Profil Tokoh-Tokoh Silat dari Minangkabau
Saturday, February 25, 2017
Silat Minangkabau (bahasa Minangkabau: silek Minangkabau) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar. Berikut ini beberapa Tokoh silat Minangkabau yang dikenal...
Edward Lebe
Edward Lebe adalah seorang tokoh pencak silat dan guru besar (grand master) silat Indonesia. Dengan basis silat harimau Minangkabau, ia mendirikan perguruan silat Harimau Pasaman Baringin Sakti. Ia juga pernah aktif sebagai pengurus pada PB IPSI.
Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam
Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam, yang akrab dipanggil Datuk Edwel (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 Juli 1963; umur 53 tahun) adalah seorang koreografer gerak silat, pelestari dan ahli Silat Harimau Minangkabau.
Datuk Edwel mewarisi ilmu silat harimau dari kakek buyutnya, Inyiak Angguik, yang dikenal memiliki ilmu telepati turun-temurun dengan harimau Sumatera di hutan dekat kampung halamannya, Balingka, Agam, Sumatera Barat pada masa kolonial. Inyiak Angguik memelihara 8 ekor harimau yang semuanya hidup liar di hutan Pasaman sebelah kampung mereka. Dengan para harimau itulah Inyiak Angguik melatih jurus-jurus silat di kolong rumah panggungnya dengan bergelut dan bercanda. Jurus-jurus silat ini akhirnya berkembang alami meniru gerak Harimau Sumatera, bergelut satu sama lain dan kini dikenal sebagai Silat Harimau.
Saat ini Datuk Edwel merupakan guru besar di Perguruan Silat Harimau Minangkabau yang telah banyak memberikan pelatihan silat pada berbagai pihak, diantaranya Perguruan Satria Muda Indonesia, Batalion Resimen Komando Kostrad 328 (Serpong), Resimen Mahasiswa Universitas Indonesia (Depok) dan melatih anggota satuan keamanan stasiun televisi RCTI.
Edwel Yusri adalah seorang sarjana hukum lulusan Universitas Muhammadiyah, Jakarta, namun kecintaannya pada warisan budaya bangsa yaitu silek (silat) Harimau Minangkabau yang terancam kepunahan, ia justru menggeluti secara total dunia silat tersebut. Ia sangat aktif memberikan pelatihan silat tersebut di berbagai tempat di Jakarta, terutama di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Untuk mendukung aktivitasnya itu, Edwel mendirikan Yayasan Paguyuban Ikhlas. Melalui yayasan tersebut, Edwel bersama koleganya, Sekjen Persilat (Persekutuan Silat Antarbangsa), Hariadi Anwar juga telah menerbitkan buku tentang silat Harimau Minangkabau dalam bahasa Inggris.
Pengalamannya yang banyak dalam pelatihan silat telah membawanya ke berbagai negara di dunia, seperti ke Belanda, dan pada tahun 2004, ia dan anak didiknya pernah tampil di International Martial Arts Festival di Paris, Perancis.
Edwel Yusri juga merupakan koreografer gerak silat dalam film Merantau yang dibintangi oleh Iko Uwais dan Christine Hakim pada tahun 2009.
Emral Djamal Datuk Rajo Mudo
Emral Djamal Datuk Rajo Mudo (lahir di Nagari Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 22 Maret 1944; umur 72 tahun) adalah seorang budayawan, penggali dan penggerak silat tradisional Minangkabau, sekaligus penghulu dari Suku Tanjung di Nagari Bayang. Ia sering menjadi narasumber dan pemakalah pada berbagai forum diskusi tentang budaya alam Minangkabau, baik di dalam atau di luar daerah Sumatera Barat. Tulisan-tulisannya banyak dimuat dalam beberapa harian yang terbit di Padang.
Ia banyak menulis tentang silek, adat, dan sejarah Minangkabau yang digali dari warisan tradisi di Minangkabau yang berupa pidato-pidato adat, gelar-gelar adat, pitutur, wawancara dengan para pemuka adat dan tuo silek, pepatah petitih, dan naskah-naskah kuno. Ia menjadi salah seorang penggerak kegiatan Galanggang Siliah Baganti (GSB), suatu acara festival silat tradisional Minangkabau sebagai bentuk nyata dari upaya mempertahankan tradisi silek di Minangkabau dari kepunahan.
Sejak tahun 1989, ia mulai menelusuri, meneliti, dan menulis sejarah Kesultanan Inderapura atas permintaan Sutan Boerhanoeddin Sultan Firmansyah Alamsyah, ahli waris Kerajaan Kesultanan Inderapura agar tidak tenggelam begitu saja karena lokasi Inderapura saat sekarang terpencil dan jauh dari pusat kota. Sulit membayangkan saat sekarang bahwa Kerajaan Inderapura pada masa lalu adalah daerah yang besar dan ramai dikunjungi oleh berbagai bangsa di seluruh dunia. Penelitian tersebut kemudian dimuat di Harian Singgalang dalam bentuk tulisan bersambung dan naskah ranji raja-raja di Kesultanan Inderapura yang dimiliki oleh Soetan Boerhanoeddin dipublikasikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara VIII di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 26–28 Juli 2004.
Erizal Chaniago
Erizal Chaniago adalah seorang tokoh olahraga Indonesia. Ia menjabat sebagai Sekretaris Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). (Sumber: Wikipedia) Sumber https://aturanpermainan.blogspot.com/
Edward Lebe
Edward Lebe |
Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam
Datuk Edwel |
Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam, yang akrab dipanggil Datuk Edwel (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 Juli 1963; umur 53 tahun) adalah seorang koreografer gerak silat, pelestari dan ahli Silat Harimau Minangkabau.
Datuk Edwel mewarisi ilmu silat harimau dari kakek buyutnya, Inyiak Angguik, yang dikenal memiliki ilmu telepati turun-temurun dengan harimau Sumatera di hutan dekat kampung halamannya, Balingka, Agam, Sumatera Barat pada masa kolonial. Inyiak Angguik memelihara 8 ekor harimau yang semuanya hidup liar di hutan Pasaman sebelah kampung mereka. Dengan para harimau itulah Inyiak Angguik melatih jurus-jurus silat di kolong rumah panggungnya dengan bergelut dan bercanda. Jurus-jurus silat ini akhirnya berkembang alami meniru gerak Harimau Sumatera, bergelut satu sama lain dan kini dikenal sebagai Silat Harimau.
Saat ini Datuk Edwel merupakan guru besar di Perguruan Silat Harimau Minangkabau yang telah banyak memberikan pelatihan silat pada berbagai pihak, diantaranya Perguruan Satria Muda Indonesia, Batalion Resimen Komando Kostrad 328 (Serpong), Resimen Mahasiswa Universitas Indonesia (Depok) dan melatih anggota satuan keamanan stasiun televisi RCTI.
Edwel Yusri adalah seorang sarjana hukum lulusan Universitas Muhammadiyah, Jakarta, namun kecintaannya pada warisan budaya bangsa yaitu silek (silat) Harimau Minangkabau yang terancam kepunahan, ia justru menggeluti secara total dunia silat tersebut. Ia sangat aktif memberikan pelatihan silat tersebut di berbagai tempat di Jakarta, terutama di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Untuk mendukung aktivitasnya itu, Edwel mendirikan Yayasan Paguyuban Ikhlas. Melalui yayasan tersebut, Edwel bersama koleganya, Sekjen Persilat (Persekutuan Silat Antarbangsa), Hariadi Anwar juga telah menerbitkan buku tentang silat Harimau Minangkabau dalam bahasa Inggris.
Pengalamannya yang banyak dalam pelatihan silat telah membawanya ke berbagai negara di dunia, seperti ke Belanda, dan pada tahun 2004, ia dan anak didiknya pernah tampil di International Martial Arts Festival di Paris, Perancis.
Edwel Yusri juga merupakan koreografer gerak silat dalam film Merantau yang dibintangi oleh Iko Uwais dan Christine Hakim pada tahun 2009.
Emral Djamal Datuk Rajo Mudo
Emral Djamal Datuk Rajo Mudo |
Emral Djamal Datuk Rajo Mudo (lahir di Nagari Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 22 Maret 1944; umur 72 tahun) adalah seorang budayawan, penggali dan penggerak silat tradisional Minangkabau, sekaligus penghulu dari Suku Tanjung di Nagari Bayang. Ia sering menjadi narasumber dan pemakalah pada berbagai forum diskusi tentang budaya alam Minangkabau, baik di dalam atau di luar daerah Sumatera Barat. Tulisan-tulisannya banyak dimuat dalam beberapa harian yang terbit di Padang.
Ia banyak menulis tentang silek, adat, dan sejarah Minangkabau yang digali dari warisan tradisi di Minangkabau yang berupa pidato-pidato adat, gelar-gelar adat, pitutur, wawancara dengan para pemuka adat dan tuo silek, pepatah petitih, dan naskah-naskah kuno. Ia menjadi salah seorang penggerak kegiatan Galanggang Siliah Baganti (GSB), suatu acara festival silat tradisional Minangkabau sebagai bentuk nyata dari upaya mempertahankan tradisi silek di Minangkabau dari kepunahan.
Sejak tahun 1989, ia mulai menelusuri, meneliti, dan menulis sejarah Kesultanan Inderapura atas permintaan Sutan Boerhanoeddin Sultan Firmansyah Alamsyah, ahli waris Kerajaan Kesultanan Inderapura agar tidak tenggelam begitu saja karena lokasi Inderapura saat sekarang terpencil dan jauh dari pusat kota. Sulit membayangkan saat sekarang bahwa Kerajaan Inderapura pada masa lalu adalah daerah yang besar dan ramai dikunjungi oleh berbagai bangsa di seluruh dunia. Penelitian tersebut kemudian dimuat di Harian Singgalang dalam bentuk tulisan bersambung dan naskah ranji raja-raja di Kesultanan Inderapura yang dimiliki oleh Soetan Boerhanoeddin dipublikasikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara VIII di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 26–28 Juli 2004.
Erizal Chaniago
Erizal Chaniago |