Kisah Haru Ibnu Khuzaimah Keinginannya Untuk Berjumpa Ibnu Qutaibah

Kisah Haru Ibnu Khuzaimah Keinginannya Untuk Berjumpa Ibnu Qutaibah Kisah Haru Ibnu Khuzaimah Keinginannya Untuk Berjumpa Ibnu Qutaibah
Ilustrasi - dealdey.com

Namanya Muhammad bin Ishaaq bin Khuzaimah bin Al-Mughiirah bin Shaalih bin Bakr As-Sulamiy An-Naisaabuuriy dikenal Ibnu Khuzaimah memiliki kunyah Abu Bakr. Gelarnya Imamul Aimmah (imamnya para imam). Beliau merupakan salah satu dari Ulama yang bermadzhab Syafi'i [1] dan tokoh ulama Hadits abad 4 hijriyah. Dilahirkan di Naisaabuur pada bulan Shafar tahun 223 H [2].

Ibnu Katsir berkata
Ia adalah laut dari lautan ilmu, mengembara ke berbagai negeri untuk mencari hadits dan ilmu. Lalu ia banyak mencatatnya, menulisnya, dan mengumpulkannya. Dan kitabnya Ash-Shahiih adalah kitab yang paling besar dan bermanfaat. Ia termasuk mujtahid dalam agama Islam. Asy-Syaikh Abu Ishaaq Asy-Syiiraaziy menghikayatkan dalam Thabaqaat As-Syaafi’iyyah darinya (Ibnu Khuzaimah), bahwasannya ia pernah berkata : ‘Aku tidak pernah bertaqlid kepada siapapun sejak aku berusia 16 tahun” [3].
Beliau sangat giat dalam rihlah Ilmiyah untuk mencari ilmu. Ia berjalan ke berbagai negeri untuk mendapatkan hadits [4], di antaranya negeri ‘Iraaq, Syaam, Mesir, dan yang lainnya [5]. Ia memasuki daerah Jurjaan pada bulan Rajab tahun 300 H dan meriwayatkan hadits di sana. Kemudian keluar menuju Ribaath Dahistaan dan meriwayatkan hadits di sana, dan meng-imla’-kannya di sebuah masjid tua di sana [6].

Suatu hari ia meminta izin kepada Ayahnya untuk menjumpai Ibnu Qutaibah [7], namun Ayahnya menolak dan berkata "Bacalah (hapalkanlah) Al-Qur’an terlebih dahulu, hingga aku berikan ijin kepadamu". Ibnu Khuzaimah pun mengkhatamkannya, lalu ayahnya berkata "Tinggallah dulu hingga engkau shalat dengan mengkhatamkan Al-Qur’an". Beliau pun menyelesaikannya.

Ketika hari raya ‘Ied, ayahnya mengijinkannya untuk berjumpa dengan Ibnu Qutaibah. Ibnu Khuzaimah pun keluar menuju daerah Marwi, dan mendengar di Marwi dari Muhammad bin Hisyaam, shahabat Husyaim bahwa Ibnu Qutaibah telah wafat [8].

Ibnu Khuzaimah jatuh sakit pada malam Rabu, dan wafat malam Sabtu setelah ‘Isyaa’, tanggal 5 Dzulqa’dah di rumahnya pada usia 88 tahun. Ia dikuburkan di rumahnya yang kemudian (rumahnya tersebut) dijadikan pekuburan [9].

Abu Sa’iid bin Muhammad, saudara Ibnu Khuzaimah, berkata :
Aku hadir pada waktu wafatnya Al-Imaam Abu Bakr. Ia menggerak-gerakkan jari telunjuknya bersyahadat saat menjelang wafatnya [10].
_____________________
1. Al-Asnawi juga telah memasukkan nama Ibnu Khuzaimah dalam ulama-ulama bermazhab Syafi’i dalam kitabnya, Thabaqat al-Syafi’iyah. Al-Asnawi menjelaskan bahwa Ibnu Khuzaimah belajar fiqh pada al-Rabi’ dan al-Muzani (kedua beliau ini merupakan murid Imam Syafi’i) dan Ibnu Khuzaimah merupakan imam besar di Khurasan. [Al-Asnawi, Thabaqat al-Syafi’iyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. I, Hal. 221]

2. Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 14/365, Al-A’laam oleh Az-Zirkiliy 6/29, dan Thabaqaat As-Syaafi’iyyah Al-Kubraa oleh As-Subkiy 3/110

3. Al-Bidaayah wan-Nihaayah, 11/170

4. Al-Muntadham oleh Ibnul-Jauziy 13/233

5. Al-Ansaab oleh As-Sam’aaniy 2/362

6. Taariikh Jurjaan oleh Abul-Qaasim Al-Jurjaaniy hal. 413

7. Adz Dzahaby berkata,” Ibnu Qutaibah seorang yang banyak kitabnya, seorang yang diterima riwayatnya, tetapi sedikit dalam meriwayatkan hadits”.

8. Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 14/371

9. Ats-Tsiqaat oleh Ibnu Hibbaan, 9/156 dan Al-Ansaab, 2/362

10. At-Taqyiid, hal. 17

Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel