Materi Antigen, Imunogen dan Imunisasi Lengkap


Antigenicity and Immunization

1. Apa perbedaan dan persamaan Antigen dan Immunogen? 
Persamaannya: Antigen dan Immunogen merupakan materi yang dapat menginduksi respon imun.
Perbedaannya: Immunogen tidak dapat bereaksi dengan produk dari respon imun, sedangkan antigen dapat bereaksi dengan produk dari respon imun.

2. Apakah pengertian Antigenicity dan Immunogenicty?
Antigenicity adalah kemampuan suatu materi untuk bereaksi dengan produk dari respon imun. Immunogenicty adalah kemampuan suatu materi untuk menginduksi respon imun.

3. Ceritakan tentang sifat-sifat fisika suatu antigen!
  • Ukuran: Complete antigen (immunogen) biasanya mempunyai berat molekul yang besar. Immunogen alami juga dapat mempunyai berat molekul yang kecil, tetapi tetap berkemampuan menginduksi respon imun. Immunogen merupakan kompleks yang terbentuk dari molekul kecil (hapten) dan protein inang (pembawa). Situs pada antigen yang bereaksi dengan antibodi lebih kecil daripada situs yang menginduksi pembentukan antibodi. Informasi ukuran dan karakteristik area antigen yang bereaksi dengan antibodi (faktor antigenik) diperoleh dari penentuan kemampuan senyawa pada berat molekul yang rendah untuk menghambat reaksi antibodi dengan complete antigen. Molekul yang lebih besar biasanya tetap merupakan syarat untuk menginduksi respon imun dan penting untuk bereaksi secara sempurna dengan antibodi.
  • Bentuk: bentuk faktor antigen sangat penting. Komponen tertentu, seperti DNP pada DNP-L-lysine memberi bentuk pada molekul yang terbukti tidak ditemukan pada polimer homolog. Kopolimer dari dua asam amino termasuk immunogenik untuk beberapa spesies, sementara polimer dari tiga atau empat asam amino dibutuhkan oleh spesies lain. Adanya lebih dari satu asam amino pada polimer menghasilkan konfigurasi yang tidak tersedia pada polimer asam amino tunggal. Lokasi suatu struktur pada faktor antigen juga penting. Antibodi, pada beberapa kasus, dapat mengikat lebih kuat dengan struktur tertentu pada determinantnya daripada struktur lain. Pada beberapa kasus, antibodi dapat mengikat lebih kuat dengan struktur tertentu pada determinant dibandingkan struktur lain. Terminal alanin ditemukan bertanggung jawab terhadap sebagian besar pengikatan antibodi. Kelompok D-alanine pada kasus tersebut dinyatakan sebagai bagian immunodominant dari determinant.
  • Kekakuan: peranan kekakuan dan lokasi determinant dalam antigenicity dinyatakan oleh Sela mengenai perubahan dalam immunogenicity dan antigenicity gelatin dengan menambahkan poly- L-tyrosine pada tulang belakang gelatin. Gelatin, yang mempunyai berat molekul sangat besar, hampir semuanya bersifat nonimmunogenic. Penambahan 1% tyrosine meningkatkan immunogenicity dan antigenicity gelatin, dan spesifisitas antibodi dihasilkan langsung terhadap gelatin. Penambahan tyrosine terbukti membuat struktur gelatin lebih stabil atau kaku. Penambahan 3-10% tyrosine kepada gelatin tampak berpengaruh pada produksi antibodi dengan spesifisitas langsung terhadap tyrosine, yaitu seluruh aktivitas antibodi dapat dipindahkan oleh poly- L-tyrosine dan sama sekali bukan oleh gelatin.
  • Lokasi determinant: determinant antigenik yang penting kemungkinan terpisah dalam molekul besar dan dapat muncul pada molekul yang tidak tergulung. Denaturasi protein biasanya menurunkan atau menghancurkan immunogenicity dan antigenicity. Denaturasi sebagian dapat menyebabkan terbukanya konfigurasi molekular berbeda, memperlihatkan perubahan pada struktur tersier molekul berupa pembentukan determinant antigenik yang baru.
  • Struktur tersiernya: Struktur tersier protein (spatial folding) penting dalam menentukan spesifisitas respon antibodi. Antibodi menghasilkan rantai A insulin tidak beeaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi pada kondisi ribonuklease terkontrol menghasilkan campuran molekul protein berbeda hanya pada struktur tiga dimensi. Beberapa antisera untuk ribonuklease alami tidak reaktif terhadap molekul yang terdenaturasi; antisera lain untuk molekul alami bereaksi terhadap bentuk terdenaturasi. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa struktur tersier immunogen dikenali oleh sistem reaksi imunitas. Kehancuran immunogen belum akan terjadi sebelum dikenali oleh sel reaktif yang spesifik. Jika katabolisme terjadi, struktur tersier immunogen akan dihancurkan.
  • Katabolisme: aktivitas optikal antigen sintetik memberi kesan bahwa kemampuan untuk memecah atau menghancurkan antigen penting untuk induksi respon imun. Asam L-amino heteropolimer dapat dikatabolisme dan immunogenik, sementara asam D-amino heteropolimer tidak dapat dikatabolisme dan kurang immunogenik. Immunogenisitas polimer asam D-amino tergantung pada dosis. Kegagalan untuk mendeteksi respon terhadap rendahnya katabolisme D-isomer kemungkinan disebabkan seleksi dosis imunisasi yang tidak tepat. Antibodi yang terbentuk akibat immunogen yang katabolismenya kurang, kemungkinan sulit untuk bekerja karena halangan atau pengikatan oleh antibodi yang terbentuk pada serum masih mengandung antigen yang tidak mengalami katabolisme.

