Guru : Mengajar dengan Hati atau Dengan Logika
Monday, May 2, 2016
Guru : mengajar dengan hati atau logika - Guru adalah sebuah seseorang yang mengabdikan dirinya untuk mengamalkan ilmunya kepada orang lain, yaitu para murid. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang ada di Indonesia.
Dalam menjalankan tugasnya, guru mengajar siswanya di sekolah yang terbagi ke dalam kelas-kelas. Sifat dasar manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain menciptakan perbedaan kemampuan kelas yang ada di sekolah. Kelas A belum tentu sama dengan Kelas B walaupun berada dalam satu tingkatan yang sama dan sekolah yang sama.
Guru dituntut mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola kelas. Setiap guru mempunyai strategi dan cara yang berbeda-beda dalam mengelola kelas. Di dalam kelas, kita tidak hanya mengajar materi dari suatu mata pelajaran, akan tetapi kita juga mengajar kepribadian atau karakter. Guru yang berusia muda, lebih emosional dalam mengajar dibandingkan denga guru yang berusia lebih tua.
Salah satu dilema yang di alami oleh guru ketika mengajar adalah mengajar menggunakan jati atau logika. Artinya jika kita menggunakan hati, kita akan mengajar dengan lemah lembut.Dengan menggunakan hati, kita juga menganggap bahwa murid sebagai anaknya sendiri, jadi kita juga akan memberikan kasih sayang dalam mengajar.
Selain itu, mengajar dengan hati juga kita sebagai guru selalu mendoakan para murid kita agar sukses di kemudian hari walaupun mereka nakal. Walaupun murid kita sering menjahili kita, kita akan tetap tersenyum dan mendoakan murid tersebut agar berubah menjadi lebih baik. Seorang guru akan puas jika muridnya sukses alaupun guru tidak dapat balasannya secara langsung.
Berbeda dengan mengajar menggunakan hati, jika kita mengajar dengan logika, maka hubungan yang terjalin antara guru dan murid hanya hubungan formalitas. Yaitu hubungan guru sebagai sebuah status sosial,dan murid sebagai status. Seorang guru kurang pedui dengan tindak tanduk muridnya karena guru tersebut menganggap bahwa muridnya bukan anak kandungnya. Jadi tidak peduli bagaimana tindak tanduk kesehariannya, entah di dalam sekolah ataupun di luar sekolah. Jika ada murid yang tindak tanduknya kurang sesuai dengan yang diinginkan maka sang guru akan memberikan doa yang tidak baik kepada muridnya.
Banyak tantangan yang di hadapi oleh seorang guru. Yang jelas pandangan atau prinsip yang kita pilih sebagai guru dalam mengajar apakah mengajar menggunakan hati atau logika akan berpengaruh terhadap kualitas mengajar kita. Selan itu, prinsip kita dalam mengajar juga berpengaruh terhadap ilmu yang kita salurkan kepada para murid kita, apakah tersalur dengan baik atau tidak tersalur.
Semoga kita sebagai guru dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik, untuk kemajuan negara Indonesia. Sumber https://www.muttaqin.id/
Dalam menjalankan tugasnya, guru mengajar siswanya di sekolah yang terbagi ke dalam kelas-kelas. Sifat dasar manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain menciptakan perbedaan kemampuan kelas yang ada di sekolah. Kelas A belum tentu sama dengan Kelas B walaupun berada dalam satu tingkatan yang sama dan sekolah yang sama.
Guru dituntut mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola kelas. Setiap guru mempunyai strategi dan cara yang berbeda-beda dalam mengelola kelas. Di dalam kelas, kita tidak hanya mengajar materi dari suatu mata pelajaran, akan tetapi kita juga mengajar kepribadian atau karakter. Guru yang berusia muda, lebih emosional dalam mengajar dibandingkan denga guru yang berusia lebih tua.
Salah satu dilema yang di alami oleh guru ketika mengajar adalah mengajar menggunakan jati atau logika. Artinya jika kita menggunakan hati, kita akan mengajar dengan lemah lembut.Dengan menggunakan hati, kita juga menganggap bahwa murid sebagai anaknya sendiri, jadi kita juga akan memberikan kasih sayang dalam mengajar.
Selain itu, mengajar dengan hati juga kita sebagai guru selalu mendoakan para murid kita agar sukses di kemudian hari walaupun mereka nakal. Walaupun murid kita sering menjahili kita, kita akan tetap tersenyum dan mendoakan murid tersebut agar berubah menjadi lebih baik. Seorang guru akan puas jika muridnya sukses alaupun guru tidak dapat balasannya secara langsung.
Berbeda dengan mengajar menggunakan hati, jika kita mengajar dengan logika, maka hubungan yang terjalin antara guru dan murid hanya hubungan formalitas. Yaitu hubungan guru sebagai sebuah status sosial,dan murid sebagai status. Seorang guru kurang pedui dengan tindak tanduk muridnya karena guru tersebut menganggap bahwa muridnya bukan anak kandungnya. Jadi tidak peduli bagaimana tindak tanduk kesehariannya, entah di dalam sekolah ataupun di luar sekolah. Jika ada murid yang tindak tanduknya kurang sesuai dengan yang diinginkan maka sang guru akan memberikan doa yang tidak baik kepada muridnya.
Semoga kita sebagai guru dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik, untuk kemajuan negara Indonesia. Sumber https://www.muttaqin.id/