Wisata Batu Nisan Kuno, Mengenal Tiga Tipologi Nisan Aceh
Wednesday, May 10, 2017
Museum Aceh sedang menggelar pameran temporer dengan tema "Mengenal Batu Nisan Aceh Sebagai Warisan Budaya Islam Asia Tenggara" oleh Museum Aceh bekerjasama dengan Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumut-Aceh, Selasa 9 Mei 2017. Acara ini dimulai pada tanggal 9-16 Mei 2017 bertempat di Museum Aceh.
Acara seperti merupakan kegiatan yang sangat recomended bagi temen-temen untuk ikut serta. Karena selain menambah wawasan juga bisa jadi spot menarik untuk nambak ngoleksi foto-foto di instagrammu, ehh. Setidaknya itulah kesan saat masuk keruang pameran ini, termasuk saya tidak ketinggalan, hahaha. Tidak masalah, karena ketika kamu mengupload foto dengan latar tempat ini tanpa sengaja kamu juga sedang memperomosi acara ini agar banyak yang datang lagi.
Sesampainya di lokasi saya ditemani bang Muhajir dari Mapesa sekaligus menjadi tour guide. Batu nisan yang dipamerkan disini hanya berbatas pada tiga tipologi saja karena ini juga baru pengenalan kepada masyarakat.
Ada tiga tipologi yang ditampilkan pada acara ini, yaitu tipologi batu nisan Samudra Pasai, Lamuri dan Aceh Darussalam. Artinya batu nisan yang dihadirkan disini dibagi kepada tiga model, yaitu model batu nisan yang ditemukan pada masa kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Lamuri dan kerajaan Aceh Darussalam dan sebenarnya masih banyak lagi topilogi namun cuma tiga jenis yang ditampilkan disini. Setiap tipologi memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri dilihat dari bentuk maupun bahan pembuatannya.
Dari jenis bahan yang digunakan juga beragam. Ada yang dibuat dari batu pasir atau batu gunung yang diidentikkan dengan batu nisan masa kerajaan Aceh Darussalam, batu sungai (bate krueng) yang diidentikkan dengan masa kerajaan Samudra Pasai dan batu karang yang identik dengan kerajaan Lamuri. Walaupun ada juga dari bahan perungu dan bahan lainnya.
Untuk mengetahui siapa pemilik batu nisan ini dapat dibaca dari tulisan yang tertera pada batu nisan. Tulisan tersebut hadir dalam bahasa Arab maupun Melayu. Dalam proses membaca pun butuh ilmu tersendiri terlebih huruf-huruf Arab ini juga tanpa dibubuhi titik sebagai tanda baca. Ada batu nisan yang memang tidak tertulis nama maupun tulisan yang sudah tidak utuh lagi, sehingga pada keterangan teman-teman akan melihat tulisan Anonim sebagai pengganti nama pada nisan yang tidak dikenali.
Batu nisan dengan tipologi Aceh Darussalam dengan model silindris serta tanpa nama (anonim). |
Karakteristik secara umumnya, nama dari pemilik nisan tertulis pada nisan sebelah kaki, sedangkan pada nisan kepala tertulis kalimat tauhid maupun ayat Quran seperti ayat kursi. Perbedaan juga terlihat dimana untuk makam seorang raja atau memiliki kaki atau badan kuburan (seperti peti mati) yang juga diukir dengan ayat-ayat Al-Quran dan ukiran-ukiran pedang dan juga yang seperti cermin serta lebih besar dan tinggi.
Batu dengan tulisan kalimat tauhid dan ayat Quran menandakan ini bagian atas/kepala |
Salah satu batu nisan yang menarik bagi saya pada tipologi Samudra Pasai adalah makamnya Sultan Malik Az-Zhir Muhammad bin Malik As-Shalih dimana pada batu nisannya tertulis surat At-Taubah dan dikabarkan beliau syahid dalam peperangan. Selain itu juga ada nisan Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar, ia memiliki gelar Ra-Ubabdar yang merupakan berasal dari bahasa Persia dengan makna Sang Penakluk Gelombang yaitu seorang yang ahli dalam pelayaran. Keunikannya juga terlihat dari tampilan kaligrafi yang berada pada nisan berbentuk gelombang-gelombang.
Pada tipologi Kerajaan Lamuri memiliki karakteristik tersendiri dimana batu nisannya dihiasi dengan floris dan berbentuk pagoda serta kerucut.
Contoh tipologi Lamuri |
Pada batu nisan tipologi Aceh Darussalam ada bebentuk silindris memanjang dan ada juga lempengan panjang. Batu yang digunakan seperti foto dibawah adalah batu gunung, kekurangannya sangat mudah terkikis apabila terkena dengan air yang menyebabkan kurangnya informasi yang bisa didapatkan.
Dari segi bentuk kita dapat mengidentifikasi kelamin dari pemiliki makam tersebut. Makam yang memanjang cenderung pada jenis laki-laki dan nisan dengan tanduk serta ukiran bunga (rosette) cenderung pada jenis perempuan. Walaupun tidak semuanya, setidaknya keseluruhan mayoritas terindetifikasi seperti itu.
Dari segi anatomipun terdiri dari kepala, badan, pinggang dan kaki. Kaki adalah badan dari kuburan tersebut dan hanya orang-orang tertentu yang dapat memilikinya seperti seorang raja atau sultan. Badan kuburan juga baru ada pada masa Kerajaan Aceh Darussalam.
Untuk mengenali tanggalnya, pada batu nisan tertulis dalam bentuk bahasa arab dan Melayu maupun angka arab. Belum digunakan penulisan seperti nomor alfabetik dikarenakan pada masa itu belum dikenal oleh masyarakat Aceh. Dari bahan-bahannya sendiri banyak dari Aceh, artinya pembuatan batu nisan ini bukan barang impor.
Akhirnya semoga tulisan ini memberikan wawasan baru bagi pembaca setia blog saya. Dan jangan lupa juga untuk hadir ke acara pameran ini supaya langsung dapat dilihat dengan mata sendiri. Pastinya, cintai Aceh cintai sejarah Aceh.