4. Ceritakan tentang imunisasi!
  • Sumber antigennya. Sumber antigen tergantung dari tujuan imunisasi tersebut. Individu dapat diimunisasi dengan agen infeksi yang telah mati atau ekstrak tidak beracun untuk respon imun protektif. Individu pada situasi eksperimental dapat diimunisasi dengan serum protein atau jaringan dari individu spesies yang sama ataupun berbeda, atau dengan materi hasil sintesis buatan, seperti polipeptida.
  • Persiapan antigen. Persiapan akhir dari antigen yang digunakan untuk imunisasi tergantung pada derajat spesifisitas yang diinginkan. Contoh: imunisasi untuk kelinci dengan seluruh limpa dari tikus menghasilkan antiserum yang bereaksi dengan macam-macam populasi sel dalam limpa (eritrosit, limfosit, makrofag) dan dengan sebanyak 30 protein plasma berbeda. Antiserum kelinci yang yang bereaksi dengan protein serum tikus dapat diperoleh dengan pemindahan elemen seluler secara hati-hati atau melalui imunisasi dengan serum tikus (plasma tikus yang tidak mengandung fibrin). Persiapan antigen yang mengandung hanya satu protein serum dapat diperoleh dengan sebagian kecil serum tikus. Sebagian kecil molekul antigenik dapat diselesaikan dengan menghancurkan molekul menjadi unit-unit yang lebih kecil dan antiserum yang bereaksi hanya dengan bagian molekul dapat diperoleh.
  • Bentuk antigen yang diberikan. Bentuk antigen yang diberikan dapat bervariasi. Protein serum dapat diberikan dalam bentuk yang dapat larut. Protein serum tersebut dapat dipresipitasi dengan tawas untuk mendapatkan respon antibodi yang lebih baik. Filtrasi satu inti secara intensif pada tempat injeksi diinduksi oleh injeksi antigen tergabung ke dalam emulsi dengan Freund’s adjuvant (minyak paraffin dan ”aquaphor”). Myobakteria juga ditambahkan ke dalamnya. Banyak variasi lain dapat digunakan untuk memodifikasi alam dan memperluas respon imun.
  • Rute/jalan masuk dalam imunisasi. Rute dalam imunisasi termasuk intradermal, subcutaneous, intramuscular, intraperitoneal, intravaskular, dan injeksi intrakranial, juga injeksi pada organ-organ. Imunisasi dapat dikerjakan melalui ingestion, pernafasan, penggunaan kulit, infusi rectal atau infusi intratracheal. Tipe datangnya respon imun tergantung pada rute yang digunakan. Rute-rute tersebut, yang menuju distribusi ke ruang pembuluh, biasanya menuju pembentukan antibodi humoral. Rute-rute yang menuju sekeliling jaringan limfoid (injeksi intradermal atau permukaan kulit) memimpin perkembangan sensitivitas selular. Inokulasi dalam organ sekresi eksternal, seperti kelenjar saliva, payudara atau mukosa hidung dapat menhasilkan produksi antibodi dari kelas immunoglobin yang berbeda (IgA) daripada yang dapat ditemukan setelah injeksi intramuscular (IgG).
  • Dosis antigen. Jumlah antigen yang diberikan sangat penting. Jumlah terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menyebabkan hilangnya respon imun. Beberapa miligram antigen biasanya cukup untuk menginduksi respon imun. Jumlah yang lebih sedikit sebenarnya lebih efektif, tergantung pada asal antigen. Jika antiserum tertentu diinginkan, sejumlah kecil persiapan antigen harus digunakan. Penggunaan jumlah besar dapat menyebabkan sedikit kontaminasi dengan antigen yang tidak diinginkan, sehingga produksi antiserum akan memiliki banyak spesifisitas.
  • Interval antara imunisasi dan pengujian dideteksi. Antibodi dapat dideteksi dalam beberapa jam setelah imunisasi jika menggunakan teknik deteksi yang sangat sensitif. Akan tetapi, peredaran antibodi pada imunisasi yang terkontrol tidak muncul dalam jumlah nyata hingga 7--10 hari setelah imunisasi. Kelas immunoglobin dalam produksi antibodi juga dapat berubah seiring waktu. Antibodi awal cenderung kelas IgM, sementara antibodi yang terbentuk kemudian termasuk kelas IgG. Antibodi yang terbentuk kemudian dapat mengikat lebih kuat pada antigen daripada antibodi awal. Jumlah antibodi yang diproduksi biasanya mulai menurun setelah 3--5 minggu, sehingga analisis darah akhir memberikan titer antibodi yang lebih rendah.
  • Jumlah imunisasi yang diberikan. Jumlah antibodi yang terbentuk setelah injeksi antigen yang kedua (sekunder atau respon memori) biasanya jauh lebih banyak daripada yang terbentuk setelah satu kali injeksi (respon primer). Jika menginginkan titer antiserum yang banyak, rangkaian injeksi akan diberikan. Titer antibodi setelah tiga atau lebih injeksi kemungkinan lebih sedikit dibandingkan setelah hanya dua injeksi. Antibodi yang terbentuk setelah injeksi antigen kedua (penyokong) cenderung termasuk dalam kelas IgG dan lebih aktif (mengikat antigen lebih kuat) daripada antibodi yang terbentuk setelah injeksi pertama (kemungkinan kelas IgM). Setiap analisis darah hewan yang diimunisasi menghasilkan antibodi dengan titer yang berbeda, keaktifan yang berbeda, dan kemungkinan spesifisitas yang berbeda. Setiap sampel darah harus diuji secara terpisah untuk memastikan bahwa hasil yang didapat dari darah berbeda dapat dibandingkan.
  • Tipe prosedur uji yang dilakukan. Uji yang digunakan untuk deteksi antibodi berbeda nyata dalam kemampuan untuk mengukur aktivitas antibodi. Jika bakteri atau uji tahap netralisasi digunakan, sejumlah kecil antibodi dapat terdeteksi dalam beberapa jam imunisasi. Jika teknik difusi ganda dalam agar mengandung protein antigen yang dapat larut digunakan, jutaan antibodi diperlukan untuk mendeteksi yang terjadi. Antibodi dalam beberapa situasi dapat dideteksi secara in vivo (melalui tes kulit atau anaphylaxis), sementara hasil uji in vitro adalah negatif. Penemuan antibodi setelah imunisasi sangat tergantung pada uji yang digunakan untuk deteksi tersebut.
  • Susunan genetik pada respon hewan. Kemampuan untuk memberi respon imun dan tipe respon dihasilkan oleh beberapa antigen di bawah kontrol genetik.
  • Kondisi respon hewan. Variasi faktor yang mungkin mempengaruhi respon imun sangat banyak. Hewan dewasa muda yang sehat digunakan untuk mendapat hasil yang terbaik. Hewan yang terlalu muda atau terlalu tua tidak dapat bereaksi dengan baik terhadap antigen yang diberikan. Penyakit, agen immunosuppressive, dan makanan dapat mengubah reaksi imun.
  • Adanya produk bakterial pada campuran kekebalan. Bakteri atau produk bakteri ditambahkan pada antigen spesifik yang diketahui, seperti serum albumin yang dapat meningkatkan produksi antibodi berikutnya terhadap albumin. Mekanisme kerja agen yang menghasilkan peningkatan respon imun tidak diketahui, tetapi dipercaya bahwa agen tersebut tidak secara spesifik menyebabkan pengerahan lebih banyak sel pembentuk antibodi spesifik.

