Ketika Tokoh Salafy & Tokoh NU bertemu di Jember, Apa yang Terjadi?
Thursday, September 17, 2015
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي لا اله إلا هو والصلاة والسلام على رسول الله محمد ابن عبد الله وعلى اله وصحبه أهل التقوى
Segala puji bagi Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang menjadikan manusia sebagai sebaik-baiknya ciptaan. Dengan akal yang diberikan Allah manusia bisa berpikir baik serta bijaksana, namun bisa juga sebaliknya justru berpikiran buruk bahkan jahat terhadap orang lain.
Pada posting ini saya mengutip status facebook Ustadz Muhammad Arifin Badri terkait bertemunya beliau dengan Gus Muhammad Idrus Ramli di Jember. Apa saya yang beliau-beliau bicarakan? Apakah terjadi debat panas dan marah-marahan? Berikut kutipannya:
Alhamdulillah; pada hari ini 2 Dzul Hijjah 1436 Hijriyah saya Muhammad Arifin Badri; bersama Ustadz Muhammad Yasir Lc dan juga Usta Nur Kholis Kurdian Lc. M.Th.i berkesempatan untuk bersilaturrahmi ke kediaman Gus Idrus Ramli.
Alhamdulillah dengan mudah kami menemukan kediaman beliau berkat pertolongan Allah Taala lalu petunjuk arah yang beliau berikan. Tiba di kediaman beliau di kecamatan Kencong Jember, pada sekitar pukul 15.30.
Kami langsung disambut oleh tuan rumah yaitu Gus Idrus Ramli yang segera mempersilahkan kami masuk dan duduk di rumah beliau.
Tanpa menunggu perkenalan atau lainnya; masyaAllah Gus Idrus segera menyuguhi kami dan salah satunya adalah hidangan favorit saya; secangkir kopi tubruk yang begitu berkesan dari lidah hingga ke lubuk hati.
Bukan sekedar minuman dan camilan; walaupun bukan jam makan; kami juga disuguhi makan nasi; berlaukkan lele; gule; dan sate; lengkap sudah.
Setelah beramah tamah dan memperkenalkan diri; kami membicarakan kondisi ummat yang akhir akhir ini sering diberitakan kurang harmonis dan seakan tidak bisa dipertemukan dalam nuansa ukhuwah.
Padahal realitanya tidaklah demikian, dari pertemuan kami dengan beliau yang berlangsung sekitar 1 jam 30 menit, kami dapat mencatatkan beberapa hal positif:
1. Selama ini Gus Idrus Ramli belum pernah berinisiatif untuk beredebat dengan seorangpun dari teman teman salafy atau yang sering disebut dengan wahaby. Yang terjadi beliau hanya memenuhi undangan pihak lain untuk menyampaikan ceramah atau diskusi/debat.
Pernyataan ini patut dicermati bersama; sebenarnya masalah yang terjadi adalah masalah lokal daerah tertentu yang kemudian melibatkan pihak luar.
Sebagai buktinya perdebatan serupa tidak terjadi di jember walaupun di jember ada STDI IMAM SYAFII dan ada pula pondok As Salafy binaan ust Luqman Baabduh.
Menurut beliau; apa untungnya perdebatan bila hanya untuk unjuk kekuatan atau memancing keributan masyarakat?
Yang lebih unik; walaupun perdebatan dengan salafy hanya dua kali namun demikian; perdebatan ini banyak diberitakan di media; terutama medsos.
Adapun perdebatan beliau dengan kelompok syi'ah yang begitu sering; jarang dimuat dan dibicarakan media termasuk medsos. Beliau sangat keheranan dengan hal ini; ada apa? Mungkinkah ada pihak pihak yang sengaja MENGADU DOMBA?
2. Beliau sepakat betapa pentingnya kita menjaga kesatuan dan ukhuwah sesama ummat Islam.
3. Beliau juga sependapat bahwa perbedaan pendapat adalah satu hal yang wajar dan tidak mungkin bisa dihindari karena telah terjadi sejak dahulu kala.
Namun demikian beliau menekankan pentingnya kedewasaan sikap dan sikap toleransi alias saling menghormati pihak lain dalam menjalankan pilihan dan keyakinannya.
4. Menghormati pendapat bukan berarti menutup rapat ruang untuk bermuzakarah (diskusi ilmiyah) antara para ahli ilmu, guna meningkatkan keilmuan dan bukan dalam rangka unjuk kekuatan dihadapan publik.
5. Kami memaparkan bahwa di kampus kami STDI IMAM SYAFII; kami mempelajari ilmu fiqih muqqaranah /perbandingan. Karena itu rujukan fiqih yang diajarkan di kampus adalah kitab Bidayatul Mujtahid karya Imam Ibnu Rusyud Al Hafizh, dan untuk ilmu ushul fiqih kami menggunakan kitab Raudhatu An Nazhir karya Imam Ibnu Qudamah yang merupakan ringkasan dari kitab Al Mustashfa karya Imam Ghozali As Syafii. Dan untuk ilmu tafsir; maka kami menggunakan Tafsir Ibnu Katsir as syafii.
6. Kami juga menyampaikan bahwa kunjungan semacam ini insyaAllah bukan hanya sekali saja namun kami akan berusaha melanjutkannya sehingga terwujud hubungan yang harmonis. Sebagaimana beliau juga mengutarakan minatnya untuk berkunjung ke kampus STDI IMAM SYAFII.
7. Adapun perbedaan yang ada antara praktek keagamaan yang ada di masyarakat dengan yang diamalkan dan diajarkan di STDI IMAM SYAFII adalah satu hal yang sudah dimaklumi bersama. Tidak ada manfaatnya bila kita menyibukkan diri dengan perbedaan perbedan itu dan melupakan sekian banyak persamaan yang ada. Kami sepakat untuk bercermin dengan apa yang terjadi dahulu pada Imam Syafii yang berguru kepada Imam Muhammad bin Hasan Al Hanafi sebagaimana beliau juga berguru kepada Imam Malik dan di saat yang sama beliau juga menjadi gurunya Imam Ahmad. Padahal antara mereka terjadi perbedaan yang cukup banyak, namun perbedaan perbedaan tersebut dapat dikelola dengan bijak sehingga suasana kondusif.
8. Kami juga berkomitmen untuk tidak saling mengusik dan menyinggung kegiatan pihak lain; demi terciptanya ukhuwah di tengah tengah ummat islam secara umum dan muslimin di Jember secara khusus.
Semoga kunjungan ini dapat menjadi sarana terciptanya persatuan dan kejayaan ummat Islam.
Amiin Ya Rabbal Alamin
Dari kutipan di atas dapat kita pahami bahwa pertemuan antara Tokoh Salafy dan Tokoh NU di Jember ini sangat positif dan menggembirakan bagi ummat Islam Indonesia yang mengharapkan adanya persatuan ummat walau tetap terdapat perbedaan.
Kita memohon kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, semoga pertemuan positif dan damai ini dapat menjadi contoh bagi wilayah-wilayah lainnya. Semoga Allah persatukan NU, Muhammadiyyah, Salafy, HTI, dan kelompok Islam lainnya dalam Ukhuwwah Islamiyyah dengan tentram dan damai di Bumi Indonesia. Aamiin..
{Madinah, 17 September 2015 / 3 Dzulhijjah 1436 H}
Copyright @ Ahmad Bilal Almagribi
Mahasiswa Fakultas Syariah, Universitas Islam Madinah
Sumber http://www.santrinabawi.com/