Kejanggalan Aksi Teroris Medan, Mulai dari Motif, KTP, dan Bendera Abal-Abal
Tuesday, August 30, 2016
Di Indonesia kita mungkin sudah sangat sering dengar berita-berita aksi teroris dengan berbagai motif, strategi, alat bukti dan pelakunya. Dari sekian banyak aksi-aksi terorisme yang diekpos di media-media hampir secara keseluruhannya memakai latar belakang Islam dan nama Jihad. Jadi seolah-olah mayoritas aksi-aksi teror di dunia dan Indonesia khususnya dilakukan oleh umat Islam. Maka muncullan selogan yang buat oleh orang-orang penggiat Islamophobia bahwa "tidak semua Muslim adalah teroris, tapi (hampir) semua teroris adalah Muslim."
Namun secara faktual, berdasarkan info yang saya dapat dari globalresearch.ca. Menurut catatan resmi FBI, hanya 6% dari serangan teroris di wilayah AS 1980-2005 dilakukan oleh ekstremis Islam. Sisanya 94% berasal dari kelompok lain (42% dari Latin, 24% dari kelompok sayap kiri ekstrem, 7% dari ekstrimis Yahudi, 5% dari komunis, dan 16% dari semua kelompok lain).
Terrorism Is a Real Threat … But the Threat to the U.S. from Muslim Terrorists Has Been Exaggerated [http://www.globalresearch.ca/] |
Di Eropa sendiri menurut europol.europa.eu bahkan, 99,5% dari serangan teroris di Eropa dilakukan oleh kelompok-kelompok non-Muslim; 84,4% dari serangan berasal dari kelompok separatis yang sekali tidak berhubungan dengan Islam. Kelompok kiri menyumbang lebih dari 10% serangan. Hanya 0,5% dari serangan teroris 2006-2013 dapat dikaitkan dengan Muslim.
Jika dulu aksi teroris selalu dikait-kaitkan dengan jaringan Al-Qaeda dan Taliban. Maka sekarang ini aksi teroris selalu dikaitkan dengan jaringan ISIS, bahkan nama Al-Qaeda sudah luput dan tidak lagi terdengar.
Faktanya lagi ISIS yang dikait-kaitkan dengan Islam itu sendiri memiliki banyak clue yang membuktikan secara objektif bahwa kelompok ini adalah kelompok yang diciptakan untuk agenda tertentu.
Saya sendiri sudah begitu muak dengan skenario-skenario aksi teroris yang jika ditelisik memiliki banyak kejanggalan-kejanggalan. Bahkan "aksi teroris" yang dilakukan pada 15 tahun yang lalu itu juga masih menyimpan banyak misteri dan kejanggalan. Diperparah lagi dengan skenario-skenario jelek aksi teroris sekarang ini.
Hari minggu kemarin tepatnya tanggal 28 agustus 2016 lagi-lagi terdengar lagi skenario aksi teroris. Pelakunya bernama Ivan dan menyerang pastor Albert Pandiangan dengan menggunakan pisau dapur yang sebelumnya menyalakan benda mirip petasan atau bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan dr Mansyur kota Medan.
Oke, berikut beberapa kejanggalan dari aksi teroris di Medan ini:
1. Skenario Bodoh
Kronologis seperti yang tertulis di rmol.co. Di tengah misa pagi sekitar pukul 08.30 WIB, Ivan yang membawa ransel di punggungnya berdiri dari kursi jamaah. Tiba-tiba dari ransel itu keluar percikan api dan asap. Percikan api itu sempat membakar Ivan (what the stupid guy!, ini pertanda bahwa Ivan merupakan pelaku amatiran). Melihat itu, jamaah panik. Mereka kalang kabut, berhamburan. Di tengah kepanikan, Ivan berjalan ke arah mimbar menghampiri Albert. Tangannya menghunus pisau dapur.
Disebutkan juga bahwa sebelumnya ia diberikan Black Powder yang menjadi material utama yang nantinya dicampur korek api sebagai bahan peledak.
Pertanyaanya, jika ia membuat alat peledak. Kenapa dia menghidupkan alat peledak terlebih dahulu, apalagi alat peledak didekatkan didekatnya bahkan sampai membakarnya. Ini bodoh, sebab jika bom itu berhasil meledak maka ia akan membunuh diri sendiri sedangkan misinya adalah membunuh orang.
Oh, kalau misinya memang bom bunuh diri, kenapa dia membawa pisau dapur untuk membunuh pastur?. Atau mungkin saja itu bukan bahan peledak, tapi hanya alat yang mengeluarkan asap untuk mengelabui jemaat agar bisa membunuh pastur. What the hell, ini bodoh karena dia akan mudah ditangkap apalagi dalam kawasan yang banyak orang seperti itu.
Oh, kalau misinya memang bom bunuh diri, kenapa dia membawa pisau dapur untuk membunuh pastur?. Atau mungkin saja itu bukan bahan peledak, tapi hanya alat yang mengeluarkan asap untuk mengelabui jemaat agar bisa membunuh pastur. What the hell, ini bodoh karena dia akan mudah ditangkap apalagi dalam kawasan yang banyak orang seperti itu.
2. Bendera ISIS Karya Anak TK
Ada hal unik dari alat bukti yang didapati, yaitu bendera ISIS hasil mewarnai anak TK. Bendera ISIS itu ditemukan dari dalam dompet pelaku sebagaimana disebutkan dalam artikel bbc.com. Dan bendera dengan ukuran KTP itu hasil kerajinan tangan yang ditulis diatas kertas ini faktanya salah.
Maksudnya coba lihat perbedaan bendera ISIS yang asli dengan karya tangan ini. Kejanggalannya itu terletak pada penulisan huruf arabnya. Bendera Asli seharusnya bertuliskan لا إله إلا الله yang artinya tiada tuhan selain Allah dengankan kertas itu bertuliskan ل اله إلا الله yang artinya ada tuhan selain Allah. Waw, ini jelas jauh berbeda!!. Simpatisan ISIS macam apa ini? Dan saya sendiri tidak meyakini dia ini asli atau muslim tulen yang memiliki semangat Jihad. Faktanya ia sendiri salah dalam menuliskan kalimat tauhid.
Dan juga, kenapa harus diwarnai dan digambar dengan tangan? ini 2016 kamu bisa menamfaatkan printer di warnet kakakmu untuk ngeprint bender ISIS. Lalu itu kalimat tauhid yang ada di bendera kertas itu kenapa ditaruh didalam dompet? apa maksudnya? Secara etika tidak dibenarkan kalimat tauhid dimasukkan kedalam dompet dan ditempatkan di saku celana belakang, itu tidak sopan. Dan kemudian kenapa ditaruh disana? apa agar mudah diidentifikasi saat pengeledahan supanya menegaskan iniloh aku kelompok ISIS yang lagi melakukan aksi teroris. No, IT'S STUPID BROOOO...
3. KTP Palsu?
Selain Bendera abal-abal juga disertakan bersamanya KTP. Saya heran, apa memang sudah jadi budaya atau tren gitu setiap melakukan aksi teror para teroris selalu menyertakan identitasnya?. Maksudnya coba kenang pada aksi teroris Prancis dulunya, juga ditemukan pasport Suriah yang kemudian di asumsikan sebagai anggota ISIS. What the hell broo, jika dia meledakkan diri kenapa itu pasport tidak terbakar? nampak ini settingannya.
Oke mari kita lihat kejanggalan dari KTP pelaku teror ini!
Jika kita lihat pelaku ini memiliki identitas KTP dengan nomer NIK: 127121 221098 0001. Merupakan pria kelahiran 98 dan berstatus pelajar/mahasiswa. Jika kita lihat ia tidak memiliki informasi mengenai gol.darah.
Kejanggalan mulai terlihat dari informasi RT/RW. Tertulis RT/RW: 000/000, ini sangat ane karena biasanya jika daerah yang dia tinggal tidak memiliki no rt dan rw maka penulisan hanya -/- bukan 000/000.
Kalian bisa cek sendiri di internet bagi siapa saya yang KTP-nya tidak memiliki RT dan RW untuk wilayah tempat tingganya akan diberi tanda strip (-) termasuk juga KTP saya.
Kejanggalan lain juga terlihat dari foto ktpnya. Coba lihat di sisi foto, photoshop confirmed!. Iya ada less putih yang memanjang dan lumayan besar menyisakan jaran antara foto. Apakah itu wajar? jika kita cek di internet. Secara menyeluruh cetakan KTP tidak memiliki less putih disamping foto pada desainnya. Ini aneh, apakah ini wajar atau tidak. Saya menyangka ini tidak wajar.
Sekarang silahkan anda buka google.com lalu serach eKTP dan silahkan di cek secara langsung apakah tanda diatas itu wajar atau tidak.
Jika dia telah memiliki KTP maka barang tentu dia sudah bisa ikut pemilihan umum. Namun KTP ini semakin diyakini palsu saat dicek pada laman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) https://data.kpu.go.id/ss8.php, tidak ditemukan identitas pelaku sebagai daftar pemilih tetap (DPT). Padahal, warga Kota Medan baru saja melangsungkan pilkada dan menetapkan kembali Dzulmi Eldin sebagai Wali Kota Medan.
Saya juga melakukan penelusuran di laman resmi Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dirjen Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/ceknik. Namun, laman itu agaknya sedang bermasalah karena tidak dapat mengakses NIK KTP siapapun untuk mengetahui keasliannya.
Hampir 100% membuktikan bahwa KTP ini palsu. Baik dari segi informasi dentitas yang tidak valid, desain yang tidak meyakinkan sampai kepada tidak ditemukan dalam data base. Pertanyaanya apakah dia ini sudah memiliki KTP? Jika belum kenapa dia dibekali KTP palsu saat melakukan aksi? mikir!.
Dan yang terakhir, akhirnya ini membuktikan bahwa tidak semua teroris itu harus berjenggot. Seperti foto diatas, ia tidak memiliki jenggot sama sekali. Ya, memamng karena umurnya masih sekitar 18 tahun dan ini sepertinya salah dalam memilih pelaku dalam tugas teror yaitu tidak berjenggot ckckck.
4. Motif yang tidak konsisten
Jika kita baca artikel di Internet mengatakan motif teror ini dilatar belakangi oleh ISIS/Islam Ektrimis dengan barang bukti bendera abal-abal, simbol ISIS di ransel dan tulisan I Love Al-Baghdadi di sakunya (berdasarkan informasi mulut dari Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso melalui infohumas.com -tanpa bukti foto). Namun saat diintrogasi pelaku mengaku disuruh oleh orang yang tak dikenal dan ditawari uang 10 juta.
Dari sana kita mendapat dua informasi untuk menentukan kesimpulan motif pelaku. Pertama, dari berdasarkan barang bukti ia dianggap memiliki hubungan dengan ISIS. Kedua, berdasarkan pengakuan ia diperintahkan oleh orang yang ia sendiri tidak mengenalnya. Mengenai kedua premis diatas maka diambil kesimpulan baru bahwa ia bukan jaringan anggota teroris tetapi simpatisan yang melakukan aksi teror dengan sendirinya.
Jika kita lihat lagi maka ada ketidak konsistenan disini. Pertama, kita anggap saja dia sebagai simpatisan ISIS atau jaringan ISIS. Pertanyaanya, jika ia simpatisan ISIS kenapa ia membawa bendera abal-abal? sudah abal-abal salah lagi? seharusnya sebagai simpatisan mengenal atau memiliki simbol-simbol tersebut dengan baik. Kemudian jika dia jaringan ISIS, dia melaksanakan aksinya dengan sangat tidak sempurna. Bercermin dari aksi-kasi ISIS lainnya yang berhasil, aksi kali ini sangat jelek dan buruk. Berarti ISIS tidak mempersiapkan aksi dan aktornya dengan baik, artinya ini tidak masuk akal dengan bercermin pada aksi-kasi yang sudah-sudah.
Kedua, kita anggap saja dia buka simpatisan dan jarisan ISIS. Pertanyaanya, jelas tentu ia termotivasi dari tawaran tersebut. Namun siapakah dalang yang menawari tersebut? dan kenapa pelaku didandan dan disiapkan sebagai simpatisan atau jaringan ISIS?
Untuk menebak dalangnya ada dua kemungkinan. Pertama, dalangnya memang jaringan ISIS yang memanfaatkan anak remaja polos untuk melancarkan aksinya. Kedua, dalangnya bukan ISIS tetapi oknum yang memanfaatkan isue ISIS untuk melancarkan agenda dan tujuannya.
Jika dalangnya ISIS, kenapa mereka memanfaatkan remaja polos? kenapa mereka tidak langsung terjunkan pasukan-pasukan terlatih seperti aksi-aksi sebelumnya? dan kenapa remaja polos ini dibekali dengan simbol ISIS?. Dengan kata lain ini sama dengan menghina ISIS sendiri, dan mengatakan kepada dunia, ini loh kami ISIS yang ngelakuinnya liat itu banyak bukti yang nemapilkan simbol ISIS dan lihat pasukan abal-abal kami. And bla..blaa..blaa and you'a gonna fucking jenius!.
Nah, jika dalangnya bukan ISIS tetapi orang atau oknum tertentu yang memanfaatkan isu dan simbol ISIS sebagai kamuflase agar agenda dan aksinya terselubung itu bisa jadi. Dengan melihat ketololan skenario agak-agaknya kerasa ia. Bisa jadi oknum ini memiliki dendam kepada Pastur tersebut dan ingin membunuhnya, ya dengan cara tersebut menawarkan imbalan kepada anak 18 tahun dan didandani layaknya teroris untuk melaksanakan niat jahatnya itu.
Atau yang terakhir, saya terinspirasi dari film 3 (Ali-Lam-Mim). Bisa jadi ada secret society yang mengagendakan semua ini. You now lah like freemason atau Illuminati. Atau memang para elit politik dan aparan yang diatas sana yang memang sudah merencanakan agenda-agenda khusus. Seperti di film 3, yang menampilkan ternyata aksi teror selama ini dikontrol oleh para elit politik dan aparat dengan dalih untuk menstabilkan dunia dan merebut kekuasaan. Dan juga untuk menampilkan image buruk terhadap Islam agar dapat melancarkan agenda-agenda mereka.
Tapi semua ini hanya analisa semata. Semua kembali kepada kita. Saya sendiri sudah muak melihat aksi-aksi teroris yang pada akhirnya juga ketahuan itu semua settingan, tidak aksi 9/11, bom Prancis, bom Sarinah, dan bom ini kesemuanya punya kejanggalan.
Saya sendiri sedikit banyak tidak terlalu percaya apa yang ditampilkan dan yang nampak di media dewasa ini. Kita semacam dibodohi dengan semua skenario untuk melancarkan agenda kelompok tertentu. Lalu kita bermusuhan dan saling membenci. All we need is think smart!.