5. Apa yang dimaksud Antigenic Specificity?
  • Struktur kimia. Spesifisitas (kekhususan) antigenik dari immunogen sangat tepat jika langsung dihubungkan dengan struktur kimia yang dapat diuraikan. Kekhususan antibodi hasil dapat digunakan untuk menentukan sebagian struktur kimia molekul yang tidak diketahui. Heidelberg menghubungkan kekhususan antibodi dalam polisakarida pneumococcal tipe SII pada D-glukosa bergabung dalam 1, 4, 6-linkages. Heidelberg mereaksikan antisera anti-SII dengan glikogen, glikogen terbatas dekstran, dan amylopektin, semua yang mengandung 1, 4, 6 linkages, dan semua reaksi silang dengan antisera anti-SII. Struktur kimia yang tidak diketahui diprediksi dengan penemuan bahwa struktur tersebut bereaksi dengan anti-SII sera, dan analisis kimia kemudian menguji keberadaan 1, 4, 6- linkages yang tidak diketahui.
  • Kekhususan fungsional. Serum protein dengan aktivitas fungsional yang berbeda mempunyai kekhususan antigenik berbeda. Albumin, α-globulin, dan immunoglobulin dari spesies yang diberikan tidak mempunyai kekhususan antigenik. Albumin anti-human kelinci tidak bereaksi dengan immunoglobulin manusia, dan sebaliknya. Albumin dari spesies yang berbeda dapat mengandung determinant biasa. Albumin antihuman kelinci dapat bereaksi dengan albumin bovine. Jadi, serum protein yang menunjukkan fungsi serupa pada spesies berbeda mungkin berbagi kekhususan antigenik.
  • Kekhususan spesies. Albumin antihuman pada kelinci bereaksi lebih kuat dengan albumin manusia dibandingkan dengan albumin spesies lain. Albumin manusia dan serum protein manusia lainnya mengandung kekhususan antigenik unik untuk 
  • Allospesifisitas. Beberapa individu dari spesies berbeda mempunyai antigenik khusus yang tidak sama dengan individu lain dalam spesies yang sama. Kekhususan tersebut tergantung pada perbedaan kecil struktur. Contoh terbaik yaitu kekhususan kelompok darah ABO. Sel darah merah dari beberapa individu pada spesies manusia memiliki kekhususan antigenik secara umum, sementara sel darah merah individu lain mempunyai kekhususan antigenik yang berbeda. Usaha untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan antigen allospesifik dalam jaringan solid penting bagi kemajuan transplantasi jaringan manusia.
  • Spesifisitas heterogenik. Spesifisitas antigenik yang identik terkadang ditemukan dalam jaringan spesies yang berbeda tanpa diketahui alasannya. Contoh klasik yaitu Forssman antigen. Antibodi anti-Forssman dihasilkan dari injeksi


