Apakah Benar Ahok Menghina Al-Quran dan Video Tersebut Hasil Editan haters?


Setelah sekian lama saya vakum dari tulis menulis dari blog ini khususnya membahas masalah politik, kali ini saya mencoba kembali berbagi opini kepada publik. Sebenarnya saya bukan orang yang ahli dalam bidang politik. Namun kali ini bukan politiknya yang saya singgung, tapi sesuatu yang menjadi latar belakang diri saya yang harus saya pertahankan.

Berita heboh akhir-akhir ini yang sedang beredar di media sosial lagi-lagi memperkeruh suasana satu Republik Indonesia. Beredar video gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok didepan warga Kepulauan Seribu Selasa, 27 September 2016 yang mengandung unsur penghinaan kepada Al-Quran.

Dalam video resmi Pemprov DKI yang beredar luas di Youtube pada menit 24.20 dapat dilihat pada video berikut (sebelum dihapus), Ahok mengatakan:

Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak pilih saya (Ahok), ya kan! Dibohongin pake surat Al Maidah ayat 51 macem-macem gitu..
 Kemudian pada menit 24.30 Ahok menyambung lagi dengan perkataan:
Jadi bapak ibu perasaan,.. gabisa milih nih karena takut masuk neraka. Dibodohin gitu yaa.. gapapa..
 Setelah video ini tersebar, ramai yang mengecam dan beraksi mulai dari AA Gym, Ust. Arifin Ilham, Ormas Islam hingga netizen. Adapula yang membuat petisi dihalaman change.org yang sudah ditanda tangani sampai 65.068 pendukung dan Perlu 9.932 untuk mencapai 75.000. Jika anda ingin bergabung silahkan klik disini. Bahkan MUI Sumsel melaporkannya kepada polisi sebagaimana yang dilansir okezone.com.

Namun salah satu hal yang paling menjijikkan adalah, dimana media-media mainstream pada kompak membela Ahok dengan postingan berita yang mengiring opini publik untuk meyakini bahwa Ahok memang tidak menghina Al-Quran.

Dalam pandangan saya sendiri Ahok sepertinya merasa risih terhadap instrumen Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51 tersebut yang akan menglenserkan jabatannya dari gubernur DKI, ini hanya pandangan saya. Sebelumnya Ahok menjabat sebagai gubernur yang sebelumnya sebagai wakil gubernur bersama Jokowi yang kini menjadi presiden RI.

Tapi sepertinya itu tidak menggambarkan idealistis Ahok sendiri. Dalam sebuah video rapat internal Pemda Ahok sempat memaparkan prinsipnya yang sangat idealistis. Cuplikan video tersebut diupload oleh IndoChanelz pada menit ke 03.00 yang dapat anda tonton disini;
Anda ngerjain sayapun, merusak nama saya didepan rakyatpun. Kekuasaan itu punya Tuhan! aku ingatin berkali-kali ini bukan tausyiah ni. Kekuasaan punya Tuhan! Kalau saya ditentukan main kekuasaan mau kasi kesaya loe mau jungkir balik tetep gua jadi gubernur elu. Santhai aja..kalian gausa ini, gausa khawatir.
Setidaknya jika pak Ahok memiliki prinsip keyakinan sekuat yang ia utarakan tersebut seharusnya ia tidak risih terhadap instrumen-instrumen ayat Al-Quran tersebut. Menyinggung-nyinggung doktrin Al-Maidah ayat 51 menunjukkan bahwa beliau sebenarnya merasa risih namun menutupnya dengan ultimatum dalam video diatas -opini saya.

Ada dua berita yang tersebar dimedia sosial sekarang yang akhirnya termotivasi saya menulis postingan ini. Pertama, berita yang menyatakan bahwa sebenarnya Ahok tidak menghina Quran. Kedua,  Sebenarnya video tersebut sudah diedit. Melihat kedua berita tersebut saya sendiri memandang ada hal yang saling bertentangan dan tidak seimbang. Seharusnya anda harus memilih, yang benarnya apakah video itu diedit atau kesalahan interpretasi ucapan Ahok?

Pada berita utama yang diposting viva, bbc bahkan situs Islam abal-abal Islamnkri.com menjelaskan bahwa ada kesalahan interpretasi dari ucapan Ahok tersebut. Dari situs myahok.com saya mengutip "Bila di telaah lebih lanjut dari pernyataan AHOK tersebut, sesungguhnya AHOK bukan bermaksud menghina ayat Al-Qur’an namun AHOK lebih fokus kepada oknum yang menyalahgunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk kepentingan politik semata. Para oknum yang ditengarai oleh AHOK tersebut memiliki itikad tidak baik  sebab mengkait-kaitkan kepercayaan dan keyakinan pada agama tertentu terhadap kebebasan berpolitik bagi semua warga tanpa memandang apapun agama yang dipeluknya."

Oke yang saya fahami bahwa sebenarnya ahok tidak menghina Al-Quran tetapi ahok menyinggung oknum-oknum yang memanfaatkan Al-Maidah ayat 51 untuk membodohi orang lain dengan pemahaman ayat tersebut. Oknum-oknum apa yang dimaksud ahok? kopetitor politiknya? setahu saya Anie dan Agus tidak mengkampanyekan ayat tersebut. Atau Ulama, Kyai, Ustadz atau bahkan para penafsir Al-Quran sekelas Ibnu Kathir, Ibn Jarir ataupun Hamka yang menafsirkan ayat tersebut secara gamblang dan jelas untuk difahami.

Ada sekitaran 17 ayat dalam Al-Quran dan semua ulama, khususnya ulama tafsir sepakat untuk tidak memilih dan menjadikan kafir sebagai pemimpin dan teman setia. Lalu siapakah yang dimaksud oknum-oknum yang telah membodohi umat dengan surat Al-Maidah ayat 51 oleh Ahok?

Jika seperti itu menurut pandangan saya bahwa Ahok telah menghina ustadz, kyai, ulama bahkan mufassir Al-Quran sebagai orang-orang yang telah membodohi ummat dengan doktrin ayat-ayat tersebut. Saya sendiri sebagai mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir tidak berani untuk memberikan pandangan lebih terhadap ayat-ayat tersebut melainkan mengikuti dari apa yang telah ditafsirkan oleh para mufassirin dan apa yang telah ditetapkan oleh para ulama. Bahwa ulama sepakat untuk tidak memilih pemimpin non-muslim sebagai mana disebutkan Qadhi Iyadh;
Para ulama sepakat bahwa kepemimpinan tidak boleh diserahkan kepada oranng kafir. Termasuk ketika ada pemimpin muslim yang melakukan kekufuran, maka dia harus dilengserkan. (Syarah Sahih Muslim, an-Nawawi, 6/315).
Ibnul Mundzir mengatakan,
Para ulama yang dikenal telah sepakat bahwa orang kafir tidak ada peluang untuk menjadi pemimpin bagi kaum muslimin apapun keadaannya. (Ahkam Ahlu Dzimmah, 2/787)
Al-Hafidz Ibnu Hajar bahkan memberikan keterangan lebih sangar,
Sesungguhnya pemimpin dilengserkan karena kekufuran yang meraka lakukan, dengan sepakat ulama. wajib kaum muslimin untuk melengserkannya. Siapa yang mampu melakukan itu, maka dia mendapat pahala. Dan siapa yang basa-basi dengan mereka, maka dia mendapat dosa. Dan siapa yang tidak mampu, wajib baginya untuk hijrah dari daerah itu. (Fathul Bari, 13/123)
Dengan pernyataan diatas saya memandang oknum-oknum yang disebutkan Ahok itu seperti ulama sekelas Al-Qadhi Iyadh, Ibnul Mundzir dan Al-Hafidz Ibn Hajar. Mungkinkah ahok menghina ulama?

Kedua, berita terbaru juga tersebar. Kali ini malah mengatakan bahwa sebenarnya video tersebar itu telah diedit. Menjijikkan lagi itu berita diposting oleh media mainstream. Seperti yang saya kutip dari viva.com.

Seseorang memotong klip perkataannya dari video dokumentasi pertemuan yang diunggah Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan DKI ke saluran YouTube resmi Pemprov DKI. Pemotongan dilakukan tepat saat Ahok, sapaan akrab Basuki, menghubungkan konteks ayat 51 surat Al Maidah dengan kecemasan warga terhadap keberlangsungan program pemberdayaan pembudidaya Kerapu yang sedang dia tinjau.

Kali ini saya tidak ingin mengulas lebih. Anda dapat melihat langsung video yang diupload oleh channel resmi Pemprov DKI & Ahok Djarot - Pilgub DKI 2017 di link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=N2Bn5JKTGkI dimulai dari menit ke 24. Dan jelas disana Ahok menyebutkan.

SARA sendiri sering terjadi menjelang pemilihan. Namun walau bagaimanapun itu seorang muslim sejati harus bertakwa, yakni turut dan patuh atas perintah dan larangan Allah. Postingan ini-pun muncul sebagai bentuk kepedulian dan cinta kepada Islam.

Bagaimana anda mengaku Islam yang darahnya mengalir nama Islam namun tidak resah saat Islam dipermainkan. Saya tertarik pada sebuah kutipan yang ducapkan oleh Buya Hamka.
Dan apabila Ghirah (rasa cemburu, cinta dan mempertahankan islam ketika dihina) telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan hantarkan ke kuburan. (Buya Hamka)

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel