Menjawab Kesalahan Al-Quran Pada Surat Al-Baqarah Ayat 2


Para musuh-musuh islam sangat gencar untuk mencari-cari kesalahan dalam agama Islam untuk menghancurkan agama ini. Banyak hal yang dilakukan untuk memuluskan agenda mereka dengan nafsu besarnya itu.

Abdul Fadi contohnya, adalah seorang liberalisyang akhirnya murtad dan menulis sebuah buku yang menyudutkan Islam dengan judul "20 kesalahan dalam Al-Quran". Bagi Muslim yang awam tentu akan mudah mempercayai dan terpengaruh dari tulisan-tulisan jahatnya. Banyak orang yang kemudian ter-brainwash akibat mempercayai secara mentah-mentah.

Itulah sebabnya kenapa kita harus mendalami ilmu-ilmu agama khususnya Al-Quran. Sebab Al-Quran sendiri merupakan sentral objek pembahasan dan diyakini 100% otentik serta 0 kontradiksi bebas dari kesalahan dan memang benar seperti itu. sekurang-kurangnya apabila menemukan kejanggalan dari Al-Quran maka mari merujuk kepada Tafsir untuk menjawab segala bimbang yang muncul.

Dan pada kali ini kita akan membahas mengenai salah satu "kesalahan" yang ada didalam Al-Quran. Tepatnya pada surat Al-Baqarah ayat 2. Berbunyi:

ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَ‌ۛ فِيهِ‌ۛ هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِينَ
Artinya: Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa
Jika kita perhatikan maka ada perbedaan yang kemudian dipahami sebagai kesalahan dalam Al-Baqarah ayat 2 ini dari segi penerjemahannya.

Dalam bahasa Arab kata "dzalika" adalah bentuk Isim Isyarah (kata petunjuk) yang memiliki arti "itu" (petunjuk jauh), dan "hadza" adalah petunjuk dekat artinya "ini".

Namun kenapa dalah Al-Baqarah ayat 2 kata "dzalika (itu)" diterjemahkan dengan "ini"?.
Artinya: Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa
Sejak kapan kata dzalika/itu diterjemahkan menjadi ini?. Jika seperti itu mestinya terjemahan seharusnyanya
"Kitab (Al-Quran) ITU tiada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa"
Jawabannya adalah, secara Balaghah penggunaan kata petunjuk jauh (ذَلِكَ) untuk menunjukkan benda yang dekat (ini) berfungsi untuk mengisyaratkan tentang ketinggian statusnya. Bahwa Al-Quran itu mulia dan tinggi statusnya, maka disebutlah dengan kata itu namun diterjemahkan dengan kata ini.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, As-Suddi, Muqatil bin Hayyan, Zaid bin Aslam, Ibnu Juraij, bahwa dzalika (itu) itu bermakna hadza (ini). Bangsa arab berbeda pendapat mengenai bentuk Ismul Isyarah (kata pentunjuk) tersebut. Mereka sering memakai keduanya secara tumpang tindih dan itu sudah menjadi hal yang lazim dan dimaklumi.

Jadi jelas, itu bukan suatu bentuk kesalahan. Kita harus meninjau kembali baik dari segi ilmu kebahasaan dan juga riwayat yang ada seperti riwayat penjelasan diatas.

Akhirnya keraguan kita terjawab, walhamdulillahi rabbil 'alamin
___________
1. Tafsir Al-Munir, Dr. Wahbah Zuhaily
2. Tafsir Ibn Kathir, Ibnu Katsir
3. Tafsir Jalalayn

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel