Potret Pendidikan Di Indonesia
Sunday, December 20, 2015
Dunia Pendidikan Indonesia sampai saat ini dipandang belum bisa menghasilkan output yang berkualitas dan bisa bersaing dengan hasil pendidikan di negara-negara maju. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi kerjasama dan pembangunan Eropa OECD yang diambil berdasarkan hasil tes di 76 negara yang menempatkan Indonesia ada di peringkat 69 . Sementara itu peringkat 1-10 diduduki oleh 1) Singapura, 2) Hongkong, 3) Korea Selatan, 4) Jepang, 5) Taiwan, 6)Finlandia, 7) Estonia, 8) Swiss, 9) Belanda , 100 Kanada.
Banyak faktor yang menyebabkan kualitas dunia pendidikan Indonesia yang rendah. Salah satunya adalah struktur kurikulum di Indonesia yang terlalu berat dengan begitu banyak mata pelajaran sehingga beban siswa untuk mempelajari semua pelajaran sangat tinggi. Belum lagi faktor guru juga sarana dan prasarana yang belum memadai. Lihatlah di pelosok pedesaan terdapat banyak sekolah yang jelek dan hanya terdapat 2 atau tiga guru saja yang mengajar.
Tulisan saudari Nazwa Safira di Facebook tentang pendidikan di Indonesia barangkali bisa membuka mata kita mengapa dunia pendidikan kita begitu ketinggalan. Sebagai seorang pendidik, saya merasa apa yang dipaparkan saudara Nazwa Zafira ada benarnya. Kita tentu tak bisa mengubah kondisi tersebut karena urusan mata pelajaran adalah kebijakan nasional, tapi setidaknya tulisan tersebut bisa menjadi bahan renungan kita semua.
Inilah tulisan Nazwa Zafira selengkapnya:
Belajar di SMA di Indonesia, setahun libur cuma 7 minggu gak lebih.. Masuk jam 06.30 keluar jam 15.00. Mata pelajaran kurang lebih 16 untuk umum, 27 untuk pesantren. Ujian mulu sampe ujian final aja 4 kali. Apalagi ditambah pr-pr dan tugas yang seringkali bikin kita rasanya mau mati.
Nah, pas lulus, sujud syukur bgt deh bisa masuk ptn (just ptn, bukan UI ITB aja udh seneng bgt) gak kebayang masuk univ fovorit dunia kyk Harvard, Cambridge, MIT, London, Free Berlin, atau University of Tokyo.. Jangankan itu, masuk NUS Singapore atau Nanyang atau Universiti Malaysia aja pasti putus asa duluan deh. Itupun dapetin ptn susahnya minta ampun, mesti les sana sini dgn biaya jutaan, belajar mati-matian pergi pagi pulang malem udah kayak Bang Toyib (mending Bang Toyib pulang-pulang bawa duit). Sabtu pun belajar, minggu ngerjain PR. Sampe-sampe gak sadar mereka itu manusia atau robot.
Pas kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI, ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan kalau orang bule yang ngelamar langsung cus deh. Mereka dengan mudahnya nempatin posisi2 teratas spt CEO, Kadiv, dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh.. walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi juga.
Pas baca koran dan browsing di internet, ternyata kita sadar yang punya perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur bagian ASEAN. Gak jarang juga yang menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, tapi yang seperti ini paling juga sukses di Indonesia doang..
Pasti iri dong sama orang-orang asing dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll..
Kok mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal anak-anak Indonesia sering bulak-balik bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca paragraf pertama sebagai perbandingan) saya punya temen dari Amerika, sekarang sudah jadi direktur perusahaan multinasional terkenal. Katanya..
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, banyak liburnya.. setahun kurang lebih 5bulan.
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, masuk jam 08.30 keluar jam 15.50.
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, mapel hanya ada 7
Di SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, ujian final setahun cuma sekali. Gak pernah dia dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Kok bisa sih mereka semua jadi pemimpin-pemimpin dunia? Padahal di Indonesia, belajar sudah paling lama, mata pelajaran sudah paling lengkap, PR dan tugasnya sudah paling meribetkan, dan ujian sudah paling sering, Les pun sudah paling rajin.
Jawabannya ada pada sistem pendidikan dan diri kita sendiri.
Dulu saat TK dan SD kita semua lancar menjawab saat ditanya apa cita-cita kita. Tapi sekarang? Pasti kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yang justru bingung akan cita-cita mereka bahkan tidak jarang bagi mereka yang pintar juga bingun atau ragu dengan cita-cita mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi karena sistem pendidikan kita yang salah. Sistem kita menuntut kita untuk mempelajari semuanya namun tidak mendalami satu pun. Inilah yang membuat mereka yang mengejar nilai bingung akan cita-citanya karena sudah dibentuk sejak awal tidak mempunyai tujuan, sudah dibentuk tidak mendalami apa yang mereka cita-citakan.
Apa yg mereka dapatkan dari sekolah yaitu sukses hanya dengan sebuah kertas ujian and just reading your book to be success. Padahal kalau sudah kerja, biar sukses harus melakukan hal-hal kompleks spt kemampua berkomunikasi, kemampuan membentuk ide, dll.
Apa yg mereka dapatkan dari sekolah adalah materi yang akan mereka lupakan karena tidak terpakai saat mereka bekerja. Apakah seorang atlet sepakbola yg sukses perlu mempelajari strukur sel bakteri utk menjadi sukses? Apakah seorang dokter ahli bedah yg sukses perlu belajar menghitung percepatan setripetal agar menjadi sukses? Justru sebaliknya, mereka yang ingin sukses sebagai arsitek seharusnya lebih mendalami ilmu fisika dan bangunan, bukannya malah mendalami sebab revolusi Prancis, dll. Lah ini kok kita ingin bangun rumah kok dikasihnya malah pensil, penghapus, rautan atau istilahnya kita mau ngapain kok gadapet apa yg kita butuhkan malah dapetnya hal yang gadibutuhi. Ya pasti dubuang.
Back to the topic, teman saya bilang yang membedakan SMA di Amrik dan di Indonesia yaitu sejak SMP, siswa/i di Amerika disuruh menentukan keputusannya sendiri. Dengan sistem moving class, istilahnya kita boleh memilih ingin masuk ke kelas Fisika atau Biologi pada jam ini. Atau ingin masuk ke kelas Sejarah atau Matematika pada jam selanjutnya. Jadi disesuaikan dengan minat bakat kita mau itu kita hanya masuker ke kelas Sejarah 1x pertemuan seminggu atau 3x atau lebih itu tergantung keputusan kita. Jadi apabila ingin jadi dokter yg sukses ya kita bisa ambil kelas biologi lebih sering dari kelas mata pelajaran lainnya. Sehingga, sejak SMP orang Amrik sudah terfokus pada bidang yang mereka inginkan untuk kerja di dalamnya. Dan saat kerja mereka sudah punya persiapan sejak kecil.
Maka dari itu ayo benahi sistem pendidikan kita dan mulailah fokus terhadap apa yang dicita-citakan mulai dari sekarang kalau kita semua mau Indonesia merdeka secara ekonomi!
Sumber https://selalusiapbelajar.blogspot.com/