Solusi Mengatasi Ketimpangan Mutu Pendidikan Antara Perguruan Tinggi di Pulau Jawa dan Luar Jawa
Saturday, November 21, 2015
Hingga saat ini ketimpangan mutu pendidikan antara perguruan tinggi di Pulau Jawa dan luar Jawa masih terlihat jelas. Berdasarkan data Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) pada 2014, hanya ada dua perguruan tinggi di luar Jawa yang meraih akreditasi A.
Sementara itu, untuk akreditasi program studi hanya ada 223 yang telah mendapat nilai A. Jumlah tersebut masih tertinggal jauh dibanding perguruan tinggi di Jawa yang sekitar 1.478 prodinya telah meraih akreditasi A.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar kualitas perguruan tinggi di luar daerah bisa memenuhi kualifikasi standar Indonesia? Untuk menjawab tantangan tersebut, pendidikan berbasis teknologi sebenarnya telah dicanangkan.
Pendidikan Daring
Sejak dua tahun lalu pemerintah bersama beberapa perguruan tinggi telah meluncurkan portal Pendidikan Daring Terbuka dan Terpadu (PDITT). Lima universitas (UGM, UI, ITB, ITS, dan Bina Nusantara) yang menjadi pionir program ini mengunggah mata kuliah sesuai kualifikasi mereka ke portal tersebut sehingga bisa diakses kapan dan di mana saja.
"Apakah dosen UGM harus keliling (Indonesia) supaya sama (kualitas) materi perkuliahannya? Kan enggak mungkin. Energinya besar, biayanya juga sangat tinggi. Oleh karena itu dibuatlah portal," tutur Engkos Achmad Kuncoro, Director of Binus Online Learning, saat ditemui Kompas.com di Kampus Syahdan, Jakarta, Senin (9/11/2015).
Cara kerjanya sederhana. Lima universitas tersebut melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di daerah agar mahasiswanya bisa mengambil mata kuliah secara daring lewat portal PDITT.
Engkos mencontohkan, saat ini Universitas Binus telah melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di Medan dan Batam. Mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut bisa mengambil mata kuliah di Binus tanpa perlu datang ke kampus Binus di Jakarta.
"Dosennya dari Binus. Si mahasiswa cukup mengakses Learning Management atau semacam kelas maya. Nah, terjadilah pembelajaran," ucapnya.
Dia juga menjelaskan, mata kuliah di dalam portal harus lengkap dari mulai perencanaan sampai ke evaluasi. Mahasiswa yang telah mengambil perkuliahan lewat PDITT tidak perlu lagi mengambil mata kuliah sama di kampusnya.
"(Jika sudah lulus mata kuliahnya) Langsung diterbitkan sertifikat di mata kuliah itu. (Bentuknya) Resmi," kata Engkos. Untuk info lebih lanjut bisa dilihat di http://kuliahdaring.dikti.go.id.
Online Learning
Alternatif lain agar masyarakat luar Jawa bisa menikmati pendidikan tinggi bermutu adalah dengan memanfaatkan perkuliahan bersistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau dikenal juga dengan istilah online learning.
Metode pendidikan jarak jauh adalah metode yang memperkenankan mahasiswa untuk tidak melakukan pertemuan dengan dosen. Dengan demikian, aktivitas perkuliahan seluruhnya tidak di lakukan di dalam kampus. "Nah, sejalan dengan itu (program PDITT) pemerintah juga membuka peluang untuk mendirikan program studi PJJ supaya tingkat aksesibilitas masyarakat untuk kuliah semakin tinggi," kata Engkos.
Syarat mendirikan PJJ pun tidak sembarangan. Universitas terkait harus mampu menyediakan Unit Sumber Belajar Jarak Jauh (USBJJ) atau semacam learning center di daerah. Penentuan wilayahnya pun wajib disesuaikan agar mudah diakses mahasiswa. "Saat ini Binus sudah punya 5 learning center dari total target 15. Target ini kita kejar terus," tuturnya.
Tidak hanya itu. Materi dan sistem pembelajaran pun disiapkan secara matang agar mahasiswa dapat dengan mudah beradaptasi dan tidak menemui kendala berarti. Penggunaan Learning Management System (LMS) sangat penting untuk menjaga kualitas pembelajaran.
"Materi online learning berbeda dari kuliah konvensional. Harus lebih detail dan dapat dimengerti tanpa tatap muka secara langsung," kata Engkos. Saat ini, Binus Online Learning telah membuka perkuliahan online untuk jurusan Management dan Sistem Informasi. "Kita lagi pengajuan (izin) untuk Akuntansi dan Teknik Informatika," ucap Engkos.