Biografi Banu Musa (Ahli Robotika Islam)
Wednesday, April 17, 2013
Otomatisasi telah menguasai dunia industri khususnya untuk pekerjaan yang rutin dan berulang. Tetapi, kapan peralatan otomatis, peralatan yang bisa diprogram, muncul pertama kali?
Apakah hanya beberapa abad lalu pada revolusi industri di Eropa? Kita mungkin tidak menyangka bahwa mesin otomatis diciptakan jauh sebelumnya.
Pada awal zaman keemasan sains Islam, seperti dilansir Majalah Awake November 2012, dari abad ke-8 sampai kira-kira abad ke-13M, para cendekiawan di Timur Tengah menerjemahkan ke bahasa Arab berbagai naskah ilmu pengetahuan dan filsafat yang melestarikan karya orang-orang Yunani terkemuka seperti Archimedes, Aristoteles, Ktesibios, Hero dari Aleksandria, dan Filo dari Bizantium.
Berkat karya-karya tersebut dan sumber lainnya, Imperium Islam yang terbentang dari Spanyol ke Afrika Utara dan Timur Tengah hingga Afganistan bisa memiliki pengetahuan yang memungkinkan mereka membuat berbagai mesin otomatis.
Mesin-mesin itu, kata sejarawan teknologi Donald Hill, bisa terus bekerja untuk waktu yang lama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan lebih lama tanpa digerakkan manusia.
Mengapa? Para insinyur telah menciptakan mekanisme kontrol yang efektif, sehingga mesin bisa bekerja secara otomatis. Mesin-mesin itu menggunakan menara-menara air untuk menyediakan pasokan energi dengan stabil.
Sakelar otomatis membuka dan menutup katup atau mengubah arah aliran air. Mesin itu juga memiliki sistem umpan balik, serta apa yang disebut Hill sebagai cikal bakal sistem pengaman. Perhatikan beberapa contoh.
Banu Musa bahasa Arab untuk ”putra-putra Musa” yang terdiri dari tiga bersaudara hidup di Bagdad pada abad ke sembilan.
Dengan berpijak pada karya para pelopor Helenistik Filo dan Hero, juga para insinyur Cina, India, dan Persia, mereka membuat lebih dari 100 peralatan.
Menurut penulis sains Ehsan Masood, itu mencakup air mancur yang polanya berubah secara berkala, jam yang atraktif, dan kendi yang bisa menuang air secara otomatis lalu mengisi ulang dengan menggunakan perpaduan pelampung, katup, dan leher angsa.
Menurut sejarawan sains Jim Al-Khalili, putra-putra Musa juga membuat robot sederhana ”gadis teh”, yang bisa menghidangkan teh, dan pemain seruling, yang kemungkinan contoh paling awal dari mesin yang bisa diprogram.
Sistem otomatis ini mirip sekali dengan mesin modern. Namun, sistem itu terutama menggunakan tekanan air dan bukan listrik, tetapi banyak prinsip kerjanya sama, kata penulis sains Ehsan Masood.
Bapak Robotika
Pada 1206, Ibnu al-Razzaz al-Jazari merampungkan karyanya, Al-Jamií Bayn al-íIlm wí al-íAmal al-Nafií fi Sanaíat al-Hiyal (Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik).
Karyanya disebut sebagai telaah tentang rancangan mesin yang sistematis. Beberapa dari teknologi al-Jazari jauh lebih mutakhir ketimbang apa yang diterbitkan Banu Musa bersaudara, dan uraian serta diagramnya sangat terperinci sehingga insinyur zaman modern bisa menciptakan kembali peralatannya.
Buku al-Jazari memuat gambar peralatan pengangkat air, jam air, jam lilin, dispenser air, robot pemain musik, dan sebuah pompa yang mengubah gerakan berputar kincir angin menjadi gerakan maju mundur dari sebuah piston yang memompa air dengan kuat.
Para sejarawan mengakui bahwa al-Jazari sudah merancang pompa hidrolik tiga abad sebelum rancangan dasar yang sama muncul di Barat.
Al-Jazari juga membuat jam yang eksentrik namun fungsional. Jam itu, yang gambarnya ada di sini, sudah direkonstruksi di sebuah pusat perbelanjaan di Dubai. Jam itu bekerja dengan menggunakan sebuah mangkuk berlubang yang terapung di tangki air dalam perut gajah.
Setelah 30 menit, mangkuk itu terisi penuh lalu tenggelam, sehingga memicu serangkaian gerakan yang memanfaatkan tali dan bola yang dilepaskan dari ”kastil” di punggung gajah.
Saat siklus itu berakhir, mangkuk itu terapung kembali secara otomatis, dan proses yang sama terulang kembali. Peralatan ini dan mesin otomatis lainnya yang dirancang al-Jazari membuatnya pantas dijuluki ”bapak robotika”.
Kisah tentang kecerdasan manusia sungguh menakjubkan. Namun, kisah itu bukan sekadar sejarah yang menarik.
Itu memberi kita sudut pandang yang benar. Tatkala banyak orang membangga-banggakan teknologi modern, kita diingatkan bahwa kita berutang banyak pada orang-orang dahulu yang cemerlang dan kreatif.
Segudang Karya Banu Musa Bersaudara
Buah pemikiran Banu Musa bersaudara tak sebatas pada rancangan air mancur. Mereka menorehkan sejumlah rancangan dalam Kitab al-Hiyal. Mereka juga menemukan sejumlah mesin otomatis dan alat mekanik lainnya.
Beberapa penemuan lainnya yang berhasil diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya adalah katup, mesin yang bisa diprogram, seruling otomatis, perangkat trik mekanik, lampu badai, lampu otomatis, tekanan diferensial, dan masker gas.
Banu Musa bersaudara juga menemukan sebuah alat yang dikenal sebagai alat musik mekanik paling awal. Alat musik ini disebut sebagai hydropowered organ, kemudian sering digunakan dan diproduksi hingga pertengahan abad ke-19.
Alat musik penemuan mereka lainnya disebut seruling otomatis yang merupakan salah satu mesin yang bisa diprogram untuk pertama kalinya. Tak hanya itu, Banu Musa bersaudara juga meninggalkan karya-karya mereka dalam bidang matematika.
Kitab Pengukuran Pesawat dan Figur Berbentuk Bola merupakan salah satu risalah matematika paling terkenal dari karya Banu Musa bersaudara. Dalam kitab ini, mereka membahas masalah yang dipikirkan Archimedes, ahli matematika, fisika, dan astronomi dari Yunani.
Archimedes membahas pengukuran lingkaran pada bola dan silinder. Di sisi lain, Abu Ja'far Muhammad ibn Musa ibn Shakir, yang berusia paling tua di antara tiga bersaudara itu, juga dikenal sebagai perintis astrofisika dan mekanika langit.
Abu Ja'far Muhammad, dalam bukunya, memberikan penjelasan tentang gerakan bola. Dalam buku tersebut, dia juga menuliskan penemuannya tentang benda-benda langit yang menjadi subjek dalam hukum fisika bumi.
Karya Abu Ja'far Muhammad lainnya adalah pembahasan tentang gerakan bintang dan hukum tarik-menarik. Ia mengungkapkan adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda langit. Hal ini membuktikan bahwa hukum gravitasi Newton berlaku secara universal.
Sementara itu, Ahmad ibn Musa ibn Shakir, adik Abu Ja'far Muhammad, yang ahli mekanik, menuliskan karya tentang perangkat mekanik. Sedangkan, Al-Hasan ibn Mu-sa-ibn Sha-kir yang berusia paling muda dan ahli geometri menuliskan karya tentang elips.
Apakah hanya beberapa abad lalu pada revolusi industri di Eropa? Kita mungkin tidak menyangka bahwa mesin otomatis diciptakan jauh sebelumnya.
Pada awal zaman keemasan sains Islam, seperti dilansir Majalah Awake November 2012, dari abad ke-8 sampai kira-kira abad ke-13M, para cendekiawan di Timur Tengah menerjemahkan ke bahasa Arab berbagai naskah ilmu pengetahuan dan filsafat yang melestarikan karya orang-orang Yunani terkemuka seperti Archimedes, Aristoteles, Ktesibios, Hero dari Aleksandria, dan Filo dari Bizantium.
Berkat karya-karya tersebut dan sumber lainnya, Imperium Islam yang terbentang dari Spanyol ke Afrika Utara dan Timur Tengah hingga Afganistan bisa memiliki pengetahuan yang memungkinkan mereka membuat berbagai mesin otomatis.
Mesin-mesin itu, kata sejarawan teknologi Donald Hill, bisa terus bekerja untuk waktu yang lama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan lebih lama tanpa digerakkan manusia.
Mengapa? Para insinyur telah menciptakan mekanisme kontrol yang efektif, sehingga mesin bisa bekerja secara otomatis. Mesin-mesin itu menggunakan menara-menara air untuk menyediakan pasokan energi dengan stabil.
Sakelar otomatis membuka dan menutup katup atau mengubah arah aliran air. Mesin itu juga memiliki sistem umpan balik, serta apa yang disebut Hill sebagai cikal bakal sistem pengaman. Perhatikan beberapa contoh.
Banu Musa bahasa Arab untuk ”putra-putra Musa” yang terdiri dari tiga bersaudara hidup di Bagdad pada abad ke sembilan.
Dengan berpijak pada karya para pelopor Helenistik Filo dan Hero, juga para insinyur Cina, India, dan Persia, mereka membuat lebih dari 100 peralatan.
Menurut penulis sains Ehsan Masood, itu mencakup air mancur yang polanya berubah secara berkala, jam yang atraktif, dan kendi yang bisa menuang air secara otomatis lalu mengisi ulang dengan menggunakan perpaduan pelampung, katup, dan leher angsa.
Menurut sejarawan sains Jim Al-Khalili, putra-putra Musa juga membuat robot sederhana ”gadis teh”, yang bisa menghidangkan teh, dan pemain seruling, yang kemungkinan contoh paling awal dari mesin yang bisa diprogram.
Sistem otomatis ini mirip sekali dengan mesin modern. Namun, sistem itu terutama menggunakan tekanan air dan bukan listrik, tetapi banyak prinsip kerjanya sama, kata penulis sains Ehsan Masood.
Bapak Robotika
Pada 1206, Ibnu al-Razzaz al-Jazari merampungkan karyanya, Al-Jamií Bayn al-íIlm wí al-íAmal al-Nafií fi Sanaíat al-Hiyal (Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik).
Karyanya disebut sebagai telaah tentang rancangan mesin yang sistematis. Beberapa dari teknologi al-Jazari jauh lebih mutakhir ketimbang apa yang diterbitkan Banu Musa bersaudara, dan uraian serta diagramnya sangat terperinci sehingga insinyur zaman modern bisa menciptakan kembali peralatannya.
Buku al-Jazari memuat gambar peralatan pengangkat air, jam air, jam lilin, dispenser air, robot pemain musik, dan sebuah pompa yang mengubah gerakan berputar kincir angin menjadi gerakan maju mundur dari sebuah piston yang memompa air dengan kuat.
Para sejarawan mengakui bahwa al-Jazari sudah merancang pompa hidrolik tiga abad sebelum rancangan dasar yang sama muncul di Barat.
Al-Jazari juga membuat jam yang eksentrik namun fungsional. Jam itu, yang gambarnya ada di sini, sudah direkonstruksi di sebuah pusat perbelanjaan di Dubai. Jam itu bekerja dengan menggunakan sebuah mangkuk berlubang yang terapung di tangki air dalam perut gajah.
Setelah 30 menit, mangkuk itu terisi penuh lalu tenggelam, sehingga memicu serangkaian gerakan yang memanfaatkan tali dan bola yang dilepaskan dari ”kastil” di punggung gajah.
Saat siklus itu berakhir, mangkuk itu terapung kembali secara otomatis, dan proses yang sama terulang kembali. Peralatan ini dan mesin otomatis lainnya yang dirancang al-Jazari membuatnya pantas dijuluki ”bapak robotika”.
Kisah tentang kecerdasan manusia sungguh menakjubkan. Namun, kisah itu bukan sekadar sejarah yang menarik.
Itu memberi kita sudut pandang yang benar. Tatkala banyak orang membangga-banggakan teknologi modern, kita diingatkan bahwa kita berutang banyak pada orang-orang dahulu yang cemerlang dan kreatif.
Segudang Karya Banu Musa Bersaudara
Buah pemikiran Banu Musa bersaudara tak sebatas pada rancangan air mancur. Mereka menorehkan sejumlah rancangan dalam Kitab al-Hiyal. Mereka juga menemukan sejumlah mesin otomatis dan alat mekanik lainnya.
Beberapa penemuan lainnya yang berhasil diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya adalah katup, mesin yang bisa diprogram, seruling otomatis, perangkat trik mekanik, lampu badai, lampu otomatis, tekanan diferensial, dan masker gas.
Banu Musa bersaudara juga menemukan sebuah alat yang dikenal sebagai alat musik mekanik paling awal. Alat musik ini disebut sebagai hydropowered organ, kemudian sering digunakan dan diproduksi hingga pertengahan abad ke-19.
Alat musik penemuan mereka lainnya disebut seruling otomatis yang merupakan salah satu mesin yang bisa diprogram untuk pertama kalinya. Tak hanya itu, Banu Musa bersaudara juga meninggalkan karya-karya mereka dalam bidang matematika.
Kitab Pengukuran Pesawat dan Figur Berbentuk Bola merupakan salah satu risalah matematika paling terkenal dari karya Banu Musa bersaudara. Dalam kitab ini, mereka membahas masalah yang dipikirkan Archimedes, ahli matematika, fisika, dan astronomi dari Yunani.
Archimedes membahas pengukuran lingkaran pada bola dan silinder. Di sisi lain, Abu Ja'far Muhammad ibn Musa ibn Shakir, yang berusia paling tua di antara tiga bersaudara itu, juga dikenal sebagai perintis astrofisika dan mekanika langit.
Abu Ja'far Muhammad, dalam bukunya, memberikan penjelasan tentang gerakan bola. Dalam buku tersebut, dia juga menuliskan penemuannya tentang benda-benda langit yang menjadi subjek dalam hukum fisika bumi.
Karya Abu Ja'far Muhammad lainnya adalah pembahasan tentang gerakan bintang dan hukum tarik-menarik. Ia mengungkapkan adanya gaya tarik-menarik antara benda-benda langit. Hal ini membuktikan bahwa hukum gravitasi Newton berlaku secara universal.
Sementara itu, Ahmad ibn Musa ibn Shakir, adik Abu Ja'far Muhammad, yang ahli mekanik, menuliskan karya tentang perangkat mekanik. Sedangkan, Al-Hasan ibn Mu-sa-ibn Sha-kir yang berusia paling muda dan ahli geometri menuliskan karya tentang elips.
Sumber:
Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/