2 Versi Kisah Masuknya Sunan Ampel di Pulau Jawa
Sunday, April 16, 2017
Kisah masuknya Sunan Ampel di pulau Jawa – Sunan Ampel (Raden Rahmat) bisa dibilang merupakan guru bagi para sunan (walisongo) di pulau jawa. Akan tetapi, Sunan Ampel bukan orang asli Jawa. Sunan Ampel berasal dari Champa (Vietnam). Lantas apa yang membuat raden rahmat mau datang ke Jawa? Tentang latar belakang sunan Ampel datang ke Jawa ada dua versi cerita, yang pertama karena Sunan Ampel ingin ziarah ke Jawa, dan alasan yang kedua karena dipanggil oleh masyarakat Gresik. Untuk lebih jelasnya, silahkan simak uraian berikut ini.
Versi 1 Kisah Masuknya Sunan Ampel (Sunan Ampel) di Pulau Jawa
Adalah dua orang putra dari Syekh lbrahim Asrnaraqandi yang bernama Raden Raja Pandito dan Raden Rahmat (Sunan Ampel) yang selama ini berada di negeri Campa meminta izin kepada Syekh lbrahim untuk pergi ziarah ke bibi mereka Dewi Martaningrum di Majapahit. Syekh lbrahim pun tidak berkeberatan dan mengizinkan mereka berdua untuk pergi ke Majapahit malah menyuruh salah satu santrinya untuk menemani kedua putranya, untuk membantu mengatasi segala kesulitan mereka.
Mereka bertiga pun pergi mencari sebuah perahu yang berlayar ke Tanah Jawa, mereka terus berjalan sehingga sampai di Kupang, di sanalah mereka menemukan sebuah kapal dagang yang berlayar ke kota Gresik (sebuah kota dekat Surabaya), mereka pun berlayar dengan angin yang lembut selama tujuh hari. Tetapi ketika mereka berada di tengah lautan, tiba-tiba angin bertiup kencang sehingga perahu yang mereka tumpangi oleng dan menabrak batu karang. Perahu yang mereka tumpangi pecah berkeping-keping.
Kejadian tersebut terdengar oleh Raja Kamboja yang langsung memerintahkan untuk menangkap semua penumpang perahu dan mengambil barang yang berada di perahu tersebut. Ia juga memerintahkan untuk membakar perahu dan menahan semua penumpangnya.
Melihat kejadian tersebut mereka bertiga berunding dan bersepakat untuk mengirim kabar kepada Prabu Brawijaya agar sang prabu menyelamatkan mereka dari tangan Raja Kamboja mengingat kerajaan Kamboja pada waktu itu merupakan salah satu kerajaan bawahan Majapahit.
Mereka mengutus seorang penduduk kamboja pergi ke Majapahit untuk menyampaikan kejadian yang menimpa Raden Rahmat dan saudaranya pada Prabu Brawijaya. Ketika utusan tersebut memasuki istana, Sang Prabu langsung menanyakan nama, asal dan tujuan utusan tersebut, lelaki itu segera menjawab
Ampunkan hamba Baginda, sesungguhnya hamba adalah penduduk Kamboja, hamba adalah utusan dari dua orang keponakan baginda, mereka adalah dua orang putra Dewi Candrawulan saudara kandung Dewi Martaningrum permaisuri Baginda, yaitu Raden Raja Pandita dan Raden Rahmat. Mereka bermaksud datang ke sini dengan naik sebuah perahu, tetapi ketika sampai di perairan Kamboja, perahu meraka dihantam badai sehingga terdampar di pesisir Kamboja, semua penumpang ditawan oleh Raja Kamboia, semua harta benda dirampas. Mereka sangat berharap agar baginda menyelamatkan mereka" ujar utusan tersebut paniang lebar.
Setelah mendengar laporan tersebut. Prabu Brawiiaya memanggil Senopati Arya Banga dan menceritakan kejadian yang menimpa keponakan mereka, beliau memerintahkan untuk menyelamatkan mereka dari tangan Raia Kamboja.
