-ayat saintifik aya dibahas oleh beberapa ayat yang berkaitan, maka linguistik itu mencangkup seluruh isi Al-Quran. Maksudnya semua ayat Al-Quran mengandung unsur 'ijaz lughawinya. Disisi lain saya menyukai hal-hal baru (antimainstream) dan pembahasan linguistik Al-Quran merupakan hal baru (khususnya dalam dunia blogging) berlepas dari banyaknya tulisan-tulisan ulama mengenai ini dalam buku-buku mereka. Selain itu juga, dengan membahas hal-hal baru mengenai Al-Quran berharap bisa menambah rasa penasaran kita kepada Al-Quran dan menimbul rasa cinta untuk terus mendalami dan memahami Al-Quran termasuk saya sendiri.

Dan postingan kali ini kita akan membahas lafadz "istri" dalam Al-Quran. Sebelumnya disclaimer, saya menulis topik yang menyikut 'istri' tidak ada maksud apa-apa ya! kebetulan topik ini yang saya tahu dan saya bagikan. Harap untuk jomblo senusantara agar saling bahu-membahu menolong sesama jomblo dan jauhi pembulyan. Sebelumnya terimakasih untuk Ustadz Qarib yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi mengenai topik ini, serta juga untuk teman saya Rudi Fakhruddin yang sudah berdialog dari sisi kebahasaanya.

Dalam Al-Quran, kata zauj secara keseluruhan disebutkan dengan 21 bentuk derivasinya yang digunakan sebanyak 81 kali dalam 72 ayat yang tersebar pada 43 surat yang berbeda. Sedangkan lafaz imra’ah ditemukan dengan 6 bentuk derivasinya yang digunakan 26 kali yang tersebar pada 15 surat yang berbeda.

Pada hakikatnya, kata zauj dan imra’ah memiliki arti yang sama yakni seorang istri. Namun, bila diamati lebih teliti lagi maka akan diketahui bahwa masing-masing kata tersebut berkonotasi sendiri-sendiri sehingga tidak dapat dikatakan bahwa ada sinonim di antara kata-kata tersebut. Dan ini yang akan coba kita telaah untuk menemukan jawaban dari perbedaan kedua lafadz ini dan bagaimana cara Allah menyampaikan firmannya.

Dalam pembahasan ini saya tidak merincikan ke-81 ayat yang mengandung lafadz zauj maupun ke-26 ayat yang mengandung lafadz imra'ah. Disini saya hanya memaparkan beberapa ayat saja, yang dengan beberapa ayat ini bisa kita simpulkan dan aplikasikan untuk ayat-ayat yang sisanya.


Ayat yang mengandung lafadz Imra'ah

Berikut 6 ayat yang mengandung lafadz Imra'ah dalam Al-Quran:

وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dan sekelompok wanita di kota (Mesir) berkata, ‘Istri al-‘Aziz (pembesar negeri Mesir) menggoda pelayannya untuk (menyerahkan) dirinya. Sungguh pelayannya telah membuatnya mabuk cinta. Sesungguhnya kami benar-benar melihatnya berada di dalam kesesatan yang nyata.” [QS. Yûsûf [12]: 30]

وَٱمۡرَأَتُهُ ۥ حَمَّالَةَ ٱلۡحَطَبِ 

Dan [begitu pula] isterinya, pembawa kayu bakar [QS. Al-Lahab: 4]

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

“Allah membuat pemisalan bagi orang-orang kafir istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berkhianat kepada keduanya (Nuh dan Luth) lalu keduanya tidak mampu menyelamatkan keduanya dari (adzab) Allah sedikitpun. Dan dikatakan, ‘Masuklah kalian berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk.” [QS. At-Tahrîm [66]: 10]

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلاً۬ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَتَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِى عِندَكَ بَيۡتً۬ا فِى ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِى مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ 

"Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim" [QS. At-Tahrîm [66]: 10]

وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا

“Dan sesungguhnya aku khawatir akan mawaliku (keturunan) sepeninggalku sementara istriku mandul. Maka berilah aku dari sisimu seorang wali (anak).” [QS. Maryam [19]: 5]

وَٱمۡرَأَتُهُ ۥ قَآٮِٕمَةٌ۬ فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَـٰهَا بِإِسۡحَـٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَـٰقَ يَعۡقُوبَ

"Dan isterinya berdiri [di balik tirai] lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang [kelahiran] Ishaq dan dari Ishaq [akan lahir puteranya] Ya’qub." [QS. Hud [11]: 71] 

Ayat yang mengandung lafadz Zaujah

Berikut 4 ayat yang mengandung lafadz Zauj dalam Al-Quran:

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ

“Dan Zakariya, tatkala dia menyeru Rabb-nya, ‘Wahai Rabb-ku, janganlah Engkau tinggalkan aku sendirian sementara Engkau sebaik-baik pemberi keturunan.’ Maka kami kabulkan do’anya dan memberinya Yahya serta Kami perbaiki untuknya istrinya.” [QS. Al-Anbiyâ` [21]: 90]

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ

“Dan Kami berkata, ‘Wahai Adam, berdiamlah kamu dan istrimu di surga.’” [QS. Al-Baqarah [2]: 35]

... ٱلنَّبِىُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِہِمۡ‌ۖ وَأَزۡوَٲجُهُ ۥۤ أُمَّهَـٰتُہُمۡ‌ۗ

"Nabi itu [hendaknya] lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri mereka sendiri [3] dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka ..." [QS. Al-Baqarah [2]: 6]

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٲجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٍ۬ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati [kami], dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." [QS. Al-Furqan [25]: 74]

Analisa Ayat

Pada surat Yusuf ayat 30 istrinya al-'Aziz disebukan imra'ah, karena ia berbuat serong atau selingkuh. Istrinya Abu Lahab dalam surat Al-Lahab ayat 4 disebutkan imra'ah karena mereka merupakan pasangan dan wanita yang kufur. Dalam surat At-Tahrim ayat 10 kepada istrinya Nabi Nuh dan Luth disebutkan imra'ah bukan karena berbuat serong, melainkan mereka ingkar kepada suaminya dari perintah agama.

Istrinya Fir'aun dalam surat At-Tahrim ayat 10 disebutkan pula dengan imra'ah padahal ia wanita yang beriman. Itu disebabkan karena ia bersuamikan fir'aun sehingga tujuan dari rumah tangga yang sekufu (seiman) tidak terwujud.

Lalu kenapa pada surat Maryam ayat 5 istrinya Nabi Zakariya disebutkan dengan imra'ah. Padahal mereka pasangan yang beriman dan taat?. Itu disebabkan istrinya mandul/tidak memiliki anak. Padahal tujuan dari pernikahan itu untuk melestarikan nasab, maka harapan berumah tangga ini tidak dimiliki. Dan pada surat Al-Anbiya ayat 90 istrinya Nabi Zakariyya akhirnya disebutkan dengan lafadz zaujah. Itu karena pada ayat ini istrinya nabi Zakariyya sudah tidak mandul lagi karena Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya.

Hud ayat 71, pada ayat ini istrinya Nabi Ibrahim (Hajar) disebutkan dengan sebuan imra'ah padahal ia telah dikabari akan hamil. Itu karena pada konteks ayat ini, saat itu Hajar belum mengandung atau memiliki anak.

Pada surat Al-Baqarah ayat 35 istrinya Adam yaitu Hawa disebutkan dengan lafadz Zaujah. Itu karena Hawa bebas dari illat atau kecacatan-kecacatan yang dimiliki oleh sebutan imra'ah diatas. Bahwa mereka pasangan yang serasi, sebaya, harmonis, taat, beriman dan memiliki anak.

Oleh karenanya itu, pada surat Al-Baqarah ayat 6 bagi istri-istri Nabi Muhammad juga disebutkan dengan lafadz Zauj.  Serta akhirnya pada surat Al-Furqan ayat 74 untuk doa yang indah ini menggunakan lafadz Zauj, dengan harapan pasangan atau istri kita kelak mereka beriman kepada Allah (tidak seperti istri Abu Lahab), taat kepada suami (tidak seperti istri Nabi Luth dan Nuh), setia (tidak seperti istri Al-Aziz), serta subur dan tercipta keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa sematan lafadz imra'ah kepada istri-istri ini karena tidak memenuhi dua syarat.
  1. Tidak terpenuhinya harapan dari tujuan berumah tangga yang harmonis, sekufu, sebaya, saling berkesesuaian, serasi, menganut agama atau akidah yang sama, mempunyai kejiwaan yang kurang lebih sama, dan seterusnya.
  2. Tidak terpenuhinya harapan dan tujuan menikah yaitu melanjutkan keturunan. Baik ia mandul ataupun belum dikaruniai seorang anak.
Penggunaan kata zauj dalam al-Qur’an adalah hanya untuk konteks kehidupan suami istri yang benar-benar memiliki rasa cinta dan kasih sayang di antara keduanya, selain itu juga memiliki keturunan. Kata zauj atau azwaj yang digunakan di dalam al-Qur’an lebih menunjukkan kepada pasangan yang mempunyai keterikatan yang begitu kuat dan sempurna. Keduanya dapat dikatakan sebaya, serasi, saling berkesuaian, menganut dien atau aqidah yang sama, mempunyai kejiwaan yang kurang lebih sama, dan seterusnya.

Adapun penggunaan kata imra’ah dalam al-Qur’an digunakan dalam konteks kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis, seperti kurang seiman di antara kedua pasangan suami istri yang terdapat dalam kisah istri nabi Luth a.s. dan nabi Nuh a.s. tadi. Selain itu, kata imra’ah ini juga digunakan bagi istri yang belum memiliki keturunan seperti dalam kisah istri Imran, Sarah istri nabi Ibrahim, dan istri nabi Zakariya.

Dari sini kita dapat simpulkan pula. Carilah seorang zaujah jangan imraah; yang beriman, taat pada suami, yang subur dan juga seilmu. Karena seperti yang disampaikan ustadz Subhan Bawazier, cari pasangan yang ilmunya sama itu penting. Jangan sampai ilmunya suami terlampau tinggi dari istri atau ilmunya istri terlampau tinggi dari suami, jadinya tidak nyambung. Oleh karenanya mari sama-sama kita menuntut ilmu khususnya ilmu Al-Quran. In sya Allah akan dihadirkan sakinah didalam hati kita.

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel