Organisasi Pergerakan Nasional Sarekat Islam
Saturday, March 26, 2016
A. Sarekat Islam Sebagai Salah Satu dari Organisasi Pergerakan Nasional
Sarekat Islam. Sarekat Islam itu apa? Sarekat Islam kita pelajari untuk apa? Sarekart Islam didirikan di mana? Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang memiliki konsep nasionalisme yaitu organisasi pergerakan kemerdekaan Indonesia antara lain : Budi Utomo (BU), Sarekat Dagang Islam (kemudian menjadi Sarekat Islam), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI), Indische Partij (IP), Perhimpunan Indonesia, Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), Partai Indonesia Raya (Parindra), Gabungan Politik Indonesia (Gapi), Gerakan dan Organisasi Pemuda, Organisasi Kepanduan, Gerakan Wanita, dan organisasi lainnya..Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai fase perubahan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Kalau sebelumnya berupa perlawanan fisik kedaerahan menjadi pergerakan nasional yang bersifat modern. Organisasi-organisasi itu mengusung tujuan yang sama, yakni untuk lepas dari penjajahan. Sarekat Islam merupakan bagian dari organisasi pergerakan nasional.
Sarekat Islam merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional. Sarekat Islam dianggap sebagai pelopor organisasi pergerakan nasional yang berbasis agama Islam. Sarekat Islam sangat penting kita pelajari agar pengetahuan dan nasionalisme kita bertambah. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang organisasi Sarekat Islam. Berikut secara singkat uraian tentang organisasi Sarekat Islam.
B. Lahirnya Sarekat Islam
Lahirnya Sarekat Islam. Sarekat Islam (SI) pada awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), yaitu perkumpulan bagi pedagang Islam yang didirikan tahun 1911 di Solo, oleh H. Samanhudi. Organisasi ini mempunyai tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji Islam, serta agar para pedagang Islam dapat bersaing dengan pedagang Barat maupun Timur Asing.Sarekat Dagang Islam mengalami perkembangan cukup pesat, hal ini terjadi karena:
1. Pedagang keturunan Tionghoa melakukan monopoli bahan-bahan batik, ditambah pula dengan tingkah laku mereka yang tidak mengenakkan pada pedagang pribumi;
2. Penyebaran agama Kristen yang merupakan tantangan bagi para penganut Islam;
3. Adat lama yang bertentangan dengan ajaran Islam yang terus dipertahankan di daerah Jawa, makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan terhadap umat Islam.
Faktor lain yang mempengaruhi pesatnya pertumbuhan perkumpulan pedagang Islam tumbuh pesat terutama setelah Tjokroaminoto masuk dan kemudian menjadi pemimpin Sarekat Dagang Islam. Pada mulanya Sarekat Islam bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Mula-mula Sarekat Islam merupakan gerakan sosial ekonomi tanpa menghiraukan masalah kolonialisme.
Jelaslah bahwa tujuan utama Sarekat Dagang Islam adalah melindungi kegiatan ekonomi pedagang Islamagar dapat terus bersaing dengan pengusaha Cina. Agama Islam digunakan sebagai faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang Islam yang saat itu juga mendapat tekanan dan kurang diperhatikan dari pemerintah kolonial. Sebagai perkumpulan dagang, Sarekat Dagang Islam kemudian berpindah ke Surabaya yang merupakan kota dagang di Indonesia. Sarekat Dagang Islam selanjutnya dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto.
Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. Disamping itu Sarekat Dagang Islam juga memajukan rakyat dengan menjalankan hidup sesuai ajaran agama dan menghilangkan paham yang keliru tentang agama Islam. Sarekat Dagang Islam kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913.
C. Perjuangan Sarekat Islam
Perjuangan Sarekat Islam. Pada kongres Sarekat Islam yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia menegaskan bahwa tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing. Usaha Sarekat Islam di bidang ekonomi itu nampak sekali dengan didirikannya koperasi di Kota Surabaya. Di Surabaya pula berdiri PT. Setia Usaha, yang bergerak tidak saja menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”, juga bergerak di bidang penggilingan padi dan perbankan. Usaha Sarekat Islam dimaksudkan untuk membebaskan kehidupan ekonomi dari ketergantungan bangsa asing.Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Sarekat Islam sudah mempunyai cabang di berbagai kota. Organisasi Sarekat Islam tumbuh menjadi besar. Kemajuan yang dicapai oleh Sarekat Islam itu dianggap ancaman bagi pemerintah kolonial. Pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan untuk menghambat laju pertumbuhan Sarekat Islam, yaitu cabang harus berdiri sendiri dan terbatas daerahnya. Pemerintah kolonial tidak keberatan SI daerah mengadakan perwakilan yang diurus oleh pengurus sentral. Kemudian dibentuklah Central Sarikat Islam (CSI) yang mengorganisasikan 50 cabang kantor Sarekat Islam daerah.
Ketika pemerintah kolonial mengijinkan berdirinya partai politik, Sarekat Islam yang semula merupakan organisasi nonpolitik berubah menjadi partai politik. Sarekat Islam mengirimkan wakilnya dalam Volksraad (Dewan Rakyat) dan memegang peran penting dalam Radicale Concentratie,yaitu gabungan perkumpulan yang bersifat radikal. Pemerintah kolonial yang dianggap cenderung kearah kapitalisme mulai ditentang. Sarekat Islam juga aktif mengorganisasi perkumpulan buruh. Dalam suatu pembukaan rapat Volksraadmasih terekam dalam ingatan bersama kaum terpelajar bumiputera tentang Janji November (November Beloofte).
Dalam pidatonya itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengatakan bahwa dalam zaman baru hubungan pemerintah kolonial dan proses demokratisasi dimulai. Ia juga mengatakan, bila saatnya kelak Volksraadmenjadi dewan rakyat, sebuah lembaga bagi rakyat Hindia untuk menyampaikan hasrat untuk merdeka. Namun Volksraadtidak pernah menjadi badan rakyat Hindia, Volksraad tetap menjadi alat bagi pemerintah kolonial. Karena kecilnya capaian yang diraih oleh dewan rakyat tersebut, mendorong Cokroaminoto dan Agus Salim untuk mengubah aliran politik Sarekat Islam dari kooperatif ke nonkooperatif dan menolak ikut serta dalam setiap dewan rakyat yang didirikan pemerintah.
Dalam kongres Sarekat Islam tahun 1914, yang diselenggarakan di Yogyakarta Cokroaminoto dipilih sebagai pimpinan Sarikat Islam. Gejala konflik internal mulai kelihatan dan kewibawaan Central Sarikat Islam (CSI) mulai berkurang. Dalam kondisi itu Cokroaminoto tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarikat Islam (CSI) harus dikutuk. Karena itu perpecahan harus dihindari, persatuan, harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Dalam kongres tahunan yang diselenggrakan Sarekat Islam pada tahun 1916, Cokroaminoto menyampaikan dalam pidatonya perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Pada tahun itu kongres pertama Sarekat Islam yang dihadiri oleh 80 anggota Sarekat Islam lokal dengan anggotanya sebanyak 36.000 orang. Kongres Sarekat Islam merupakan Kongres Nasional karena Sarekat Islam mempunyai cita-cita supaya penduduk Indonesia menjadi satu nationatau suku bangsa, dengan kata lain mempersatukan etnis Indonesia menjadi bangsa Indonesia.
Cokroaminoto dikenal sebagai seorang politikus dan orator yang cerdas. Seorang pemuda yang tinggal indekost di rumahnya tertarik dengan cara berpidatonya. Setiap hari pemuda itu sering mengikuti diskusi-diskusi yang diadakan di rumah Cokroaminoto. Dia juga meniru cara Cokro berpidato dengan berlatih pidato di balkon rumah Cokro. Kelak pemuda itu kita kenal sebagai seorang orator yang cerdas dan menjadi presiden pertama Indonesia, Sukarno.
Sebelum kongres tahunan berikutnya (1917) di Jakarta, muncul aliran revolusioner sosialis ditubuh Sarekat Islam, yang berasal dari Sarekat Islam Semarang yang dipimpin oleh Semaun. Kongres tetap berjalan dan memutuskan bahwa azas perjuangan Sarekat Islam adalah pemerintahan berdiri sendiri dan perjuangan melawan penjajahan dari kolonialisme. Sejak itu Cokroamitono dan Abdul Muis mewakili Sarekat Islam dalam Dewan Rakyat. Sarekat Islam semakin mendapat simpati dari rakyat. Keanggotaannya pun semakin meningkat. Sementara itu pengaruh Semaun semakin menjalar ke tubuh Sarekat Islam. Sejak itulah pengaruh sosial-komunis masuk ke dalam tubuh Sarekat Islam pusat maupun cabang-cabangnya. Sebagai organisasi besar Sarekat Islam telah disusupi oleh orang-orang yang menjadi anggota Indische Sociaal Democratische Vereninging (ISDV), seperti Semaun dan Darsono.
Pada kongres Sarekat Islam kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijakan Sarekat Islam Pusat sehingga timbul perpecahan. Di satu pihak aliran yang diinginkan Sarekat Islam adalah ekonomi dogmatis yang diwakili oleh Semaun, yang kemudian dikenal dengan Sarekat Islam Merah beraliran komunis. Di sisi lain, Sarekat Islam menginginkan aliran nasional keagamaan yang diwakili oleh Cokroaminoto, yang kemudian dikenal dengan Sarekat Islam Putih. Rupanya gejala perjuangan dua aliran itu tidak dapat dipersatukan. Agus Salim dan Abdul Muis mendesak agar ditetapkan disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Usulan itu sangat mengkhawatirkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Oleh karena itu, Tan Malaka meminta displin partai diadakan perkecualian bagi PKI. Namun demikian, disiplin partai dapat diterima oleh kongres dengan suara mayoritas. Konsekuensi dari itu Semaun dikeluarkan dari Sarekat Islam, karena tidak boleh rangkap anggota. Dengan demikian, langkah pertama dari pengaruh PKI ke dalam tubuh Sarekat Islam telah dapat diatasi.
D. Melemahnya Sarekat Islam
Melemahnya Sarekat Islam. Banyaknya anggota muda dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) membawa perbedaan paham antara golongan muda dengan golongan tua. Pada 1932, timbulah perpecahan dalam tubuh organisasi itu. Muncullah Partai Islam Indonesia (PARII) dibawah Dr. Sukiman yang berpusat di Yogyakarta. Agus Salim dan A.M. Sangaji mendirikan Barisan Penyedar yang berusaha menyadarkan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Persatuan dalam Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) tak dapat dipertahankan lagi, Sukiman kemudian memisahkan diri yang diikuti oleh Wiwoho, Kasman Singodimedjo dll. Pada tahun 1940, Sekar Maji Kartosiwiryo mendirikan PSII tandingan terhadap PSII yang dipimpin Abikusno Cokrosuyoso. Akibat perpecahan itu Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) mengalami kemunduran. Peranannya sebagai Partai Islam kemudian dilanjutkan oleh Partai Islam Indonesia yang merupakan lanjutan dari PARII di bawah pimpinan Dr. Sukiman.Walaupun Sarekat Islam sudah mengalami kemunduran, tetapi perjuangan bansga Indonesia untuk terbebas dari praktik kolonialisme masih terus berlangsung. Sarekai Islam mungkin sudah runtuh, tetapi setelah itu bermunculan organisasi-organisasi lain. Demikian artikel kami tentang Sarekat Islam. Semoga artikel kami tentang Sarekat Islam bermanfaat bagi para pembaca. Sumber https://www.muttaqin.id/