Tenun dan Batik Dijadikan Ikon Jepara
Saturday, December 17, 2011
JEPARA - Seribu lima puluh peserta mengenakan kain tenun ikat khas Jepara yang diproduksi masyarakat Desa Troso dan sekitarnya dalam kegiatan Fashion on the Street yang digelar di Alun-alun Jepara, kemarin.
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk lomba fashion itu juga dimeriahkan dengan pameran batik khas Jepara yang dipentaskan lewat Tari Suluk Batik Jepara.
‘’Sehari sebelum penyelenggaraan peserta kurang dari 800 orang, tetapi masih banyak tambahan sehingga jumlahnya lebih dari 1.000 orang,’’ ujar Hadi Priyanto, ketua panitia, kemarin.
Kegiatan tersebut dibuka Bupati Hendro Martojo dan dihadiri antara lain Ketua DPRD Yuli Nugroho dan Dandim Letkol Inf Dk Subandi.
Lomba diikuti kalangan anak-anak TK/RA/PAUD, siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dan masyarakat umum. Panitia melibatkan 15 juri untuk menilai para peserta kegiatan yang disaksikan ribuan orang tersebut. ‘’Ini bentuk upaya melestarikan karya seni batik dan tenun, sekaligus ajang promosi,’’ tandas Hadi.
Pembelajaran
Djatmiko, salah seorang tokoh seni Jepara mengemukakan, khusus untuk batik khas Jepara saat ini masih dalam tahap pengumpulan peninggalan masa RA Kartini, sekaligus pembelajaran di kalangan anak-anak sekolah.
‘’Bati ini harus lebih diperhatikan agar bisa menjadi kegiatan masyarakat layaknya industri mebel dan tenun,’’ ucapnya.
Dalam kegiatan itu juga dideklarasikan Lembaga Pelestari Seni Ukir, Tenun, dan Batik Jepara oleh Bupati. Lembaga tersebut sudah didaftarkan dalam akta notaris yang diisi para sukarelawan dari berbagai keahlian.
Djatmiko misalnya yang selama ini bersama istrinya, Suyanti, membelajarkan dan membuat batik khas Jepara dengan motif Sidoarum (didomniasi motif lunglungan daun sebagaimana ciri ukir kayu Jepara), juga terlibat dalam lembaga baru tersebut.
Ada pula Soekarno, pegiat seni ukir yang sudah sepuh. Dia berkarya sejak 1970-an. Selain itu, juga ada Abdul Jamal yang ahli di bidang produksi tenun Troso. ”Lembaga ini diisi para sukarelawan yang berkeinginan mengawal kelestarian seni ukir, tenun, dan batik Jepara. Mereka akan melakukan riset-riset, sekaligus menyumbangkan pemikiran untuk karya seni khas Jepara,’’ papar Hendro Martojo yang menjadi pembina lembaga tersebut.
Batik dan tenun ingin seperti mebel yang kini telah membawa ikon Jepara di pasar domestik ataupun mancanegara. (H15-57)
Sumber https://mtsmafaljpr.blogspot.com/
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk lomba fashion itu juga dimeriahkan dengan pameran batik khas Jepara yang dipentaskan lewat Tari Suluk Batik Jepara.
‘’Sehari sebelum penyelenggaraan peserta kurang dari 800 orang, tetapi masih banyak tambahan sehingga jumlahnya lebih dari 1.000 orang,’’ ujar Hadi Priyanto, ketua panitia, kemarin.
Kegiatan tersebut dibuka Bupati Hendro Martojo dan dihadiri antara lain Ketua DPRD Yuli Nugroho dan Dandim Letkol Inf Dk Subandi.
Lomba diikuti kalangan anak-anak TK/RA/PAUD, siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dan masyarakat umum. Panitia melibatkan 15 juri untuk menilai para peserta kegiatan yang disaksikan ribuan orang tersebut. ‘’Ini bentuk upaya melestarikan karya seni batik dan tenun, sekaligus ajang promosi,’’ tandas Hadi.
Pembelajaran
Djatmiko, salah seorang tokoh seni Jepara mengemukakan, khusus untuk batik khas Jepara saat ini masih dalam tahap pengumpulan peninggalan masa RA Kartini, sekaligus pembelajaran di kalangan anak-anak sekolah.
‘’Bati ini harus lebih diperhatikan agar bisa menjadi kegiatan masyarakat layaknya industri mebel dan tenun,’’ ucapnya.
Dalam kegiatan itu juga dideklarasikan Lembaga Pelestari Seni Ukir, Tenun, dan Batik Jepara oleh Bupati. Lembaga tersebut sudah didaftarkan dalam akta notaris yang diisi para sukarelawan dari berbagai keahlian.
Djatmiko misalnya yang selama ini bersama istrinya, Suyanti, membelajarkan dan membuat batik khas Jepara dengan motif Sidoarum (didomniasi motif lunglungan daun sebagaimana ciri ukir kayu Jepara), juga terlibat dalam lembaga baru tersebut.
Ada pula Soekarno, pegiat seni ukir yang sudah sepuh. Dia berkarya sejak 1970-an. Selain itu, juga ada Abdul Jamal yang ahli di bidang produksi tenun Troso. ”Lembaga ini diisi para sukarelawan yang berkeinginan mengawal kelestarian seni ukir, tenun, dan batik Jepara. Mereka akan melakukan riset-riset, sekaligus menyumbangkan pemikiran untuk karya seni khas Jepara,’’ papar Hendro Martojo yang menjadi pembina lembaga tersebut.
Batik dan tenun ingin seperti mebel yang kini telah membawa ikon Jepara di pasar domestik ataupun mancanegara. (H15-57)