Antigen

1. Apakah pengertian antigen? Berikanlah definisi yang tepat!
Antigen adalah substansi yang menstimulasi respon imun atau pembentukan antibodi saat introduksi ke dalam inang.

2. Apakah yang dimaksud dengan Autologous antigen, Homologous antigen, dan Heterologous antigen?
Autologous antigen adalah antigen yang diperoleh dari individu yang sama yang merupakan inang antigen. Homologous antigen adalah antigen yang diperoleh dari individu lain yang jenisnya sama. Heterologous antigen adalah antigen yang diperoleh dari individu yang beda jenis.

3. Apakah yang dimaksud dengan antigen bersifat multivalen dan antibodi bersifat bivalen?
Multivalen berarti antigen tersebut memiliki beberapa bilangan valensi. Bivalen berarti antibodi tersebut memiliki dua bilangan valensi.

4. Faktor-faktor apa sajakah yang menentukan struktur suatu antigen?
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur antigen adalah sekuen rantai asam amino pada rantai peptida, ikatan dari rantai tersebut, dan konfigurasi molekul antigen.

5. Apakah yang dimaksud dengan antigenic determinant suatu molekul antigen?
Determinant adalah kemampuan dari permukaan molekul antigen untuk bertanggung jawab atas kombinasi spesifik dengan antibodi.

6. Apakah complete antigen dan incomplete antigen?
Complete antigen adalah antigen yang dapat menimbulkan respon imun dan dapat bereaksi dengan produk hasil respon. Incomplete antigen adalah substansi kimia aktif dengan berat molekul kecil yang tidak dapat menimbulkan respon imun tetapi dapat berikatan dengan molekul yang lebih besar sehingga timbul sifat imunogenic.

7. Apakah yang dimaksud tentang Hapten dan Carrier Hapten Complex! Apakah keguanaan Carrier protein itu? Berikanlah contoh-contoh tentang efek suatu hapten dalam kehidupan sehari-hari!
Hapten adalah struktur kimia sederhana dari antigen yang belum sempurna. Carrier hapten complex adalah suatu protein yang dapat berikatan dengan hapten. Carrier tersebut berfungsi untuk menstimulasi terbentuknya antibodi. Contohnya hapten berupa asam arsenilik dengan carrier protein bovine serum albumin, berpasangannya hapten dan carrier tersebut menimbulkan antibodi.

8. Apakah yang dimaksud dengan hapten merupakan univalen antigen! Bagaimana efeknya bila bereaksi dengan antibodi? Apa bedanya dengan reaksi antara antigen (multivalen) dengan antibodi?
Hapten merupakan univalen antigen berarti hanya memiliki satu bilangan valensi, jadi hanya dapat berikatan secara spesifik. Hapten yang bersifat univalent antigen, jika berhubungan dengan pasangan antibodi, soluble antigen-anibodi terbentuk. Multivalen dapat berikatan lebih bebas daripada univalen.

9. Apakah yang dimaksud dengan simple hapten dan complex hapten?
Simple hapten adalah struktur kimia sederhana yang merupakan antigen yang belum lengkap. Complex hapten adalah hapten dengan struktur lebih komplek, contoh lipid dan asam nukleat.

10. Apakah cojugated antigen itu?
Cojugated antigen adalah peristiwa berpasangan hapten dan serum yang memproduksi senyawa kimia yang menimbulkan antigenic specificity baru atau berbeda.

