Tips Sederhana Supaya Pembeli Tidak Pergi
Saturday, July 11, 2015
Ini tips sederhana supaya anda tidak sampai kehilangan calon pembeli. Sayang sekali kalau sudah ada calon pembeli yang mampir di lapak kita, sudah memilih barang, sudah bertanya-tanya dan menawar, tapi kemudian pergi dengan kecewa. Iya kalau kemudian dia tidak bercerita dengan nada negatif ke orang lain tentang pengalaman ‘kecewa’nya di toko anda, maka anda hanya akan kehilangan satu pembeli. Kalau yang terjadi sebaliknya, maka bisa jadi akan terlalu banyak orang yang mengurungkan niatnya beli di toko anda. Rugi banget kan?
Tips ini ditulis oleh Diana AV Sasa. Seorang aktivis yang juga blogger dan penulis.
Saya termasuk orang yang malas bawa uang tunai dalam jumlah banyak. Selain resiko keamanan, tidak praktis, saya juga pelupa. Gawat kalau sampai lupa dimana naruh tas atau dompet. Karena itu, saya suka berbelanja dengan uang elektronik. Soal ini, saya ada beberapa pengalaman.
Suatu hari, saya berniat memesan jajanan getuk dalam jumlah lumayan banyak. Nilainya hampir 2 juta. Karena saya tidak membawa uang tunai, saya bertanya pada penjualnya apakah saya bisa membayar via transfer. Penjual yang melayani saya nampak memandang saya dari atas sampai bawah, lalu diam lama. Dia menjawab, "Sebentar ya, Mba, saya tanyakan." Kurang lebih 15 menit saya menunggu. Baru kemudian ketika bosnya datang, saya mendapat jawaban. "Tidak bisa,Mba. Ambil uang saja dulu, lalu ke sini lagi."
Saya tersenyum kecut dan pamit.
Dalam hati saya menggerutu, karena sudah membuang waktu 15 menit untuk menunggu. Saya heran saja, di tengah jaman yang serba elektrik begini, dimana belanja bisa dari ujung jempol, masih ada pedagang yang tak mau terima transfer. Padahal check riceknya mudah sekali. Kecil kemungkinan di zonk pembeli.
Ya sudah, karena siang itu cukup terik, dan waktu saya sempit karena harus menghadiri rapat, saya putuskan untuk mengambil uang tapi berpindah penjual yang jaraknya lebih dekat. Sombong saya agak muncul, saya pembeli, saya berhak mendapat layanan terbaik dari penjual. Hehehe....
Kali lain, saya belanja di toko mebel. Saya lihat-lihat barang sebentar, lalu buka katalog untuk cek harga. Setelah memilih barang seharga 500 ribu, saya tanyakan apakah saya bisa membayar dengan transfer. Ternyata si Ibu penjual yang sudah nampak sepuh itu dengan cekatan menyodorkan nomor rekening. Saya buka mobile banking dan langsung transfer. Notifikasinya saya tunjukkan ke beliau. Tak sampai semenit ibu itu membuka hpnya, cek mobile bankingnya, dan mengangguk sambil tersenyum. "Terimakasih, sudah masuk transfernya," ujar ibu sepuh itu.
Pengalaman kedua itu membuat saya lega sekaligus puas sebagai pelanggan. Padahal nilainya kalau dibanding transaksi saya yang pertama jauh lebih kecil. Menurut saya, bagi penjual, inovasi itu penting. Termasuk inovasi dalam cara pembayaran. Mudah, praktis, cepat, aman.
"Kecurigaan" atau "kekhawatiran" pada pelanggan gara-gara ingin membayar dengan metode transfer itu, kurang nyaman dirasakan pelanggan lho.
*****
Bagaimana?
Baca juga: Cara Aman Belanja Online Dengan Kartu Kredit
Kalau saya simpulkan cerita mbak Diana tadi, pelanggan ingin mendapatkan kenyamanan dengan cara membayar yang fleksibel. Bisa dengan berbagai cara – sesuai dengan apa yang dimiliki pembeli.
Kemudian, pelanggan juga tidak semestinya belum-belum dicurigai akan melakukan kecurangan hanya karena hendak membayar dengan transfer uang.
Jadi, sebaiknya:
Tips ini ditulis oleh Diana AV Sasa. Seorang aktivis yang juga blogger dan penulis.
Tips Sederhana Supaya Pembeli Tidak Pergi
Ini tips buat siapa saja yang sedang berdagang.Saya termasuk orang yang malas bawa uang tunai dalam jumlah banyak. Selain resiko keamanan, tidak praktis, saya juga pelupa. Gawat kalau sampai lupa dimana naruh tas atau dompet. Karena itu, saya suka berbelanja dengan uang elektronik. Soal ini, saya ada beberapa pengalaman.
Suatu hari, saya berniat memesan jajanan getuk dalam jumlah lumayan banyak. Nilainya hampir 2 juta. Karena saya tidak membawa uang tunai, saya bertanya pada penjualnya apakah saya bisa membayar via transfer. Penjual yang melayani saya nampak memandang saya dari atas sampai bawah, lalu diam lama. Dia menjawab, "Sebentar ya, Mba, saya tanyakan." Kurang lebih 15 menit saya menunggu. Baru kemudian ketika bosnya datang, saya mendapat jawaban. "Tidak bisa,Mba. Ambil uang saja dulu, lalu ke sini lagi."
Saya tersenyum kecut dan pamit.
Dalam hati saya menggerutu, karena sudah membuang waktu 15 menit untuk menunggu. Saya heran saja, di tengah jaman yang serba elektrik begini, dimana belanja bisa dari ujung jempol, masih ada pedagang yang tak mau terima transfer. Padahal check riceknya mudah sekali. Kecil kemungkinan di zonk pembeli.
Ya sudah, karena siang itu cukup terik, dan waktu saya sempit karena harus menghadiri rapat, saya putuskan untuk mengambil uang tapi berpindah penjual yang jaraknya lebih dekat. Sombong saya agak muncul, saya pembeli, saya berhak mendapat layanan terbaik dari penjual. Hehehe....
Kali lain, saya belanja di toko mebel. Saya lihat-lihat barang sebentar, lalu buka katalog untuk cek harga. Setelah memilih barang seharga 500 ribu, saya tanyakan apakah saya bisa membayar dengan transfer. Ternyata si Ibu penjual yang sudah nampak sepuh itu dengan cekatan menyodorkan nomor rekening. Saya buka mobile banking dan langsung transfer. Notifikasinya saya tunjukkan ke beliau. Tak sampai semenit ibu itu membuka hpnya, cek mobile bankingnya, dan mengangguk sambil tersenyum. "Terimakasih, sudah masuk transfernya," ujar ibu sepuh itu.
Pengalaman kedua itu membuat saya lega sekaligus puas sebagai pelanggan. Padahal nilainya kalau dibanding transaksi saya yang pertama jauh lebih kecil. Menurut saya, bagi penjual, inovasi itu penting. Termasuk inovasi dalam cara pembayaran. Mudah, praktis, cepat, aman.
"Kecurigaan" atau "kekhawatiran" pada pelanggan gara-gara ingin membayar dengan metode transfer itu, kurang nyaman dirasakan pelanggan lho.
*****
Bagaimana?
Baca juga: Cara Aman Belanja Online Dengan Kartu Kredit
Kalau saya simpulkan cerita mbak Diana tadi, pelanggan ingin mendapatkan kenyamanan dengan cara membayar yang fleksibel. Bisa dengan berbagai cara – sesuai dengan apa yang dimiliki pembeli.
Kemudian, pelanggan juga tidak semestinya belum-belum dicurigai akan melakukan kecurangan hanya karena hendak membayar dengan transfer uang.
Jadi, sebaiknya:
- siapkan rekening dari beberapa bank yang populer digunakan mayoritas target pasar anda.
- siapkan sistem dan orang yang siap untuk melakukan transaksi dengan menggunakan uang elektronik, bukan melulu mengandalkan transaksi tunai.
- kalau curiga, tidak perlu-lah melihat dari atas sampai atas. Bohong atau tidak kan tidak terlihat dari mata kaki-nya.