Arya Banga pun pergi dengan ditemani sepuluh orang punggawa pilihan. Ketika Arya Banga dan para punggawa lainnya sampai di kerajaan Kamboia, Raja Kamboia bertanya kepada meraka. Arya Banga pun menjawab “Nama hamba Arya Banga, hamba datang ke sini diutus Prabu Brawijaya untuk meminta pada tuan Raja agar membebaskan dua orang bersaudara dan pembantunya yang tuan tahan, serta mempersilahkan mereka pergi ke Maiapanit bersama kami, karena mereka adalah putra Dewi Candrawulan saudara Dewi Martaningrum permaisuri Prabu Brawijaya". ujar Arya Banga menjelaskan.
Konon, ketika Raja Kamboja mendengar semua perkataan Arya Banga beliau langsung memanggil Raden Rahmat dan saudaranya, sikapnya yang semula tidak sopan sekarang berubah menjadi baik, dia memperkenalkan utusan prabu Majapahit pada mereka.
"Anak muda, mereka adalah utusan Prabu Brawijaya, mereka datang ke sini untuk mengajak kalian pergi ke Majapahit maka dari itu, pergilah kalian bersama mereka".
Ketika sampai di Majapahit Arya Banga langsung mempersilahkan dua orang bersaudara dan pembantunya tersebut masuk ke lstana. Sesampainya di lstana sang Prabu bertanya tentang kejadian yang mereka alami. Raden Rahmat pun menceritakan kejadian tersebut awal sampai akhir. Selama di Majapahit Prabu Brawijaya memperlakukan mereka dengan sangat baik dan meminta mereka menetap di Majapahit. Ada yang mengatakan Kejadian tersebut terjadi pada akhir kurun ke enam, awal kurun tujuh dari tahun Hijriyah.
Versi 2 Kisah Masuknya Sunan Ampel (Sunan Ampel) di Pulau Jawa
Alkisah, setelah Syekh Maulana Malik lbrahim wafat, maka para wali merasa kebingungan untuk mencari pengganti. Oleh karenanya atas usul Syekh Maulana lrsyad Raden, Raden Rahmat (Sunan Ampel) di datangkan dari Negeri Campa ke Pulau Jawa.
Karena Raden Rahmat mempunyai bibi yang dipermaisurikan Raja Majapahit, maka kepergiannya adalah untuk datang ke majapahit. Dan dengan senang hati pula, Prabu Brawijaya menerima kedatangan Raden Rahmat di sana. Prabu Brawijaya sangat menyukai Raden Rahmat seperti anak kandungnya sendiri, apapun yang dipinta pasti akan terpenuhi. Tetapi rneski segala. kebutuhan mereka dipenuhi, dalam hati mereka berdua muncul rasa sedih dan sangat prihatin melihat keadaan dan situasi di Majapahit. karena pada saat itu tidak ada satu pun dari penduduk majapahit memeluk Islam.
Konon setiap kali Raden Rahmat (Sunan Ampel) melakukan sholat selalu menjadi tontonan dan bahan tertawaan bagi orang yang melihat. Selama tinggal di Majapahit itu pula Raden Rahmat selalu mengaiak Prabu Brawilaya nemeluk agama Islam, nanun sang raja enggan menerima lslam sebagai agama, karena sang raja ingin menjadi raja yang beragama buddha terakhir di Tanah Jawa. Meski demikian sang Prabu tidak menghalangi perkembangan lslam di Majapahit.
Dari cerita di atas bisa diambil i'tibar dan petuniuk bahwa seorang mukmin tidak boleh merasa malu dalam melaksanakan semua perintah Allah dan tidak boleh memperdulikan hinaan dan cemoohan orang yang tidak senang padanya.
Setelah sekian lama tinggal di Majapahit, Raden Rahmat merasa tidak kerasan, beliau ingin kembali ke Campa, tetapi di cegah oleh Prabu Brawijaya. Sebagai gantinya Prabu Brawijaya menghadiahkan sebuah tanah di desa Ampel Denta untuk Raden Rahmat (Sunan Ampel) gunakan sebagai tempat penyebaran dan penyampaian pendidikan agama Islam.
Sumber https://www.muttaqin.id/