11. Apakah Van der Waals Forces itu?
Van der Waals Forces adalah interaksi atau atraksi molekular yang berfungsi untuk mengikat molekul antigen dan antibodi secara bersamaan.

12. Ceritakan tentang simple chemicals dalam menimbulkan reaksi hipersensitivitas (alergi) dalam tubuh.!
Simple chemicals dalam menimbulkan reaksi hipersensitivitas (alergi) dalam tubuh merupakan model untuk tipe sensitivitas immediate dan delayed. Simple chemicals adalah substansi yang mempunyai berat molekul ringan (500-1000). Kulit merupakan rute terbaik untuk menginduksi sensitivitas terhadap simple chemicals. Hal tersebut dikarenakan penyerapan oleh kulit lambat atau sifat antigenitas yang dipengaruhi oleh kombinasi antigen dengan lipid kulit yang mirip dengan adjuvant. Peninjeksian simple chemicals didaerah kulit dapat menyebabkan reaksi radang. Contoh zat yang dapat mensintesis produksi antibodi kulit adalah penisilin, sulfonamid, kloramin-T dan phthalic anhidrat. Reaksi immediate menunjukkan bahwa simple chemicals dapat berikatan dengan asam amino secara in vivo yang kemudian berubah menjadi bersifat antigenik. Sensitivitas anaphylatik dapat terjadi karena adanya injeksi simple chemicals secara berulang kali diintrakutaneus yang dipengaruhi oleh kemampuan unuk membuat protein terkonjugasi yang dapat membentuk antibodi. Respon antibodi terjadi jika terdapat pembawa (carrier) protein autologus, homologus, atau heterologus.

13. Apakah adjuvants itu? dan ceritakan seluk beluk tentang zat ini!
Adjuvants adalah substansi yang jika ditambahkan kepada antigen dapat meningkatkan kualitas antigenik. Produksi antibodi ditingkatkan oleh radang didaerah yang diinjeksikan antigen. Injeksi tersebut berupa cairan antigen yang diemulsikan oleh minyak dengan mycobakteria hidup (complete adjuvant) atau tanpa mycobakteria hidup (incomplete adjuvant) yang dapat meningkatkan sensitifitas dan respon imun. Pencampuran antigen dengan mineral oil (sebagai adjuvant) dapat meningkatkan sintesis antibodi.

14. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi antigenitas suatu molekul antigen?
Faktor-faktor yang mempengaruhi antigenitas suatu molekul antigen antara lain adalah ukuran, berat, bentuk, konfigurasi molekul, jumlah titik reaktif dipermukaan, dan derajat solubilitas:
  • Ukuran, semakin besar molekul antigen maka semakin tinggi frekuensi antigenitasnya. Molekul antigen kecil merupakan antigen yang lemah. Antigen dapat menjadi lebih potensial jika diabsorbsi dalam partikel inert besar seperti collodion.
  • Konfigurasi molekul, konfigurasi molekul antigen cocok dengan bagian komplementer dari antibodi.
  • Titik reaktif, sebagian antigen dapat bekerja secara efisien jika bersifat intravenously (masuk pembuluh darah vena) dan sebagian lagi bekerja efisien jika bersifat subcutaneously (dibawah kulit). Absorbsi rendah antigen dapat menyebabkan produksi titer antibodi menjadi tinggi. Oleh karena itu rute intradermal lebih efektif pada banyak antigen.
  • Dosis antigen dan sifat fisiknya, antigenitas meningkat jika antigen dikombinasikan dengan garam alumunium atau alumunium hidroksida. Campuran antara antigen dengan molekul lain lebih efektif dibandingkan antigen yang bekerja sendiri Contohnya adalah vaksin influenza water-in-oil¬ dapat memproduksi titer antibodi yang lebih tinggi daripada vaksin dalam suspensi cair.

