Kisah Nabi Muhammad SAW, Lengkap!!!

Nabi Muhammad SAW adalah penduduk Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang siqayah. Nabi Muhammad SAW. lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah bi Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.

Nabi Muhammad SAW adalah penduduk Bani Hasyim Kisah Nabi Muhammad SAW, Lengkap!!!

Tahun kelahiran nabi Muhammad dikenal degan tahun gajah (571 M) karena pada tahun itu, pasukan Abrahah, Gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia) menunggangi gajah dan menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka'bah.


Sebelum Masa Kerasulan

Muhammad lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya, Abdullah meninggal dunia 7 bulan sebelum dia dilahirkan. Muhammad kemudian diserahkan kepada pengasuh bernama Halimah Sya'diah. Dalam asuhannyalah, Muhammad dibesarkan sampai usia 5 tahun. Setelah itu kurang lebih 2 tahun, dia berada dalam asuhan ibu kandungnya.

Ketika berusia 6 tahun, dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan risalahnya yang terakhir. Allah berfirman:
. وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ . أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ

Artinya:
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk." (Q.S. Adh-Dhuha: 6-7)

Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib (kakeknya Nabi Muhammad SAW. yang mendekati usia 80 tahun) yang mengasuh Muhammad. Namun 2 tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia, maka Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani da dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, sekalipun dia miskin.

Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui penggembalaan ini, ia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya.

Karena itu, sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syiria (Syam) dalam usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Basyrah, sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan Bukhairah. Bukhairah ini melihat tanda-tanda ke nabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Nasrani.

Sebagian sumber menceritakan bahwa Bukhairah itu menasehatkan Abu THalib agar tidak terlalu jauh memasuki daerah Syiria sebab dikhawatirkan orang-orang Yhdi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadap Muhammad.

Pada usia yang ke-25 Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya-raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan.

Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai itu dikaruniai 6 orang anak, 2 putra dan 4 putri, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Qulsum, dan Fatimah.

Kedua putranya meninggal ketika kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal ketika beliau berusia 50 tahun.

Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun. Pada saat itu bangunan Ka'bah dalam keadaan rusak. Para penduduk Mekah bergotong-royong melakukan perbaikan Ka'bah. Tetapi pada saat terakhir ketika hendak meletakkan hajar aswad di tempat asalnya timbul perselisihan di antara pemuka-pemuka Quraisy.

Setiap suku berhak atas tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka'bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini.

Ternyara, orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Beliau pun membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta masing-masing kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama.

Setelah sampai pada tempatnya, Muhammad kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu.


Masa Kerasulan

Menjelang usianya yang ke-40, Muhammad SAW. lebih suka ber-tahannuts dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M. Ketika Muhammad SAW. sedang ber-tahannuts di Gua Hira, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama, yaitu:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ .

Artinya:
"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Dengan turunnya wahyu pertama itu berarti Muhammad telah diutus Allah sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, beliau belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sedangkan Nabi Muhammad SAW. menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah, turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut.

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ . قُمْ فَأَنْذِرْ . وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ . وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ . وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ . وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ . وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ .

Artinya:
"Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabdalah." (Q.S. Al-Muddatsir: 1-7)

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah SAW. berdakwah. Pertama-tama beliau melaksanakannya secara diam-diam di lingkungan sendiri, dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabatnya.

Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya semenjak kanak-kanak, lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya, dan Ummu Aiman, pengasuh nabi sejak ibunya, Aminah, masih hidup.

Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa teman dekatnya, yaitu Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin A'uf, Saad bin Abi Waqqasah, dan Talhah bin Ubaidillah.

Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.

Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara diam-diam, turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib.

Ia mengatakan kepada mereka. "Aku tidak melihat seseorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik daripada apa yang kubawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkanku mengajak kalian semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukungku dalam hal ini?" mereka semua menolak kecuali Ali.

Langkah dakwah seterusnya yang diambil beliau adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru dengan terang-terangan kepada segenap lapisan masyarakat untuk memeluk Islam, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya.

Mula-mula beliau menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negara-negara lain dan juga orang-orang yang datang ke Mekah dari berbagai negara untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat.

Jumlah pengikut Nabi yang sebelumnya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terdiri atas kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang miskin. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah semangat mereka sungguh membaja.

Setelah dakwah terang-terangan itu dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, maka pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwahnya. Semakin bertambah jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu, yaitu:

  1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Hal ini sangat tidak mereka inginkan.
  2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
  3. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
  4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab.
  5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

Banyak cara yang ditempuh pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu, mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan,

"Kami meminta anda memilih satu diantara dua, memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak di inginkan."

Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia mengarapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan,

"Demi Allah, aku tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkanku."

Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian ia berkata,

"Teruskanlah, Demi Allah aku akan terus membelamu."

Merasa gagal dengan cara ini, Kaum Quraisy kemudian mengutus Walid Ibnu Mughirah dengan membawa Umarah Ibnu Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad SAW. Walid Ibnu Mugirah berkata kepada Abu Thalib,

"Ambilah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bnh."

Usul ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.

Pada kesempatan berikutnya, mereka langsung kepada Nabi Muhammad. Mereka mengutus Utbah Ibnu Rabiah seorang ahli retorika (ahli pembujuk), untuk membujuk nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta aslah Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. 

Semua tawaran itu di tolak oleh Muhammad dengan mengatakan, "Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiri ku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasakan karenanya."

Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga sendiri, ada yang masuk Islam.

Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, ada yang masuk Islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah oleh kaum Muslimin itu, mendorong Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun ke lima kerasulannya, nabi menetapkan Habsya (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian, karena Negus (raja) di negeri itu adalah seorang yang adil.

Rombongan pertama berjumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, di antaranya Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayah, putri Rasulullah, Zubair ibnu Awwam, dan Abdurrahman ibnu 'Auf. Kemudian menyusul rombongan kedua berjumlah hampir 100 orang, dipimpin oleh Ja'far ibnu Abu Thalib.

Orang-orang Quraisy berusaha menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiran umat Islam di sana. Namu usaha tersebut gagal. Bahkan semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak orang yang masuk agama ini.

Bahkan ditengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy telah masuk Islam, yaitu Hamzah dan Umar Ibnu Khatab. Dengan masuk Islamnnya kedua tokoh besar ini, posisi umat Islam semakin kuat.

Menguatnya posisi umat Islam semakin memperkeras rekasi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru untuk melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Muhammad, mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluuhan.

Cara yang ditempuh mereka ialah melakukan pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenankan melakukan jual beli dengan kaum Bani Hasyim. Persetujuan tersebut dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani dan disimpan di dalam Ka'bah.

Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tak ada bandingnya. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya pindah ke suatu lembah di luar kota Mekah.

Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ketujuh kenabian ini berlangsung selama tiga tahun. Ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan Umat Islam.

Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang melewati batas. Setelah boikot dihentikan, Bani Hasim mulai dapat bernapas kembali dan pulang ke rumah masing-masing.

Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib, paman nabi yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah istri Nabi pun meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun yang kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW. 

Sepeninggal dua pendukung itu, kfr Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap Nabi. Melihat reaksi penduduk Mekah yang sangat kejam, Nabi Muhammad berusaha menyebarkan Islam keluar kota. Namun beliau diejek, disoraki, dihujat, dan dilempari batu di Tha'if, bahkan bagian kepala dan badan beliau terluka.

Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah meng-isra dan me-mi'rajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian.

Berita tentang Isra' dan Mi'raj ini sangat menggemparkan masyarakat Mekah. Orang kfr menjadikan berita itu sebagai propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang-orang yang beriman, berita itu merupakan ujian keimanan.

Setelah terjadinya peristiwa Isra' dan Mi'raj, muncul suatu perkembangan bagi kemajuan dakwah Islam. Perkembangan ini datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka yang terdiri atas suku A'us dan Khazraj masuk Islam dalam dua gelombang.

Pertama, pada tahun ke-10 kenabian, beberapa orang Khazraj berkata kepada Nabi, "Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan A'us." Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantara engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu, kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini." Mereka giat mendakwahkan Islam di Yatsrib.

Kedua, pada tahun ke-12 kenabian, delegasi Yatsrib yang terdiri atas 10 orang suku Khazraj dan 2 orang suku A'us serta seorang wanita menemui Nabi disuatu tempat bernama Aqabah. 

Di hadapan Nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali Yatsrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus'ab bin Umair yang sengaja diutus Nabi atas permintaan mereka. Ikrar ini disebut dengan perjanjian Aqabah 1 (pertama). 

Pada musim haji berikutnya jama'ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian Aqabah ke 2 (dua).

Setelah kaum Musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi dan orang-orang Yatsrib itu, mereka semakin sering melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin.

Hal ini membuat Nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Dalam waktu dua bulan, hampir semua kaum muslimin yang berjumlah kurang lebih 150 orang telah meninggalkan kota Mekah.

Hanya Ali dan Abu Bakar yang tinggal di Mekah bersama Nabi. Keduanya membela dan menemani Nabi hingga beliaupun hijrah ke Yatsrib.

Dalam perjalanan ke yatsrib, Nabi ditemani oleh Abu Bakar Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari yatsrib, Nabi beristirahat beberapa hari lamanya. Ia menginap di rumah Kalsum bin Hindun.

Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid. Inilah masjid pertama  yang dibangun Nabi sebagai tempat peribadahan. Tak lama kemudian Ali menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah.

Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangan Nabi. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengeluk-elukkan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan.

Sejak itu sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yatsrib di ubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi) atau sering pula disebut Madinatuul Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sana lah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari ini disebut Madinah.



Demikian artikel tentang Kisah Nabi Muhammad SAW, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.

Sumber https://materiku86.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel