5 Teori Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia
Thursday, August 11, 2016
Salah satu bukti agama dan kebudayaan Hindu-Budha berkembang di Indonesia adalah dengan ditemukannya arca Buddha yang terbuat dari perunggu di daerah Sempaga, Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca ini memperlihatkan langgam seni arca Amarawati dari India Selatan. Selain arca Sempaga, juga ditemukan arca di Jember, Jawa Timur dan dan di daerah Bukit Siguntang Sumatra Selatan.
Di kota Bangun, Kutai Kalimantan Timur juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha tersebut memperlihatkan ciri seni arca dari India Utara. Mengenai proses masuknya Hindu-Budha (Hindunisasi) di kepulauan Indonesia ini masih ada berbagai pendapat. Sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di kepulauan Indonesia.
Berikut ini beberapa pendapat atau teori mengenai masuk dan berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia.
Di kota Bangun, Kutai Kalimantan Timur juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha tersebut memperlihatkan ciri seni arca dari India Utara. Mengenai proses masuknya Hindu-Budha (Hindunisasi) di kepulauan Indonesia ini masih ada berbagai pendapat. Sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di kepulauan Indonesia.
Berikut ini beberapa pendapat atau teori mengenai masuk dan berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia.
1. Teori Brahmana
Van Leur merupakan tokoh utama yang melontarkan teori brahmana. Inti dari teori ini yaitu penyebaran agama dan kebudayaan India ke Indonesia dilakukan oleh golongan brahmana. Para brahmana ini datang ke Indonesia atas undangan para penguasa di Indonesia. Oleh karena itu, kebudayaan yang mereka bawa dan dikenalkan di Indonesia merupakan budaya golongan brahmana.
Setelah datang ke Indonesia atas undangan para penguasa, para brahmana itu juga memimpin pelaksanaan upacara vratyastoma. Upacara vratyastoma adalah upacara dalam agama Hindu yang dilakukan apabila ada seorang pengikut Hindu yang melakukan kesalahan sehingga dia dikeluarkan dari kastanya.
Dia akan diterima kembali ke dalam kastanya apabila telah melakukan upacara vratyastoma. Pelaksanaan upacara vratyastoma dipimpin oleh seorang brahmana. Menurut Paul Whealty, para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India dengan tujuan untuk mengangkat status sosial mereka.
Van Leur melandasi pendapatnya dengan keyakinan bahwa antara India dan Indonesia terjadi hubungan perdagangan. Dalam hubungan tersebut dimungkinkan bukan hanya orang-orang India yang datang ke Indonesia, melainkan juga sebaliknya banyak juga orang Indonesia yang datang ke India.
Dengan argumennya tersebut, Van Leur juga menyanggah adanya teori ksatria dan teori waisya dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Alasan Valn Leur tidak sependapat adanya kolonialis dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha karena jika ada kolonialis berarti ada bukti penaklukan (oleh golongan ksatria).
Dengan begitu berarti ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Padahal sampai sekarang belum ditemukan sumber tertulis (prasasti) yang mendukung dan memuat peristiwa tersebut.
2. Teori Ksatria
Menurut R.C. Majundar, munculnya kerajaan atau pengaruh Hindu di kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum Ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara. Namun dalam teori yang dikemukakan R.C. Majundar ini kurang disertai dengan bukti-bukti yang mendukung.
Sampai saat ini belum ada ahli arkeolog yang dapat menemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya ekspansi dari prajurit-prajurit India ke kepulauan Indonesia. Kekuatan teori ini terletak pada semangat untuk berpetualang para kaum Ksatria. Teori ksatria juga didukung oleh F.D.K. Bosch.
Menurut F.D.K. Bosch, pada masa lampau di India sering terjadi perang antargolongan. Para prajurit yang kalah kemudian meninggalkan India. Rupanya para prajurit tersebut ada yang sampai ke wilayah Indonesia. Para prajurit itulah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya.
Di tempat baru tersebut terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. Teori ksatria mempunyai kelemahan yaitu tidak adanya bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonialisasi oleh para ksatria India.
3. Teori Waisya
Teori waisya dikemukakan oleh N.J. Krom. Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India selain berdagang juga membawa adat dan kebiasaan atau budaya negaranya. Menurut N.J. Krom, kaum pedagang merupakan golongan terbesar yang datang ke Indonesia. Mereka pada umumnya menetap di Indonesia dan kemudian memegang peranan penting dalam proses penyebaran kebudayaan India melalui hubungan dengan penguasa-penguasa Indonesia.
N.J Krom mengungkap adanya pernikahan antara para pedagang tersebut dan wanita Indonesia. Pernikahan tersebut dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang sangat penting dalam teori ini.
G. Coedes berpendapat bahwa yang memotivasi para pedagang India untuk datang ke Asia Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan.
Kebenaran teori waisya ini diragukan, alasannya jika para pedagang yang berperan terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusat kebudayaan seharusnya hanya ada diwilayah perdagangan, seperti di pelabuhan atau di pusat kota yang ada di dekatnya. Kenyataannya, pengaruh kebudayaan Hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, seperti dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di pedalaman Pulau Jawa.
4. Teori Sudra
Di duga peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Tori sudra menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak.
Oleh karena itu mereka pergi dari India di antaranya datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Hipotesis sudra didukung oleh Von van Faber.
5. Teori Arus Balik
F.D.K. Boasch yang sebelumnya mengemukakan teori ksatria, kemudian berubah pikiran. Hal itu dapat terjadi karena dia menemuka fakta-fakta baru. Bosch berpendapat bahwa golongan cendekiawanlah yang membawa agama Hindu-Budha ke Indonesia. Golongan Cendekiawan yang dimaksud adalah para pendeta atau biksu.
Teori ini didukung oleh sejarawan Van Leur. Menurut pendapat Van Leur, orang Indonesia juga berperan dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha (India). Para pedagan yang berasal dari Indonesia datang sendiri ke India karena penasaran dengan kebudayaan India.
Mereka menetap dan belajar di India selama beberapa waktu, kemudian pulang kembali dan membawa agama dan kebudayaan India serta menyebarkannya kepada masyarakat setempat.
#Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di kepulauan Indonesia telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya kerajaan yang bersifat Hindu-Budha. Dengan melalui proses akulturasi, budaya yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat pada masa itu diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat saat itu.
Demikian artikel tentang teori masuk dan berkembanya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan anda.
Sumber https://materiku86.blogspot.com/