15. Apakah yang dimaksud dengan biologically related antigen?
Antibodi yang distimulasi oleh biologically related antigen akan menyebabkan reaksi silang. Contohnya terjadi antara horse serum dengan horse dander dan reaksi silang antara antigen botanikal seperti kol dan cauliflower. Contoh lainnya adalah horse serum dapat bereaksi pada guinea pig, tetapi tidak bereaksi terhadap kuda itu sendiri. Serum albumin dan globulin dapat bereaksi silang secara signifikan.

16. Apa yang dimaksud dengan species-spesific antigen dan organ-spesific antigen?
Species-spesific antigen berarti setiap spesies mempunyai kesensitifan tersendiri terhadap antigen. Contohnya adalah hewan yang sensitif terhadap horse serum, tidak sensitif terhadap serum dari spesies lain. Hal tersebut dikarenakan komposisi kimia dari horse serum berbeda dengan serum dari anjing dan lain-lain. Oleh karena itu pasien yang alergi terhadap produk biologi seperti insulin dapat mengambil insulin dari spesies berbeda. Dilain pihak, terdapat kesamaan antara struktur protein dari organ yang diambil dari spesies berbeda yang secara antigenikal sama. Contohnya adalah protein lensa pada kelinci sama pada spesies lain. Hal tersebut dinamakan organ-spesific antigen. Terdapat 30% reaksi silang antara manusia dengan bovine gamma globulin dan antisera terhadap manusia dengan bovine globulin.

17. Apakah yang dimaksud dengan heterophile antigen?
Heterophile antigen adalah antigen yang tidak spesies-spesific. Contohnya adalah antigen alfa dan beta protein lensa kristalin yang sangat spesifik tiap spesies. Contoh lainnya adalah antigen organ dan jaringan dan Forssman. Terdapat 3 heterophile antigen yaitu Forssman, infeksi mononukleosis, dan serum disease antigen. Forssman dapat diisolasi dari eritrosit kambing sedangkan infeksi mononukleosis dan serum disease antigen dapat ditemukan pada sel ox (sejenis banteng).

18. Apakah yang dimaksud dengan cross reactivity atau reaksi silang dalam imunologi?
Area reaktif pada permukaan molekul antigen bersifat identik secara spasial maupun secara elektrikal dengan molekul antigen lainnya. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang diproduksi terhadap antigen pertama bereaksi dengan antigen kedua atau melakukan reaksi silang. Contohnya adalah ovalbumin bebek bereaksi silang dengan ovalbumin ayam dan cauliflower bereaksi silang dengan kol.

19. Ceritakan tentang nasib (fate) suatu antigen dalam tubuh!
Antigen dapat dilabeli dengan feritin, yang dapat dikenali dalam jaringan dengan menggunakan mikroskop elektron. Antigen juga dapat dilabeli dengan iodin sehingga kehadirannya dalam jaringan dapat dideteksi oleh dengan autoradiografi. Antigen dapat berada dalam tubuh selama 4 bulan atau tahunan. Kadang-kadang antigen muncul dijaringan dalam keadaan terdegradasi, tetapi tetap mempunyai kespesifitasannya. Nasib dari antigen dapat ditentukan dengan derajat eliminasinya yaitu dengan dideteksi dengan teknik precipitin dan complement-fixation test. Awalnya antigen secara umum didistribusikan ke jaringan-jaringan, kemudian antigen menghilang secara perlahan dan dikatabolisme. Setelah itu terjadi eliminasi antigen dan secara bersamaan muncul antibodi didalam sirkulasi. Eliminasi dihitung dengan cara persatuan antara kompleks antigen-antibodi dan penghilangan komplek antigen-antibodi didalam sirkulasi. Antibodi dapat dideteksi didalam sirkulasi dan dikatabolisme. Metabolisme antigen dan antibodi berhubungan dengan respon imun. Antigen dapat menyebabkan respon anamnestik kemudian disusul dengan produksi antibodi.


Sumber https://www.generasibiologi.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel