KONSEP DASAR ASESMEN DAN PEMAHAMAN INDIVIDU
Thursday, December 12, 2013
Pemahaman individu atau human itemt didefinisikan oleh Aiken (1997 : 454) sebagai "Appraising the presence or magnitude of one or more personal characteristics. Assesing human behavior and mental processes includes such prosedures as observation, interviews, rating scale, checklist, inventories, projectives, techniques, and tests" Dari rumusan Aiken di atas dapat dipahami, bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara-cara yang digunakan itu mencakup observasi, interview, skala psikologis, daftar cek, inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes.
Pemahaman atau penilaian itu dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya (developmental) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya (klinis). Asesmen itu, meliputi instrumen dengan cara tes dan non-tes. Kedua instrumen tersebut menurut Anastasi (2006 : 3) bisa berfungsi saling melengkapi. Aiken (1997: 1) menunjukkan bahwa manusia itu berbeda-beda kemampuan berpikir, karakter, kepribadian, dan tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan bermacam-macam cara, pengelompokkan tes dari beberapa sisi berikut : Dilihat dari penyusunannya, dari jumlah subyek, dari waktu, dari cara koreksinya, dari isinya (content) atau tugas yang harus kerjakan, dari aspek atau proses mental yang diungkap, seperti tes (1) Tes kognitif (cognitive test), (2) es affective.
Di samping itu ada pula penglompokan secara umum menjadi banyak macamnya, yaitu (1) tes prestasi (achievement test), (2) penilaian tingkah laku (behavior itemt), (3) tes perkembangan, (4) pendidikan, (5) bahasa Inggris, (6) bahasa asing (foreign language), (7) tes inteligensi dan kemampuan bersekolah, (8) matematika, (9) berbagai kemampuan (miscellaneous), (10) alat (tes) untuk berbagai kemampuan (11) (multi-aptitude batteries), dan (12) (neuropsychological), (13) kepribadian (personality), (14) membaca, (15) sensory-motor sosial studies, (16) berbicara dan mendengarkan, dan (17) pekerjaan (vocations).
Secara skematis, macam-macam tes tersebut disajikan dalam kotak berikut:
Selanjutnya perkembangan tes psikologis disajikan secara singkat berikut, tes psikologis berbula dari minat awal terhadap pengobatan yang lebih manusiawi bagi penderita gangguan jiwa bagi antara orang gila (insane) dan mereka yang terbelakang mental (mentally retarted). Psikolog Perancis Alfred Binet selanjutnya mengembangkan anak-anak yang normal tetapi gagal memberikan respon di sekolah diperiksa sebelum pulang sekolah, dan jika dinilai bisa dididik anak-anak itu ditempatkan pada kelas-kelas khusus.
Kontribusi Para Psikolog Eksperimen, bermula dari fokus perhatian pada keragaman, bukan perbedaan-perbedaan perilaku. Jadi, fakta bahwa tiap individu bereaksi secara berbeda dari orang lain ketika diamati dalam kondisi serupa dianggap sebagai bentuk kesalahan atau penyimpangan. Cara yang ditempuh melalui prosedur psikotes dengan kendali yang ketat atas kondisi observasi, seperti pemakaian kata-kata yang digunakan dalam petunjuk tes dan waktu pelaksanaan tes, kecerahan atau warna lingkungan sekililig. Kontribusi Francis Galton mendirikan laboratorium anthropometri dan membantu mendorong sejumlah lembaga pendidikan menyelenggarakan pencatatan anthropometris sistematis tentang siswa-siswa mereka.
Selanjutnya Psikolog Amerika yang merintis tes psikologis adalah James Mc Keen Cattel. Selanjutnya Galton. mendirikan laboratorium psikologi eksperimental dan menyebarkan gerakan tes. Cattel memiliki pandangan yang sama dengan Galton, bahwa ukuran fungsi-fungsi intelektual bisa diperoleh melalui tes-tes perbedaan inderawi dan waktu reaksi. Anastasi (2006 : 41) menunjukkan bahwa, rangkaian tes psikologis yang disusun oleh para psikolog Amerika pada masa itu cenderung mencakup fungsi-fungsi psikologis yang agak kompleks. Kraeplin (1895) yang berminat pada pemeriksaan klinis atas pasien-pasien psikiatris, mempersiapkan serangkaian panjang tes-tes untuk mengukur apa yang dianggap sebagai faktor-faktor dasar dalam pencirian individu. Tes ini memanfaatkan operasi aritmatika sederhana yang dirancang mengukur dampak latihan, memori, kerentanan terhadap kelelahan, dan penurunan perhatian. Ebbinghaus (1897) menyelenggarakan tes-tes komputasi aritmetik, rentang memori, dan melengkapi kalimat bagi anak-anak sekolah. Anastasi memandang bahwa tes yang paling kompleks adalah tes melengkapi kalimat, lantaran menunjukkan hubungan yang jelas dengan prestasi skolastik.
Alferd Binet. Caplin, J.P (2001 : 59) adalah yang dibakukan pengembang tes inteligensi pertama (1857-1911). Pada tahun 1866 ia mempublikasikan karyanya yang berjudul ”Psychology of Reasoning” kemudian menghasilkan ”Skala Binet-Simon” yang pertama L.M. Terman dan kawan-kawan di Stanford University pertama kali mengenalkan IQ (intelligence Quotient) nisbah antara usia mental dan usia kronologis. Tes kelompok seperti halnya skala Binet, pada mulanya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan praktis, yang kemudian dikembangkan Binet akhirnya dikembangkan oleh psikolog angkatan darat ini dikenal dengan nama ”Army Alpha dan Army Beta selanjutnya kedua jenis tes ini menyebar penggunaannya pada masyarakat sipil, dan menjadi model sebagian besar tes inteligensi kelompok. Tes Bakat (aptitude testing) dikembangkan secara khusus untuk kepentingan konseling pekerjaan, seleksi, dan klasifikasi personel industri dan militer, tes yang digunakan paling luas adalah tes-tes bakat mekanikal, klerikal, musikal, dan artistik. Tes Prestasi (Achievement tests) adalah tes yang diprakarsai oleh publikasi edisi pertama Stanford Achievement Testtahun 1923. penyusunnya Trumman L. Kelly, Gilles M. Ruch, dan Lewis M.Terman. Tes kepribadian pengukurannya melalui tes kinerjaatau tes situasi. Bentuk lain dari tes kepribadian adalah teknik-teknik proyektif, dalam bentuk ini klien diberi tugas yang relatif tidak terstruktur, yang memberikan ruang gerak yang luas bagi testee untuk menyelesaikannya. Bentuk lain yang dikembangkan kemudian adalah tes melengkapi kalimat, menggambar, mengatur mainan untuk menciptakan pemandangan, akting dramatis yang spontan, dan menafsirkan gambar atau bercak tinta