Ternyata, Tilawah Quran Lagam Seriosa Dibuat Oleh Kristen Katolik
Sunday, May 24, 2015
Akhir-akhir ini kita sedang dilanda suatu musibah besar dan ujian terhadap ummat Islam. Seperti yang kita lihat, perkembangan ummat ini semakin hari semakin mundur. Dengan ideologi kebebasan serta dengan sedikit olesan dalil-dalil penguat, seolah-olah agama bisa dimodifikasi sedemikian rupa seenaknya dan semaunya.
Dulu muncul dengan dzikir plus tarian yang kini masih hadir dan 'dianggap' lumrah bagi sebahagian kalangan kita. Dengan dalil yang demikian rupa sebagai pemanis, akhirnya muncullah dzikir-dzikir kontemporer dengan alunan musik lebih modern yang kemudian saya sebut dengan nama disko dan rock.
Mereka kurang lebih terdiri dari lima orang dengan pakaian khas mereka berbalut serban hijau yang menebal seolaholah menegaskan bahwa mereka adalah bagian dari sebuah aliran kebatinan yang tentu tidak asing lagi bagi kita. Mereka juga memakai rompi hitam dan coklat dengan dalaman jubah yang berwarna putih. Walau tidak semua seperti itu tapi saya percaya yang mereka gunakan itu adalah pakaian khasnya. Lalu seorang yang mereka sebut "syaikh" dengan tongkat beserta kertas, ntah apa yang tertulis tapi saya yakin itu barisan bait dzikir-dzikir mereka. Permainan pun dimulai dengan ucapan yang saya dengar khas bahasa arab yang kemudian kita kenal dengan ucapan dzikir. Seorang pemuda disamping itu lalu menyetel alat yang dia pegang, lalu dengan gembiranya suka-suka memainkannya dengan irama melodi yang anda sebut musik.
Hal ini suatu yang lazim bagi mereka. Bahkan jika anda berani menyalahkan mereka, sudah tentu anda akan dicap 'sesat' dengan gelar 'w' (saya yakin anda tau). Lalu, jika anda sudak dilaqob oleh mereka, maka tidak ada yang akan percaya pada anda. Dan anda hanya bisa membungkam spechless.
Saya tahu kelompok mana mereka itu saya tahu, tapi tidak perlu lah saya sampaikan nama apa itu yang tersemat. Apalagi, kemarin mereka memodifikasikan-nya dengan lebih ekstrim dipadu musik yang saya kenal dengan nama 'rock'. wah, wah semakin membuat geram.
Rasa itu terus saya pendam dalam hati dalam-dalam. Sebenarnya ingin saya sampaikan kepada dunia, tapi ada kekuatan besar yang menahan keinginan saya. Apalagi banyak sekarang pemuda-pemuda yang gandrung musik. Don't Stop The Music begitu kata mereka. Ah, sudah lah, jangan pula aku nanti yang menjadi sebab kemerosotan mereka.
Tapi aku yakin, tak itu saja. Saya yakin semua sudah dimodifikasi. Ada suatu majelis yang katanya "majelis sholawat". Iya sih mereka sholawatan, lihat, itu syekhnya dengan jubah putih bersorban dan berwibawa. Matanya tajam menegaskan kesahajaan, cara duduknya sedemikian rupa melambangkan kedigjayaan. Para penonton begitu asik dan terlenan dengan alunan musiknya. ah, apa ini?. sesuatu yang saya tidak percayai, itu ternyata sholawat kepada rasul yang 'dihiasi' irama dangdut. wah, wah..
Dan tidak perlu lah saya beritahu siapa mereka. Lalu kemarin hadir pula pembacaan tilawah quran dengan lagam jawa. Bagi orang awam sih, keren kelihatannya. Tapi lihatlah para ahl Quran baik nasional dan intenasional menolak pembacaan seperti itu. Tentu saja, ini agama global yang dengannya dipersatukan dalam lagam Arab pada kitab ummat yang satu yaitu Al-Quran.
Tapi sebelum itu sebenarnya saya sudah melihat yang lebih ekstrim dari yang ini. Yaitu pembacaan Al-Quran dengan lagam seriosa. Mereka membacakan Surah Al Hujuraat (49) Ayat 13 di Jakarta, Desember 2011. Sebenarnya sudah lama, sekarang aja lagi blow up kembali setelah kejadian lagam jawa itu.
Coba lihat dari tampilan mereka. Wajah-wajah yang sipit tanpa jilbab membuat perayaan begitu ambigu dengan tema. Tema simfony nya sih katanya TITAH. Anda akan terpana beberapa menit saat melihat videonya. Hust, sadar! ini bukan Islam.
Loh kok bisa? lah walaupun mereka Islam maka tentu mereka sudah menghina ajaran Islam. Panas dalam hati terus begebu-gebu, apalagi saya adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Pantang bagi kami untuk 'menjelek-jelekkan' Al-Quran.
Fakta jatidiri mereka sebenarnya sudah terlihat di menit-menit terakhir. Di credit nya sudah terpampang dengan jelas siapa mereka. Tertulis "Batavia Madrigal Singers: Parahyangan Catholic University Student Choir". Sudah dapat belum? tahu kan siapa mereka?
Sudah barang tentu kerjaan mereka untuk mengkristenkan Islam. Atau mungkin lebih tepatnya, meng-Katolikkan Islam. Jadi, salah satu ciri khas ibadah Yahudi dan Kristen itu terletak pada musik nya. Dalam agama Yahudi musik merupakan salah satu bagian dari alat ibadah. Dalam agama Kristen maka anda akan mendapatkan piano didalam Gereja, kecuali pada sekte Orthodok di daerah Syria dan Rusia mereka masih memakai alat yang sederhada dan tradisionil.
Musikalisasi Ayat Quran ini adalah proses Kristenisasi Islam. Maksudnya ajaran Islam diupayakan dapat disinkronisasikan kedalam ajaran Kristen. Melalui alat musik. dan anda pun tidak pelu kaget ketika melihat Bible dengan penulisan Arab dan membacanya juga seperti tilawah Quran. Itu sudah lumrah pada penganut agama demikian di negeri-negeri jazirah sedemikian rupa. Ini kemudian yang membuat kita harus semakin peduli terhadap Al-Quran. apalagi banya pembajakan-pembajakan Al-Quran dengan pemalsuan-pemalsuan ini lalu disusupi ajaran-ajaran 'mereka' didalamnya.
Oleh karenanya kita setuju, perbuatan mereka ini telah mencontreng agam Islam. Upaya mereka adalan penodaan dan penistaan agama yang kemudian kita semua bangkit protes menantangnya.
Namun ada satu yang terlupakan, kenapa jika ada model yang sama namun diperlakukan beda?. Maksud saya, kenapa jika ada ummat Islam yang melagukan sholawat, menjogetkan dzikir, melagam nusantarakan Quran, serta memusikalisasikan Islam kita hanya diam termengun manut dan angguk-angguk terima saja?.
Apakah mungkin karena disatu sisi pelakunya kalangan sendiri maka kita terima dan mereka yang buka kalangan kita lalu kita kritisi?. Kemanakan idealisme ummat Islam sekarang?. Kita membutuhkan menganut yang benar-benar berpengang dengan kuat dan erat ajaran Islam secara murni dan berbeda dengan yang lainnya.
Bukan berarti saya mengiyakan apa yang diperlakukan 'mereka'. Tapi saya juga harus mempertanyakan kenapa saya harus diam ketika 'mereka' yang melakukan walaupu mereka Islam?. Baik itu Al-Quran yang dinusantarakan maupun Islam yang dimusikalisasikan. Open your eyes and think smart!